“Tetaplah berada di sisiku.” Bisikan itu terus terngiang di telinga Kiara, bagai sebuah mantra yang mengikat jiwa dan raganya.Kiara menggigit bibir bawahnya pelan, hatinya terus saja bertanya-tanya bagaimana mungkin ia bertahan jika kehadirannya sama sekali tidak diterima oleh semua, terutama keluarga Alex.“Apa kamu yakin? Lalu bagaimana dengan Barbara, bukankah kalian sudah di jodohkan.” Kali ini Kiara memberanikan diri untuk berbalik, meksipun sedikit kesusahan karena perutnya yang semakin besar. “Jujur! Aku tidak mau jadi ada yang ketiga antara kita.”Alex tersenyum. “Tentu saja ada dan itu pasti, Kiara!”Wajah Kiara mengeras menahan marah, ia menatap Alex penuh kebencian. Kemudian melepaskan pelukan Alex dengan sedikit kasar.“Kalau itu yang kamu mau, maka aku mundur. Aku akan menyerah.” Mata Kiara berkaca-kaca, hatinya merasa sakit karena ternyata keinginannya sama sekali tidak akan terwujud. Ia tidak sudi berbagi suami dengan wanita manapun.Alex kembali mendekat dan memeluk K
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas
Alex meninggalkan acara makan malam tersebut tanpa berpamitan pada siapapun. Lama-lama berada di sana ia bisa saja hilang kendali dan membuat keributan.Ia mengumpat keras selama perjalanan, jika seperti ini keselamatan Kiara menjadi taruhannya. Kali ini ia lebih memilih untuk menemui Jeremy lebih dulu, ada satu cara jitu untuk bisa menjauhkan Barbara dari kehidupannya.Saat memasuki jalanan utama, Alex bisa melihat dari kaca spion mobilnya jika ada satu mobil yang mengikutinya. Meskipun menjaga jarak, tetap saja bisa terlihat jelas oleh mata elangnya.“Jadi dia menyiapkan orang untuk mengintaiku. Baiklah!” Alex mempercepat laju mobilnya, mengambil lajur kiri dan melesat.Mobil hitam itu mulai kelabakan karena tidak bisa menemukan Alex. Mereka mengurangi laju mobilnya ketika memasuki sebuah kawasan yang sepi.“Kemana dia?”“Aku tidak tahu, tadi dia tiba-tiba cepat sekali. Tapi dia memang mengambil lajur kiri.” Satu temannya yang duduk di depan kemudia fokus memperhatikan, sampai tiba-
Beberapa hari kemudian Tiffany kembali datang untuk memeriksa kondisi Kiara sesuai dengan pemintaan Alex.“Bagaimana kondisiku?” tanya Kiara tidak sabar.“Dari hasil pemeriksaan, semua sangat bagus. Tapi sayangnya karena ini kehamilan ganda, saya tidak menyarankan anda untuk melakukan penerbangan terlalu lama. Itu berhabaya untuk kehamilan anda.” Tiffany melihat dengan jelas kekecewaan di wajah ibu hamil tersebut, namun demi kebaikannya ia harus jujur.“Apa kepergian ini sangat penting? Maksud saya bagaimana jika ditunda hingga melahirkan, paling tidak semua akan merasa aman.”“Lalu aku harus menunggu hingga anakku satu tahun untuk bisa pulang ke negaraku, Dokter?” kali ini Kiara sedikit kesal. Apa yang diinginkannya sama sekali tidak sesuai harapan.“Tenanglah.” Alex melirik istrinya yang sudah terlanjur kecewa, meksipun Kiara sadar jika semua demi kebaikannya sendiri.“Bagaimana dengan jet pribadi?” tanya Alex serius.“Lebih baik menunggu si kembar lahir, Tuan Alex. Sebelum satu tah
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam