RAMA BERKHIANAT
Kiara menyentuh dadanya yang bergemuruh hebat saat suara desahan itu semakin terdengar jelas. Dengan perasaan yang berkecamuk, ia menguatkan diri dan mendorong pintu yang tidak tertutup rapat itu dengan sekuat tenaga.
BRAK!
“Rama, Bella!” Kiara menatap dua orang yang sekarang syok karena kehadirannya yang tiba-tiba. Air mata langsung mengalir deras membasahi wajah cantiknya saat melihat Rama dan Bella yang sudah sama-sama hampir tanpa busana.
“Ja-jadi ini yang kamu lakukan di belakangku, Rama?” Pertanyaan Kiara sontak saja menyadarkan Rama dari keterkejutannya.
“Ki-Kiara!” Rama tergagap, dengan cepat pria itu membenarkan celananya yang sudah melorot kemudian mendekati Kiara. “Aku bisa menjelaskan semuanya, tolong dengarkan aku.”
“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan sayang.” Rama menyentuh tangan Kiara yang gemetar karena melihat kenyataan yang begitu menghancurkan hatinya.
Sementara Bella hanya bisa menatap Kiara kesal dan benci karena gagal bermesraan bersama Rama. Ia memakai kembali kemeja yang sudah terbuka tanpa peduli dengan Kiara yang sekarang merasa sangat hancur. Bella justru memberikan senyumnya, seakan menunjukkan jika ia adalah pemenangnya.
“Menjelaskan apa? Aku sudah melihat semuanya, jadi tidak ada lagi yang harus dijelaskan, Rama. Kamu dan Bella, kalian—“ Kiara menepis tangan Rama kemudian mengangkat tangannya yang gemetar sambil menggelengkan kepalanya.
Tangisnya semakin pecah saat menyadari jika pertunangan yang ia impikan kandas begitu saja, entah sejak kapan ia dipecundangi seperti ini oleh Rama dan Bella.
“Ini salah paham, oke!” Rama masih berusaha meyakikan Kiara.
Kiara menangis dan tersenyum di saat yang bersamaan. Ia tidak pernah menyangka jika Rama akan tega selingkuh, bahkan dengan Bella, saudara tiri Kiara.
“Aku tidak bodoh, Rama! Aku tidak bodoh.” Lirihnya pedih. Kiara menarik napas dalam dan menatap Rama dengan nanar.
“Sejak kapan?” tanya Kiara dengan bibir bergetar. “Jawab aku, jangan hanya diam seperti pecundang!”
Napas Kiara semakin memburu karena diamnya Rama, saat ia mengalihkan tatapannya pada Bella, Rama ikut menoleh ke belakang.
Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Kiara menapar Rama dengan semua kekuatan yang ia miliki. Rama tidak bereaksi, ia diam dan pasrah. Tapi tidak dengan Bella.
“Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila Kiara?” teriak Bella, kemudian memeriksa wajah Rama. Kilatan amarah jelas terlihat di mata Bella. “Kamu nggak apa-apa, Rama?”
“Diamlah, Bell.” Rama melepaskan tangan Bella dari wajahnya. “Ini masalahku dengan Kiara.”
Kiara bertepuk tangan. “Luar biasa! Kalian pantas mendapatkan penghargaan manusia paling munafik.”
Bella marah, ia benci mendengar Kiara menghinanya. Saat Bella berniat menampar Kiara, Rama menahannya.
“Dia keterlaluan, Rama. Aku tidak suka dengan caranya memanggil kita munafik. Di sini yang munafik itu kamu, Kiara! Sok jual mahal dan tidak mau disentuh oleh Rama. Jadi jangan menyalahkan Rama jika dia berpaling padaku yang bisa memuaskan dahaganya.”
“Rama itu pria normal!” teriak Bella.
“Bella, tolong diam. Jangan semakin memperburuk keadaan ini.” Rama mencengkram tangan Bella, membuat perempuan itu meringis kesakitan
“Apa benar yang Bella katakan, Rama? Apa karena aku memegang teguh prinsipku untuk menjaga kesucian sampai kita menikah yang jadi menyebab kamu selingkuh?” tanya Kiara, ia berharap jika pria itu menjawab tidak, namun lagi-lagi tidak ada jawaban pasti.
Kali ini Rama tidak bisa berkata-kata, selama ini memang Kiara tidak pernah ingin berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman santai yang pernah mereka lakukan selama beberapa tahun menjalin kasih.
“Astaga!” Kiara mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian memukul dadanya pelan.
“Kia, kita bisa bicara baik-baik. Aku dan Bella hanya bermain-main.” Rama berusaha untuk membujuk Kiara, dan memberikan kode agar Bella tidak beraksi.
Kiara menggeleng. “Tidak! Ini terlalu menyakitkan, Rama.”
“Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, semua sudah sangat jelas. Kita sudahi saja hubungan ini. Kita putus!” Bagai ada ribuan belati yang menikam jantungnya, membuat Kiara menekan dadanya lebih kuat.
Hatinya hancur berkeping-keping, kisah cintanya yang sudah berjalan beberapa tahun hingga ada di tahap serius akhirnya kandas begitu saja. Tidak pernah terbayangkan sedikitpun jika ia akan ada di posisi yang menyedihkan seperti ini.
“Tidak Kiara! Kita tidak bisa putus, kita akan bertunangan.” Rama tidak bisa melepaskan Kiara. Namun sayang gadis itu sama sekali tidak peduli dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rama.
“Dan kamu!” Kiara menunjuk pada Bella dengan mata berkilat marah. “Silahan ambil dia! Sekarang aku tahu, ternyata anak dan ibu memiliki satu kesamaan yang tidak bisa dihilangkan. Kalian sama-sama menyukai barang bekas orang lain.”
“Kamu!” bentak Bella tidak kalah keras.
“Bella, diam! Lebih baik kamu pulang, aku harus bicara berdua dengan Kiara.” Secara tidak langsung Rama mengusir Bella.
“Kamu ngusir aku?” Bella menggeleng tidak percaya. “Harusnya dia yang pergi, Rama! Bukan aku!”
Melihat Rama dan Bella bertengkar, Kiara tersenyum getir dan memilih untuk pergi, bahkan tanpa mereka sadari dalam pertengkaran itu semua terbongkar. Berapa lama hubungan itu terjalin dan apa saja yang mereka lakukan. Kiara melangkai dengan gontai, tidak ada gunanya lagi ia ada di tempat yang membuat hatinya sakit hati.
Kiara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan kembali ke hotel dimana ia menginap. Setibanya, Kiara langsung melampiaskan semua kemarahannya. Ia pulang tanpa mengabari siapapun dan berniat memberikan kejutan, namun ternyata malah ia yang mendapatkan kejutan yang menyakitkan.
“Rama berengsek! Bajingan!” Kiara menangis keras sambil memukul dadanya pelan. Rasa sakit yang luar biasa membuat ia merasa sesak.
“Aku membenci kalian!”
***
Malam semakin larut, namun Kiara tidak bisa melupakan rasa sakit atas penghianatan Rama bersama Bella. Pikirannya kacau, ia tidak bisa lagi berpikir dengan jernih hingga sekarang kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah kelab malam.
“Berikan aku iceland.” Kiara duduk di tengah hingar bingar suara musik yang memekan telinga, namun hal itu sama sekali tidak mampu mengusir rasa sakit yang bercokol dalam dada.
“Anda yakin, Nona?” tanya bartender.
“Kenapa? Apa aku terlihat seperti orang miskin dan tidak akan mampu membayar minuman di tempat ini?” Kiara kembali marah kemudian mengeluarkan uang miliknya.
Bartender itu langsung memberikan apa yang Kiara minta, namun baru saja Kiara akan mengabiskan gelas ketiga, gadis itu sudah meracau sambil menangis.
Kiara bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan. Alkohol benar-benar membuat ia tidak bisa mengontrol dirinya. Hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang baru saja memasuki kelab tersebut.
“Rama, kamu bajingan!” tunjuk Kiara sambil tertawa, kemudian menangis.
“Bos, anda tidak apa-apa?” Asisten pribadi pria itu berniat menjauhkan Kiara, namun dengan satu gerakan tangan asistennya terdiam.
Pria itu menatap Kiara dengan lekat, dari cara berpakaian Kiara saja sudah terlihat jelas jika dia bukan salah satu dari wanita penghibur di kelab tersebut.
Wanita yang malang, pikirnya.
Namun sayangnya ulah Kiara yang meracau sambil menunjuk-nunjuk wajahnya membuat pria itu berdesir. Hasratnya bangkit hanya karena melihat wanita mabuk.
“Kau ingin tubuhku? Iya? Jawab aku, Rama!” Kiara terus saja bergelayut pada tangan Alex.
“Sentuh aku! Kita buktikan siapa yang bisa memuaskanmu, Rama.” Kiara menarik jas Alex. “Ayo! Sentuh aku sekarang.”
Alex menggeram pelan, hasrat lelaki dewasanya semakin dominan. Tanpa berpikir panjang Alex membawa Kiara, menggendongnya menuju lift dan menekan angka tiga, dimana di sana tersedia kamar khusus.
“Jangan salahkan aku jika kau kehilangan harga dirimu!”
HILANGNYA KESUCIAN KIARA“Kasihan sekali dia.” Alex tersenyum smirk.Dari posisinya berdiri, Alex bisa melihat Kiara yang berguling-guling tidak jelas karena efek minuman yang menguasainya. Pria itu menggeleng pelan saat mendengar umpatan Kiara pada Rama.“Hey, Nona? Apa kau sadar berada dimana? Kau berada di sarang harimau.” Tanpa senyum sedikitpun Alex menatap Kiara, wajahnya yang sedikit memerah membuat gadis itu terlihat lebih cantik.Shit! Alex mengumpat pelan.“Rama!” Kiara tiba-tiba saja menarik kerah kemeja yang dipakai oleh Alex. “Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa benar yang Bella katakan?”Untuk pertama kalinya Alex diperlakukan kasar oleh seorang wanita. Bahkan Alex pernah memaki wanita yang tidak sengaja memegang tangannya. Menurutnya, wanita itu mendekat karena melihat kekayaannya.“Aku, menjaga semuanya hanya untukmu. Tapi kamu bodoh!”Cuihh! Kiara meludai Alex.Rahang Alex mengeras menahan amarah, namun ia masih menggunakan kesadarannya. Wanita yang ada di hadapann
MEMILIH PERGIKiara menatap pagar rumah tersebut, hatinya merasa gamang untuk masuk ke dalam sana. Namun bayangan Bella bersama Rama membuat ia membuang semua rasa ragunya ke dasar jurang."Selamat datang, Nona. Semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga." Kedatangan Kiara di sambut oleh kepala pelayan di rumah tersebut."Terima kasih." Kiara merapikan penampilannya dan menarik napas dalam, entah kenapa ia merasa gugup."Rama, untuk apa kamu ada di sini?" suara Kiara meninggi saat melihat pria itu."Ayah, bisakah kita bicara hanya berdua saja?" Kiara sedikit salah tingkah saat sang ayah menatapnya tajam. Kepala Kiara sedikit tertunduk, apalagi debaran jantungnya yang semakin cepat.Bima bangkit dari duduknya dan mendekati Kiara, saat itulah hati seorang putri merasa bahagia. Ayahnya datang mendekat dan memberikan perlindungan. Namun sayang, harapan itu tidak pernah terjadi. Tanpa bertanya atau mendengarkan putrinya, Bima justru melayangkan sebuah tamparan keras hingga sudut bibir
Satu bulan kemudian ...Pagi ini Kiara terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kepalanya terasa begitu berat karena ia pulang larut malam setelah ada pekerjaan tambahan di kafe tempat ia bekerja. Sejak semua fasilitasnya dicabut, Kiara langsung diberhentikan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Semua atas perintah dari Bima.“Sepertinya aku kelelahan, pekerjaan semalam sangat banyak.” Kiara berusaha untuk duduk, diam sejenak sampai rasa pusing di kepalanya sedikit berkurang.Ia menarik laci dan mengambil sebuah botol obat dan meminumnya satu butir. Sejak ia kembali ke London, semua berubah. Ia tidak lagi ditinggal di apartemen milik sang ayah dan menyewa sebuah kamar untuk dirinya. Bekerja keras demi kelangsungan hidupnya dan ia bisa bertahan sejauh ini.“Ayo Kiara! Bukan waktunya untuk bermalas-malasan, kamu harus bisa hidup nyaman di sini. Aku harus bisa membuktikan pada papah dan manusia toxic itu.” Kiara bangkit dan membersihkan diri, hari ini ia akan bekerja di sebuah toko
Setelah mengetahui jika dirinya hamil, Kiara berusaha untuk tetap bertahan dengan rasa tidak nyaman akibat mual yang terus terjadi. Sehingga pertahanan tubuhnya kalah, saat berjaga di toko bunga ia jatuh pingsan.Kiara dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan di bantu oleh wanita tua pemilik toko. Saat wanita tua itu keluar dari ruang perawatan, ia terkejut karena tiba-tiba saja seorang pria berwajah asing datang menghampirinya.“Permisi, Nyonya, apa saya boleh bertanya?” Alex menatap dengan lekat.“Ya, silahkan. Apa yang ingin anda tanyakan?” Rose, menatap Alex tak penuh selidik.“Saya Alexander Marcow. Saya kemari untuk menjemput Kiara, dia mengandung dara daging saya.” Alex tidak suka bertele-tele, ia ingin secepatnya membawa Kiara pergi.“Apa buktinya? Selama ini dia hanya seorang diri dan berjuang keras untuk hidupnya.” Rose tidak mau kalah. Ia tahu bagaimana Kiara berjuang, bekerja tanpa lelah untuk bisa bertahan.“Biarkan saya masuk, dia akan mengenali saya.” Kelemahan A
PERGI KE MEXICOKiara duduk dengan tenang dalam jet pribadi Alex, di sampingnya duduk seorang suster yang siap memeriksa keadaannya selama penerbangan menuju Mexico.“Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?” tanya suster tersebut pada Kiara.“Tidak! Aku hanya ingin tidur, kepalaku sedikit pusing.” Kiara memejamkan matanya perlahan dan mencoba untuk beristirahat, namun sayang usahanya hanya sia-sia saja.“Siapa namamu?” Kiara kembali membuka mata.“Saya, Anna.”“Apa kamu sudah lama bekerja bersama Alex?” Kiara ingin mengorek sedikit informasi mengenai pria yang akan dia nikahi. Ini adalah pertemuan keduanya dengan Alex, tentu saja Kiara merasa jika pria itu bukanlah orang biasa.“Ya, saya bekerja di bawah tangan Tuan Jeremy, dokter pribadi Tuan Alex. Saya selalu pergi bersama mereka jika kondisi mengharuskan saya ikut.” Anna berbicara dengan begitu sopan dan lembut pada Kiara.“Anna, panggil saja namaku, itu lebih membuatku nyaman.” Entah kenapa Kiara merasa tidak suka diperlakukan seperti
Kiara terbangun dari tidurnya karena ternggorokannya terasa kering, belum lagi desakan ingin buang air kecil. Saat membuka mata dia heran melihat cahaya di kamar tersebut tamaran.“Kenapa lampu utamanya di matikan? Seingatku, sebelum tidur lampunya masih menyala. Mungkin Anna yang mematikannya.” Tanpa ada perasaan curiga Kiara turun dan menyalakan kembali lampu kamar tersebut dan bergegas ke kamar mandi, barulah ia membasahi tenggorokannya dengan air yang sudah tersedia di atas meja.Kiara kembali duduk bersandar di atas ranjang dan memperhatikan sekeliling. Semua yang ada di rumah tersebut adalah barang-barang mewah, ada juga beberapa hasil kerajinan tangan yang begitu indah.Dia melirik jam dinding yang ternyata baru menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Sempat tidak menyangka jika ia sudah tertidur cukup lama, bahkan kali ini Kiara merasakan kembali tidur nyenyaknya setelah sekian lama.Perutnya tiba-tiba saja berbunyi, membuat Kiara langsung
“Bicaralah, Kiara!” ulang Alex dengan suara lebih keras.Kiara terkejut, namun ia masih berani menatap pria yang memiliki mata tajam itu. Begitu banyak hal yang ingin diucapkan oleh Kiara, hanya saja ia sadar jika semua belum waktunya.“Aku ingin memiliki ponsel. Aku juga ingin berkomunikasi dengan ayah dan teman-temanku.” Kiara memperhatikan perubahan wajah Alex, ia sedikit takut permintaannya itu akan mendapat penolakan.“Baik! Aku akan menyiapkannya, tapi aku akan membatasi komunikasimu dengan orang luar. Ingat, Kiara! Tidak semua orang yang kamu anggap teman benar-benar teman!”Mendengar ucapan Alex, tiba-tiba saja Kiara teringat pada Leo Andreas, pria yang menggadaikan persahabatannya hanya untuk sebuah jabatan.“Aku juga ingin membalas mereka, Alex!” sorot mata Kiara berubah, jelas sekali ada kemarahan yang tersimpan rapi dan muncul ke permukaan secara perlahan.“Jika kamu masih men
Beberapa hari kemudian, Alex menepati janjinya untuk menikahi Kiara. Pria itu benar-benar mengabulkan setiap keinginan Kiara, bahkan tanpa diminta.“Alex, apa boleh aku tetap berada di kamarku?” tanya Kiara saat mereka baru saja kembali ke kediaman pria itu.“Kenapa?” Alex masih sama seperti biasanya, irit bicara dan menatap Kiara dengan tajam.“A-aku hanya belum terbiasa.” Kiara berusaha untuk terlihat tenang, meskipun detak jantungnya benar-benar menggila. Ada hal yang sangat ia takuti jika harus satu kamar bersama Alex, meskipun pria itu telah sah menjadi suaminya.“Lakukan apapun yang itu membuatmu nyaman.” Alex berlalu begitu saja menuju kamarnya, sore hari ia akan pergi untuk beberapa urusan dan mungkin tidak kembali.Buru-buru Kiara masuk ke kamarnya, ia menghela napas dalam sambil mengusap perutnya yang masih sangat rata. “Tumbuhlah dengan baik! Sekarang kita aman dan tidak akan pernah k