Di dalam kamar, Kiara terus saja mondar-mandi tidak jelas. Ia ingin keluar, tapi jika itu terjadi sudah pasti wanita itu akan mencecarnya dengan begitu banyak pertanyaan. Apalagi melihat Kiara yang berbeda, kentara sekali di antara orang sekelilingnya di rumah tersebut.Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Kiara terkejut bukan main meskipun Anna masuk dengan cepat.“Nona, hubungi Tuan secepatnya agar wanita itu pergi.” Anna tidak memilik pilihan lain, jika Lusy atau Anna yang menghubungi kemungkinan besar pria itu tidak akan menjawabnya.“Ponselku ada di kamar.”Anna memutar otak, ia lantas meraih ponselnya dan menghubungi Jeremy. Sekian lama menunggu akhirnya ada jawaban. Kiara duduk dengan tenang menunggu Anna selesai bicara.“Bagaimana? Apa Alex akan segera pulang?” tanya Kiara.“Kemungkinan besar begitu, sebaiknya Nona diam di sini dan istirahat. Jangan sampai membuat keributan yang menimbulkan kecurigaan Barbara.”Kiara hanya mengangguk, ia hanya menatap kembali pintu yang baru saja te
“Kita pergi malam ini.” Ucapnya ketika berada di meja makan, tanpa menoleh pada Kiara sedikitpun.“Ya!” hanya itu jawaban yang keluar dari bibir manis itu. Bibir yang sampai detik ini menjadi candu untuk Alex.Pria itu menoleh sejenak dan kembali melanjutkan makannya tanpa mau bertanya apakah Kiara setuju atau tidak dengan apa yang ia lakukan.“Kenapa harus malam hari?”“Dia mengawasi rumah ini dan kita semua.” Alex mengangkat wajahnya dan menghela napas dalam. “Dengar! Barbara itu manusia tidak berhati dan dia bukan calon istri atau siapapun seperti yang ada dalam kepalamu.”Alex ingin menegaskan hal itu sejak awal, ia adalah pria bebas yang tidak terikat dengan wanita manapun sampai akhirnya di malam itu ia bertemu Kiara.Kiara bungkam, namun ia masih saja kesal karena berharap lebih pada pria itu. Alex adalah pria kaku, sedangkan Kiara sangat ingin diperhatian dan di bujuk, padahal itu bukan sifat aslinya.“Apa semua barang di walk in closet akan di pindahkan juga?” Kiara penasaran
“Bagaimana kondisinya?” tanya Alex pada Dokter yang baru saja selesai memeriksa Kiara.“Mari, kita bicarakan ini di ruangan saya.”Meskipun kesal dan tidak sabaran, kali ini Alex mengekor dengan perasaan campr aduk. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat melihat Kiara mati-matian menahan rasa sakit itu.“Sebelumnya saya ingin bertanya, apa semalam kalian berhubungan? Ini penting, Tuan!” Sang Dokter yang sudah tahu siapa Alex tentu saja harus menegaskan beberapa hal agar percakapan ini berjalan lancar.“Ya! Aku melakukannya dua kali.” Alex mengakui itu, semalam ia bagai singa lapar dan lupa jika Kiara sedang mengandung.“Ini adalah penyebab utamanya. Guncangan tubuh dan rangsangan pada beberapa hormon mengakibatkan terjadinya kontraksi dan kram. Hal itu bisa berakhibat fatal, keguguran bisa juga sampai ke tahap perdarahan.”“Beruntung, kehamilannya cukup kuat. Tidak ada perdarahan apa pun, tapi untuk keamanan dan keselamatan janinnya, pasien harus bedrest total selama dua minggu. Apala
Kondisi Kiara semakin membaik, akhirnya ia bisa pulang dan menikmati kembali kehidupannya yang nyaman di rumah baru tersebut. Alex yang sudah bicara bersama Jeremy akhirnya memutuskan untuk ada di dekat Kiara, paling tidak sampai istrinya itu pulih.“Tidurlah, aku akan ke ruang baca.” Alex bangkit dari duduknya setelah beberapa menit duduk menemani Kiara menghabiskan makanannya.Alex keluar dengan perasaan tidak menentu, ia segera pergi ke ruang baca dan mengalihkan pikirannya pada hal lain. Untuk beberapa saat ia merasa tersiksa, ia merasa jadi orang lain karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri dan hasrat sialannya itu.Namun lama-lama ia terbiasa, perlahan ia bisa menguasai diri meskipun berada di dekat Kiara dalam waktu cukup lama. Baru saja ia tenang, ponselnya berdering, di sana terpampang nama salah satu pelayan yang sengaja ia tempatkan di rumah lamanya.“Apa yang diinginkan wanita itu? Sungguh mengganggu.”Alex bangkit dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada siapa
“Alex, stop!” kali ini Kiara menepis pelan tangan kekar itu, i tidak tahan lagi dengan sikap manis Alex.Ya, menurut Kiara sikapnya itu cukup manis karena sangat jarang sekali wajah pria itu seperti sekarang.“A-aku baik-baik saja, hanya tidak terbiasa melihatmu tanpa pakaian.” Kejujuran Kiara sontak saja membuat Alex tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia pergi dan segera berpakaian.Tidak lama ia kembali dengan membawa Ipad serta beberapa dokumen. Alex terlihat fokus memeriksa laporan tersebut hingga tanpa ia sadari jika sekian lama duduk di sana Kiara terus memperhatikannya.“Alex.” Panggil Kiara pelan. “Aku bosan.”Pria itu menoleh. “Kamu belum boleh beraktifitas seperti biasa. Bersabarlah.”“Aku ingin melakukan sesuatu yang tidak melelahkan. Aku ingin kamu menemaniku bicara. Ya, itu saja cukup.”Alex ingin menolak, namun rasanya ia tidak bisa. Kiara seperti sekarang juga karena ulahnya, sudah kewajibannya bertanggung jawab dan menemaninya seperti yang dikatakan Jeremy padany
“Satu tahun.” Alex mengulang kata tersebut berkali-kali, seolah menjadi alarm yang tidak boleh ia lewatkan.“Sebelum satu tahun aku akan mengejutkan kalian!” Alex menyeringai, ia telah memiliki rencana sendiri untuk kehidupannya.Hari ini Alex lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, ternyata sering sekali menghabiskan waktunya menjaga Kiara membuat ia keteteran, meskipun ada asisten yang selalu siap membantunya.Beberapa hari setelah bertemu dengan Martin, Alex mengurangi jadwalnya bersama Kiara. Entah karena apa, namun ia merasa memang harus sedikit menjaga jarak, meskipun tidak dipungkiri jika rasa rindu itu memang nyata, membuat Alex selalu memantaunya melalui CCTV.Namun tanpa Alex ketahui, Barbara dengan sengaja mulai menabuh genderang perang dengan dirinya. Wanita itu tidak akan pernah tinggal dia sebelum Alex menjadi miliknya.“Permisi, Tuan, ada tamu untuk anda.”“Siapa? Apa dia sudah membuat janji denganku?” Matheo terlihat canggung dan melirik pintu, belum sempat Alex
Pagi hari, Alex terbangun lebih awal dan melihat Kiara masih terlelap dalam pelukannya. Ada debaran aneh yang sulit untuk ia tepis setiap kali bersama wanita yang sekarang mengandung benihnya.Saat menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba saja Kiara menggeliat pelan dan matanya terbuka, entah kenapa Alex merasa harus memejamkan matanya. Pura-pura tertidur itu lebih baik.“Eh, kok aku peluk Alex kayak gini?” gumam Kiara, perlahan ia menarik tangannya dari perut rata dan keras milik Alex. Alih-alih bangun, Kiara justru menikmati momen pagi ini dengan menatap wajah suaminya.“Aku nggak nyangka bisa hidup sama kamu. Pertemuan pertama dan terakhir kita waktu itu, aku menegaskan agar kamu melupakan semuanya. Tapi nyatanya ada hal lain yang mmebuat kita justru terikat.” Kaira terkekeh, tangannya terulur menyentuh pipi Alex.“Aku bersyukur karena jatuh ke tanganmu. Awalnya aku merasa Tuhan tidak adil, tapi nyatanya aku yang salah.”Kiara bergerak pelan, diam-diam ia mencium pipi Alex dan
Selesai sarapan pagi, Kaira memilih bersantai di ruang baca untuk membunuh waktu yang terasa begitu lembat. Sesekali ia menghela napas dalam sambil mengangguk, buku-buku itu ternyata membuka pikirannya pada dunia bisnis.Hampir satu jam lamanya ia ada di sana, hingga Anna datang dan memberitahu jika Dokter sudah tiba. Kiara keluar sambil tersenyum, namun saat melihat Alex sedang berbincang dengan sang dokter wajahnya berubah datar.Moodnya berantakan, ia cemburu melihat Alex dekat Tiffany yang memang lebih muda, cantik dan terlihat bersahaja dengan gayanya yang anggun. Belum lagi pembawaannya yang mudah membuat orang lain nyaman.“Ekhm! Kapan pemeriksaan akan dimulai?” Kiara mendekat, saat itulah Alex sedikit menjauh dan memberi ruang untuk istrinya.“Kita bisa melakukan pemeriksaan sekarang jika anda menginginkan itu.” Tiffany merasakan sikap yang berbeda dari Kiara, namun ia tidak terlalu mempermasalah itu karena bayaran yang ia dapatkan begitu besar.Tanpa kata Kiara berjalan lebih
“Aku akan pergi.” Alex mengatakan itu saat mereka sedang duduk berdua pagi ini.“Pergi? Kemana?” Kiara menghentikkan gerakan tangannya yang sedang memegang garpu. “Berapa lama kamu pergi?”Alex mengatakan kemana ia pergi. “Mungkin tiga hari, jika pekerjaan di sana tidak berjalan lancar kemungkinan aku akan lebih lama.”Kiara terdiam, ia merasa tidak rela jika Alex pergi. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya itu, meskipun tidak selama 24 jam bersama. Hanya saja ia merasa kosong saat berjauhan. Ini mungkin cinta, namun Kiara selalu menyangkalnya karena bayangan pernghianatan Rama masih menjadi momok yang mengerikan untuknya.“Apa tidak bisa Jeremy saja yang pergi?” Kiara berusaha mencari jalan lain agar Alex tetap disisinya.“Sayangnya tidak bisa. Selama aku pergi, Bima akan menjagamu di sini, kalian bisa pergi ke beberapa tempat tentunya di temani Ken. Nikmati waktu kebersamaanmu dengannya, karena saat aku kembali Bima akan pulang.”Tidak ada protes lagi, yang dikatakan oleh Al
“Kiara.” Suara yang sangat dirindukan Kiara terdengar nyata ditelinganya.Kiara belum berbalik, ia masih menatap Alex yang tetap dengan ekspresi santai. Ketika Alex melihat ke sumber suara, barulah ibu hamil itu mengikuti arah pandangannya.“A-ayah.” Kiara sedikit gugup. Ia kembali menatap suaminya penuh tanya. Melihat binar kebahagiaan di mata istrinya, Alex langsung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya.Dengan perasaan haru, Kiara berjalan pelan mendekati Bima yang sekarang terlihat baik dan sehat. Bahkan pria yang sudah dinyatakan mengalami stroke itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya.“Aku merindukan ayah selama ini.” Kiara memeluk Bima, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi saat cinta pertamanya hadir di depan mata.“Ayah juga sangat merindukanmu, Nak. Maafkan ayah karena telah melakukan kesalahan besar padamu.”Kepala Kiara menggeleng kuat. “Lupakan hari itu!”“Kapan ayah datang kemari? Apa ini alasan kenapa ponsel ayah mati?” Kiara mengusap air matanya dan
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara
Beberapa hari kemudian Tiffany kembali datang untuk memeriksa kondisi Kiara sesuai dengan pemintaan Alex.“Bagaimana kondisiku?” tanya Kiara tidak sabar.“Dari hasil pemeriksaan, semua sangat bagus. Tapi sayangnya karena ini kehamilan ganda, saya tidak menyarankan anda untuk melakukan penerbangan terlalu lama. Itu berhabaya untuk kehamilan anda.” Tiffany melihat dengan jelas kekecewaan di wajah ibu hamil tersebut, namun demi kebaikannya ia harus jujur.“Apa kepergian ini sangat penting? Maksud saya bagaimana jika ditunda hingga melahirkan, paling tidak semua akan merasa aman.”“Lalu aku harus menunggu hingga anakku satu tahun untuk bisa pulang ke negaraku, Dokter?” kali ini Kiara sedikit kesal. Apa yang diinginkannya sama sekali tidak sesuai harapan.“Tenanglah.” Alex melirik istrinya yang sudah terlanjur kecewa, meksipun Kiara sadar jika semua demi kebaikannya sendiri.“Bagaimana dengan jet pribadi?” tanya Alex serius.“Lebih baik menunggu si kembar lahir, Tuan Alex. Sebelum satu tah
Alex meninggalkan acara makan malam tersebut tanpa berpamitan pada siapapun. Lama-lama berada di sana ia bisa saja hilang kendali dan membuat keributan.Ia mengumpat keras selama perjalanan, jika seperti ini keselamatan Kiara menjadi taruhannya. Kali ini ia lebih memilih untuk menemui Jeremy lebih dulu, ada satu cara jitu untuk bisa menjauhkan Barbara dari kehidupannya.Saat memasuki jalanan utama, Alex bisa melihat dari kaca spion mobilnya jika ada satu mobil yang mengikutinya. Meskipun menjaga jarak, tetap saja bisa terlihat jelas oleh mata elangnya.“Jadi dia menyiapkan orang untuk mengintaiku. Baiklah!” Alex mempercepat laju mobilnya, mengambil lajur kiri dan melesat.Mobil hitam itu mulai kelabakan karena tidak bisa menemukan Alex. Mereka mengurangi laju mobilnya ketika memasuki sebuah kawasan yang sepi.“Kemana dia?”“Aku tidak tahu, tadi dia tiba-tiba cepat sekali. Tapi dia memang mengambil lajur kiri.” Satu temannya yang duduk di depan kemudia fokus memperhatikan, sampai tiba-
Alex akan kembali pulang ke kediaman orang tuanya, undangan makan malam dari sang ibu harus ia hadiri jika tidak ingin mendapatkan teror setiap saat.“Aku akan pergi, jangan menungguku pulang. Tidurlah.” Alex sengaja mendatangi kamar Kiara.“Kemana?”“Ke rumah orang tuaku.”Tubuh Kiara menegang seketika mendengar Alex akan pulang ke rumah orang tuanya. Setelah sekian lama mengenal dan hidup bersamanya, baru kali ini Kiara mendengar jika pria itu akan pulang.“Apa kamu lama di sana?”“Hmm, mereka mengadakan makan malam dan aku harus hadir. Jangan khawatir.” Alex maju dan mencium kening istrinya, kemudian pergi meninggalkannya sendiri.“Kadang aku lupa jika pernikahan ini bukan yang sesungguhnya.” Kiara terkekeh sambil menahan perih di hatinya. Ada keyakinan tersendiri jika mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir.Tidak ingin membuat kepalanya berat dengan hal negatif, Kiara keluar dari kamar kemudian mengajak Anna untuk menemaninya bermain di kolam renang.Meskipun ia tidak sebebas