Kondisi Kiara semakin membaik, akhirnya ia bisa pulang dan menikmati kembali kehidupannya yang nyaman di rumah baru tersebut. Alex yang sudah bicara bersama Jeremy akhirnya memutuskan untuk ada di dekat Kiara, paling tidak sampai istrinya itu pulih.“Tidurlah, aku akan ke ruang baca.” Alex bangkit dari duduknya setelah beberapa menit duduk menemani Kiara menghabiskan makanannya.Alex keluar dengan perasaan tidak menentu, ia segera pergi ke ruang baca dan mengalihkan pikirannya pada hal lain. Untuk beberapa saat ia merasa tersiksa, ia merasa jadi orang lain karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri dan hasrat sialannya itu.Namun lama-lama ia terbiasa, perlahan ia bisa menguasai diri meskipun berada di dekat Kiara dalam waktu cukup lama. Baru saja ia tenang, ponselnya berdering, di sana terpampang nama salah satu pelayan yang sengaja ia tempatkan di rumah lamanya.“Apa yang diinginkan wanita itu? Sungguh mengganggu.”Alex bangkit dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada siapa
“Alex, stop!” kali ini Kiara menepis pelan tangan kekar itu, i tidak tahan lagi dengan sikap manis Alex.Ya, menurut Kiara sikapnya itu cukup manis karena sangat jarang sekali wajah pria itu seperti sekarang.“A-aku baik-baik saja, hanya tidak terbiasa melihatmu tanpa pakaian.” Kejujuran Kiara sontak saja membuat Alex tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia pergi dan segera berpakaian.Tidak lama ia kembali dengan membawa Ipad serta beberapa dokumen. Alex terlihat fokus memeriksa laporan tersebut hingga tanpa ia sadari jika sekian lama duduk di sana Kiara terus memperhatikannya.“Alex.” Panggil Kiara pelan. “Aku bosan.”Pria itu menoleh. “Kamu belum boleh beraktifitas seperti biasa. Bersabarlah.”“Aku ingin melakukan sesuatu yang tidak melelahkan. Aku ingin kamu menemaniku bicara. Ya, itu saja cukup.”Alex ingin menolak, namun rasanya ia tidak bisa. Kiara seperti sekarang juga karena ulahnya, sudah kewajibannya bertanggung jawab dan menemaninya seperti yang dikatakan Jeremy padany
“Satu tahun.” Alex mengulang kata tersebut berkali-kali, seolah menjadi alarm yang tidak boleh ia lewatkan.“Sebelum satu tahun aku akan mengejutkan kalian!” Alex menyeringai, ia telah memiliki rencana sendiri untuk kehidupannya.Hari ini Alex lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, ternyata sering sekali menghabiskan waktunya menjaga Kiara membuat ia keteteran, meskipun ada asisten yang selalu siap membantunya.Beberapa hari setelah bertemu dengan Martin, Alex mengurangi jadwalnya bersama Kiara. Entah karena apa, namun ia merasa memang harus sedikit menjaga jarak, meskipun tidak dipungkiri jika rasa rindu itu memang nyata, membuat Alex selalu memantaunya melalui CCTV.Namun tanpa Alex ketahui, Barbara dengan sengaja mulai menabuh genderang perang dengan dirinya. Wanita itu tidak akan pernah tinggal dia sebelum Alex menjadi miliknya.“Permisi, Tuan, ada tamu untuk anda.”“Siapa? Apa dia sudah membuat janji denganku?” Matheo terlihat canggung dan melirik pintu, belum sempat Alex
Pagi hari, Alex terbangun lebih awal dan melihat Kiara masih terlelap dalam pelukannya. Ada debaran aneh yang sulit untuk ia tepis setiap kali bersama wanita yang sekarang mengandung benihnya.Saat menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba saja Kiara menggeliat pelan dan matanya terbuka, entah kenapa Alex merasa harus memejamkan matanya. Pura-pura tertidur itu lebih baik.“Eh, kok aku peluk Alex kayak gini?” gumam Kiara, perlahan ia menarik tangannya dari perut rata dan keras milik Alex. Alih-alih bangun, Kiara justru menikmati momen pagi ini dengan menatap wajah suaminya.“Aku nggak nyangka bisa hidup sama kamu. Pertemuan pertama dan terakhir kita waktu itu, aku menegaskan agar kamu melupakan semuanya. Tapi nyatanya ada hal lain yang mmebuat kita justru terikat.” Kaira terkekeh, tangannya terulur menyentuh pipi Alex.“Aku bersyukur karena jatuh ke tanganmu. Awalnya aku merasa Tuhan tidak adil, tapi nyatanya aku yang salah.”Kiara bergerak pelan, diam-diam ia mencium pipi Alex dan
Selesai sarapan pagi, Kaira memilih bersantai di ruang baca untuk membunuh waktu yang terasa begitu lembat. Sesekali ia menghela napas dalam sambil mengangguk, buku-buku itu ternyata membuka pikirannya pada dunia bisnis.Hampir satu jam lamanya ia ada di sana, hingga Anna datang dan memberitahu jika Dokter sudah tiba. Kiara keluar sambil tersenyum, namun saat melihat Alex sedang berbincang dengan sang dokter wajahnya berubah datar.Moodnya berantakan, ia cemburu melihat Alex dekat Tiffany yang memang lebih muda, cantik dan terlihat bersahaja dengan gayanya yang anggun. Belum lagi pembawaannya yang mudah membuat orang lain nyaman.“Ekhm! Kapan pemeriksaan akan dimulai?” Kiara mendekat, saat itulah Alex sedikit menjauh dan memberi ruang untuk istrinya.“Kita bisa melakukan pemeriksaan sekarang jika anda menginginkan itu.” Tiffany merasakan sikap yang berbeda dari Kiara, namun ia tidak terlalu mempermasalah itu karena bayaran yang ia dapatkan begitu besar.Tanpa kata Kiara berjalan lebih
“Sebenarnya apa tugas saya kali ini?” tanya Tiffany sesaat setelah ia tiba di kediaman Alex.“Mudah!” Alex menatap sang dokter dengan tenang. “Cukup kamu katakan jika rumah ini adalah milikmu dan pria-pria itu para bodyguardmu.”Kening Tiffany berkerut. “Why? Harusnya anda bangga mengakui rumah ini sebagai—“Kali ini Tiffany terdiam saat Alex melirik ke arah Kiara yang duduk dengan wajah masam, tanpa bicara sedikitpun dan seakan malas melihat kehadiran dokter yang selalu memeriksanya itu.“Ingat! Rumah ini adalah milikmu!” tegas Alex sambil menyodorkan uang dalam jumlah besar.Kali ini Tiffany tertawa lepas seraya mendorong kembali uang tersebut. “Saya tidak matre, Tuan Alex. Bayaran anda untuk memeriksa kandungan saja sudah sangat banyak, jadi hanya untuk mengakui rumah ini sebagai milik saya tidak perlu sampai seperti ini.”“Ini hal yang sangat mudah. Mudah sekali.”“Kau yakin menolak uang ini?”Tiffany mengangguk, saat dalam perjalanan ia berpikir akan mendapatkan komplain atau mas
“Tetaplah berada di sisiku.” Bisikan itu terus terngiang di telinga Kiara, bagai sebuah mantra yang mengikat jiwa dan raganya.Kiara menggigit bibir bawahnya pelan, hatinya terus saja bertanya-tanya bagaimana mungkin ia bertahan jika kehadirannya sama sekali tidak diterima oleh semua, terutama keluarga Alex.“Apa kamu yakin? Lalu bagaimana dengan Barbara, bukankah kalian sudah di jodohkan.” Kali ini Kiara memberanikan diri untuk berbalik, meksipun sedikit kesusahan karena perutnya yang semakin besar. “Jujur! Aku tidak mau jadi ada yang ketiga antara kita.”Alex tersenyum. “Tentu saja ada dan itu pasti, Kiara!”Wajah Kiara mengeras menahan marah, ia menatap Alex penuh kebencian. Kemudian melepaskan pelukan Alex dengan sedikit kasar.“Kalau itu yang kamu mau, maka aku mundur. Aku akan menyerah.” Mata Kiara berkaca-kaca, hatinya merasa sakit karena ternyata keinginannya sama sekali tidak akan terwujud. Ia tidak sudi berbagi suami dengan wanita manapun.Alex kembali mendekat dan memeluk K
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas