Kiara menatap layar ponselnya yang tak kunjung mendapatkan notifikasi pesan dari Alex. Ia terus saja terjaga dan melirik jam dinding yang menurutnya terasa begitu lambat.Ia keluar dari kamar dan mendapati Anna dan Lusy sedang berbincang santai. Kiara menghampiri keduanya tanpa berkata apa-apa, namun dari sorot matanya saja terlihat jelas jika ada kekhawatiran yang begit besar.“Nona, kenapa anda belum tidur?” Anna mendekat. “Apa semua baik-baik saja?”“Aku tidak apa-apa, Anna. Hanya saja kenapa Alex belum pulang? Ini sudah larut malam.”Anna tersenyum tipis. “Tuan sudah biasa seperti ini, Nona. Jangan khawatir berlebihan, masalahnya tidak semenakutkan itu.”“Tapi Alex membawa senjata, Anna!” tegas Kiara. “Jika tidak semenakutkan seperti yang kamu katakan kenapa harus membwa senjata? Semua bisa dibicarakan dengan baik-baik.”“Saya mengerti, nona. Tapi yang saya dengar dari Ken, terjadi masalah di perbatasan CJ tempat dimana beberapa kartel nerkobe mencari masalah karena takut tempat m
Di dalam kamar, Kiara terus saja mondar-mandi tidak jelas. Ia ingin keluar, tapi jika itu terjadi sudah pasti wanita itu akan mencecarnya dengan begitu banyak pertanyaan. Apalagi melihat Kiara yang berbeda, kentara sekali di antara orang sekelilingnya di rumah tersebut.Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Kiara terkejut bukan main meskipun Anna masuk dengan cepat.“Nona, hubungi Tuan secepatnya agar wanita itu pergi.” Anna tidak memilik pilihan lain, jika Lusy atau Anna yang menghubungi kemungkinan besar pria itu tidak akan menjawabnya.“Ponselku ada di kamar.”Anna memutar otak, ia lantas meraih ponselnya dan menghubungi Jeremy. Sekian lama menunggu akhirnya ada jawaban. Kiara duduk dengan tenang menunggu Anna selesai bicara.“Bagaimana? Apa Alex akan segera pulang?” tanya Kiara.“Kemungkinan besar begitu, sebaiknya Nona diam di sini dan istirahat. Jangan sampai membuat keributan yang menimbulkan kecurigaan Barbara.”Kiara hanya mengangguk, ia hanya menatap kembali pintu yang baru saja te
“Kita pergi malam ini.” Ucapnya ketika berada di meja makan, tanpa menoleh pada Kiara sedikitpun.“Ya!” hanya itu jawaban yang keluar dari bibir manis itu. Bibir yang sampai detik ini menjadi candu untuk Alex.Pria itu menoleh sejenak dan kembali melanjutkan makannya tanpa mau bertanya apakah Kiara setuju atau tidak dengan apa yang ia lakukan.“Kenapa harus malam hari?”“Dia mengawasi rumah ini dan kita semua.” Alex mengangkat wajahnya dan menghela napas dalam. “Dengar! Barbara itu manusia tidak berhati dan dia bukan calon istri atau siapapun seperti yang ada dalam kepalamu.”Alex ingin menegaskan hal itu sejak awal, ia adalah pria bebas yang tidak terikat dengan wanita manapun sampai akhirnya di malam itu ia bertemu Kiara.Kiara bungkam, namun ia masih saja kesal karena berharap lebih pada pria itu. Alex adalah pria kaku, sedangkan Kiara sangat ingin diperhatian dan di bujuk, padahal itu bukan sifat aslinya.“Apa semua barang di walk in closet akan di pindahkan juga?” Kiara penasaran
“Bagaimana kondisinya?” tanya Alex pada Dokter yang baru saja selesai memeriksa Kiara.“Mari, kita bicarakan ini di ruangan saya.”Meskipun kesal dan tidak sabaran, kali ini Alex mengekor dengan perasaan campr aduk. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat melihat Kiara mati-matian menahan rasa sakit itu.“Sebelumnya saya ingin bertanya, apa semalam kalian berhubungan? Ini penting, Tuan!” Sang Dokter yang sudah tahu siapa Alex tentu saja harus menegaskan beberapa hal agar percakapan ini berjalan lancar.“Ya! Aku melakukannya dua kali.” Alex mengakui itu, semalam ia bagai singa lapar dan lupa jika Kiara sedang mengandung.“Ini adalah penyebab utamanya. Guncangan tubuh dan rangsangan pada beberapa hormon mengakibatkan terjadinya kontraksi dan kram. Hal itu bisa berakhibat fatal, keguguran bisa juga sampai ke tahap perdarahan.”“Beruntung, kehamilannya cukup kuat. Tidak ada perdarahan apa pun, tapi untuk keamanan dan keselamatan janinnya, pasien harus bedrest total selama dua minggu. Apala
Kondisi Kiara semakin membaik, akhirnya ia bisa pulang dan menikmati kembali kehidupannya yang nyaman di rumah baru tersebut. Alex yang sudah bicara bersama Jeremy akhirnya memutuskan untuk ada di dekat Kiara, paling tidak sampai istrinya itu pulih.“Tidurlah, aku akan ke ruang baca.” Alex bangkit dari duduknya setelah beberapa menit duduk menemani Kiara menghabiskan makanannya.Alex keluar dengan perasaan tidak menentu, ia segera pergi ke ruang baca dan mengalihkan pikirannya pada hal lain. Untuk beberapa saat ia merasa tersiksa, ia merasa jadi orang lain karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri dan hasrat sialannya itu.Namun lama-lama ia terbiasa, perlahan ia bisa menguasai diri meskipun berada di dekat Kiara dalam waktu cukup lama. Baru saja ia tenang, ponselnya berdering, di sana terpampang nama salah satu pelayan yang sengaja ia tempatkan di rumah lamanya.“Apa yang diinginkan wanita itu? Sungguh mengganggu.”Alex bangkit dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada siapa
“Alex, stop!” kali ini Kiara menepis pelan tangan kekar itu, i tidak tahan lagi dengan sikap manis Alex.Ya, menurut Kiara sikapnya itu cukup manis karena sangat jarang sekali wajah pria itu seperti sekarang.“A-aku baik-baik saja, hanya tidak terbiasa melihatmu tanpa pakaian.” Kejujuran Kiara sontak saja membuat Alex tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia pergi dan segera berpakaian.Tidak lama ia kembali dengan membawa Ipad serta beberapa dokumen. Alex terlihat fokus memeriksa laporan tersebut hingga tanpa ia sadari jika sekian lama duduk di sana Kiara terus memperhatikannya.“Alex.” Panggil Kiara pelan. “Aku bosan.”Pria itu menoleh. “Kamu belum boleh beraktifitas seperti biasa. Bersabarlah.”“Aku ingin melakukan sesuatu yang tidak melelahkan. Aku ingin kamu menemaniku bicara. Ya, itu saja cukup.”Alex ingin menolak, namun rasanya ia tidak bisa. Kiara seperti sekarang juga karena ulahnya, sudah kewajibannya bertanggung jawab dan menemaninya seperti yang dikatakan Jeremy padany
“Satu tahun.” Alex mengulang kata tersebut berkali-kali, seolah menjadi alarm yang tidak boleh ia lewatkan.“Sebelum satu tahun aku akan mengejutkan kalian!” Alex menyeringai, ia telah memiliki rencana sendiri untuk kehidupannya.Hari ini Alex lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, ternyata sering sekali menghabiskan waktunya menjaga Kiara membuat ia keteteran, meskipun ada asisten yang selalu siap membantunya.Beberapa hari setelah bertemu dengan Martin, Alex mengurangi jadwalnya bersama Kiara. Entah karena apa, namun ia merasa memang harus sedikit menjaga jarak, meskipun tidak dipungkiri jika rasa rindu itu memang nyata, membuat Alex selalu memantaunya melalui CCTV.Namun tanpa Alex ketahui, Barbara dengan sengaja mulai menabuh genderang perang dengan dirinya. Wanita itu tidak akan pernah tinggal dia sebelum Alex menjadi miliknya.“Permisi, Tuan, ada tamu untuk anda.”“Siapa? Apa dia sudah membuat janji denganku?” Matheo terlihat canggung dan melirik pintu, belum sempat Alex
Pagi hari, Alex terbangun lebih awal dan melihat Kiara masih terlelap dalam pelukannya. Ada debaran aneh yang sulit untuk ia tepis setiap kali bersama wanita yang sekarang mengandung benihnya.Saat menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba saja Kiara menggeliat pelan dan matanya terbuka, entah kenapa Alex merasa harus memejamkan matanya. Pura-pura tertidur itu lebih baik.“Eh, kok aku peluk Alex kayak gini?” gumam Kiara, perlahan ia menarik tangannya dari perut rata dan keras milik Alex. Alih-alih bangun, Kiara justru menikmati momen pagi ini dengan menatap wajah suaminya.“Aku nggak nyangka bisa hidup sama kamu. Pertemuan pertama dan terakhir kita waktu itu, aku menegaskan agar kamu melupakan semuanya. Tapi nyatanya ada hal lain yang mmebuat kita justru terikat.” Kaira terkekeh, tangannya terulur menyentuh pipi Alex.“Aku bersyukur karena jatuh ke tanganmu. Awalnya aku merasa Tuhan tidak adil, tapi nyatanya aku yang salah.”Kiara bergerak pelan, diam-diam ia mencium pipi Alex dan