Pagi hari, Alex terbangun lebih awal dan melihat Kiara masih terlelap dalam pelukannya. Ada debaran aneh yang sulit untuk ia tepis setiap kali bersama wanita yang sekarang mengandung benihnya.Saat menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba saja Kiara menggeliat pelan dan matanya terbuka, entah kenapa Alex merasa harus memejamkan matanya. Pura-pura tertidur itu lebih baik.“Eh, kok aku peluk Alex kayak gini?” gumam Kiara, perlahan ia menarik tangannya dari perut rata dan keras milik Alex. Alih-alih bangun, Kiara justru menikmati momen pagi ini dengan menatap wajah suaminya.“Aku nggak nyangka bisa hidup sama kamu. Pertemuan pertama dan terakhir kita waktu itu, aku menegaskan agar kamu melupakan semuanya. Tapi nyatanya ada hal lain yang mmebuat kita justru terikat.” Kaira terkekeh, tangannya terulur menyentuh pipi Alex.“Aku bersyukur karena jatuh ke tanganmu. Awalnya aku merasa Tuhan tidak adil, tapi nyatanya aku yang salah.”Kiara bergerak pelan, diam-diam ia mencium pipi Alex dan
Selesai sarapan pagi, Kaira memilih bersantai di ruang baca untuk membunuh waktu yang terasa begitu lembat. Sesekali ia menghela napas dalam sambil mengangguk, buku-buku itu ternyata membuka pikirannya pada dunia bisnis.Hampir satu jam lamanya ia ada di sana, hingga Anna datang dan memberitahu jika Dokter sudah tiba. Kiara keluar sambil tersenyum, namun saat melihat Alex sedang berbincang dengan sang dokter wajahnya berubah datar.Moodnya berantakan, ia cemburu melihat Alex dekat Tiffany yang memang lebih muda, cantik dan terlihat bersahaja dengan gayanya yang anggun. Belum lagi pembawaannya yang mudah membuat orang lain nyaman.“Ekhm! Kapan pemeriksaan akan dimulai?” Kiara mendekat, saat itulah Alex sedikit menjauh dan memberi ruang untuk istrinya.“Kita bisa melakukan pemeriksaan sekarang jika anda menginginkan itu.” Tiffany merasakan sikap yang berbeda dari Kiara, namun ia tidak terlalu mempermasalah itu karena bayaran yang ia dapatkan begitu besar.Tanpa kata Kiara berjalan lebih
“Sebenarnya apa tugas saya kali ini?” tanya Tiffany sesaat setelah ia tiba di kediaman Alex.“Mudah!” Alex menatap sang dokter dengan tenang. “Cukup kamu katakan jika rumah ini adalah milikmu dan pria-pria itu para bodyguardmu.”Kening Tiffany berkerut. “Why? Harusnya anda bangga mengakui rumah ini sebagai—“Kali ini Tiffany terdiam saat Alex melirik ke arah Kiara yang duduk dengan wajah masam, tanpa bicara sedikitpun dan seakan malas melihat kehadiran dokter yang selalu memeriksanya itu.“Ingat! Rumah ini adalah milikmu!” tegas Alex sambil menyodorkan uang dalam jumlah besar.Kali ini Tiffany tertawa lepas seraya mendorong kembali uang tersebut. “Saya tidak matre, Tuan Alex. Bayaran anda untuk memeriksa kandungan saja sudah sangat banyak, jadi hanya untuk mengakui rumah ini sebagai milik saya tidak perlu sampai seperti ini.”“Ini hal yang sangat mudah. Mudah sekali.”“Kau yakin menolak uang ini?”Tiffany mengangguk, saat dalam perjalanan ia berpikir akan mendapatkan komplain atau mas
“Tetaplah berada di sisiku.” Bisikan itu terus terngiang di telinga Kiara, bagai sebuah mantra yang mengikat jiwa dan raganya.Kiara menggigit bibir bawahnya pelan, hatinya terus saja bertanya-tanya bagaimana mungkin ia bertahan jika kehadirannya sama sekali tidak diterima oleh semua, terutama keluarga Alex.“Apa kamu yakin? Lalu bagaimana dengan Barbara, bukankah kalian sudah di jodohkan.” Kali ini Kiara memberanikan diri untuk berbalik, meksipun sedikit kesusahan karena perutnya yang semakin besar. “Jujur! Aku tidak mau jadi ada yang ketiga antara kita.”Alex tersenyum. “Tentu saja ada dan itu pasti, Kiara!”Wajah Kiara mengeras menahan marah, ia menatap Alex penuh kebencian. Kemudian melepaskan pelukan Alex dengan sedikit kasar.“Kalau itu yang kamu mau, maka aku mundur. Aku akan menyerah.” Mata Kiara berkaca-kaca, hatinya merasa sakit karena ternyata keinginannya sama sekali tidak akan terwujud. Ia tidak sudi berbagi suami dengan wanita manapun.Alex kembali mendekat dan memeluk K
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas
Alex meninggalkan acara makan malam tersebut tanpa berpamitan pada siapapun. Lama-lama berada di sana ia bisa saja hilang kendali dan membuat keributan.Ia mengumpat keras selama perjalanan, jika seperti ini keselamatan Kiara menjadi taruhannya. Kali ini ia lebih memilih untuk menemui Jeremy lebih dulu, ada satu cara jitu untuk bisa menjauhkan Barbara dari kehidupannya.Saat memasuki jalanan utama, Alex bisa melihat dari kaca spion mobilnya jika ada satu mobil yang mengikutinya. Meskipun menjaga jarak, tetap saja bisa terlihat jelas oleh mata elangnya.“Jadi dia menyiapkan orang untuk mengintaiku. Baiklah!” Alex mempercepat laju mobilnya, mengambil lajur kiri dan melesat.Mobil hitam itu mulai kelabakan karena tidak bisa menemukan Alex. Mereka mengurangi laju mobilnya ketika memasuki sebuah kawasan yang sepi.“Kemana dia?”“Aku tidak tahu, tadi dia tiba-tiba cepat sekali. Tapi dia memang mengambil lajur kiri.” Satu temannya yang duduk di depan kemudia fokus memperhatikan, sampai tiba-
Beberapa hari kemudian Tiffany kembali datang untuk memeriksa kondisi Kiara sesuai dengan pemintaan Alex.“Bagaimana kondisiku?” tanya Kiara tidak sabar.“Dari hasil pemeriksaan, semua sangat bagus. Tapi sayangnya karena ini kehamilan ganda, saya tidak menyarankan anda untuk melakukan penerbangan terlalu lama. Itu berhabaya untuk kehamilan anda.” Tiffany melihat dengan jelas kekecewaan di wajah ibu hamil tersebut, namun demi kebaikannya ia harus jujur.“Apa kepergian ini sangat penting? Maksud saya bagaimana jika ditunda hingga melahirkan, paling tidak semua akan merasa aman.”“Lalu aku harus menunggu hingga anakku satu tahun untuk bisa pulang ke negaraku, Dokter?” kali ini Kiara sedikit kesal. Apa yang diinginkannya sama sekali tidak sesuai harapan.“Tenanglah.” Alex melirik istrinya yang sudah terlanjur kecewa, meksipun Kiara sadar jika semua demi kebaikannya sendiri.“Bagaimana dengan jet pribadi?” tanya Alex serius.“Lebih baik menunggu si kembar lahir, Tuan Alex. Sebelum satu tah
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara