"Anda.""Kamu."Baik Lea maupun pria itu terkejut saat bertemu lagi untuk kedua kali. "Masih ingat saya?""Tuan Agra Attarva."Agra mengulas senyum. Lea masih mengingatnya. "Kebetulan lewat, lihat toko bunga, masih baru. Sekalian mampir.""Kami baru buka kemarin. Jadi bunga apa yang Anda inginkan. Semoga sudah ada," balas Lea ramah."Lyli." Agra menjawab singkat dengan Lea langsung memandangnya."Anda mau ke sana?"Agra mengangguk. Lea gegas menyiapkan pesanan Agra dengan pria itu tampak mengamati. Agra jelas terpukau dengan kelincahan dan kelihaian tangan wanita itu dalam menyusun kuntum bunga hingga membentuk sebuah rangkaian yang apik."Jika kamu memang penting baginya, tidak masalah bagiku untuk kembali menghancurkannya," batin Agra dengan senyum tipis terpulas di bibir.Masa bodoh dengan permintaan Vika yang menginginkan Lea lenyap. Agra justru ingin melihat Lea hidup untuk dia gunakan menyiksa Zio."Bunga Anda, Tuan. Semoga Anda suka. Terima kasih dan sila datang lagi." Puspa y
Dan benar saja, keesokan harinya Lea menggerutu. Dia tak bisa naik sepeda. Padahal dia sedang senang-senangnya naik kendaraan roda dua tanpa mesin itu.Dia menatap hampa sepeda hitamnya dengan bibir manyun. "Apa kubilang. Makanya jaga diri," ledek Zio meski wajahnya lempeng seperti jalan tol.Suasana rumah masih pagi, Zio baru kembali dari joging. Lea sengaja ingin berangkat pagi, dia sedang tidak ingin bertemu Inez dan Nancy. Selain itu dia juga sedang menunggu supplier bunga langganannya akan datang lebih pagi dari biasanya. Agni dan Puspa baru akan datang agak siang, mereka memutuskan pindah hari."Ayo!"Ha? Lea melongo ketika Zio tanpa ragu naik sepedanya. "Apa?""Aku antar."What? Lea tidak salah dengar? Zio mau mengantarnya."Gak! Remuk nanti sepedaku. Lihat kamu sebesar itu."Zio melirik sepeda Lea, agaknya benar. Benda itu tidak akan kuat menampung bobot mereka berdua. Zio masuk ke garasi, lalu mengambil satu motor matic. Setelah memakai helm dan masker, Zio melirik penuh ko
"Ada apa Mas Rian kemari?" Lea bertanya dengan tangan bersedekap di dada. Kenapa juga Rian ada di sini. Oh pertanyaan lebih penting, dari mana Rian tahu dia buka toko bunga di sini.Lea mendesah malas, dia sungguh ingin lepas dari Rian tapi kenapa pria itu justru makin getol mengejarnya. Bahkan sampai ke tempat ini. Bagaimana jika Vika sampai tahu, apa perempuan itu tidak makin marah padanya.Yang kemarin saja Vika sudah seperti predator menatap mangsanya. Vika bak ingin menelan Lea bulat-bulat. "Lea, kenapa sikapmu begini. Aku hanya ingin kita kembali. Beri aku kesempatan, aku minta maaf. Aku salah," balas Rian to the poin, tanpa basa basi."Mas masih tanya kenapa aku begini. Mas, kita itu sudah bercerai. Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tidak sepantasnya Mas Rian terus menemuiku, sementara Mas punya tunangan. Apa Mas gak memikirkan perasaan Vika. Tolonglah, jangan membuat masalah. Aku tidak mau kembali sama Mas, jadi jangan pernah temui aku lagi."Ucap Lea panjang kali lebar
"Zi ... eh Tuan tunggu."Gubrak! Aduh! Lea mengaduh dengan tangan menyentuh lututnya. Zio yang tadinya mau ke kamar mandi, urung melakukannya. Dia berbalik pada Lea yang terduduk di karpet.Pria itu menarik tangan Lea untuk melihat luka di lutut sang istri. "Kau itu bisa diam tidak? Ini pasti kau keluyuran waktu di toko!""Eng-enggak kok," kilah Lea."Bohong aja!" Lelaki itu lantas berdiri lalu mengambil ponselnya."Arthur kemari, langsung naik ke kamarku. Lea lututnya infeksi, kayaknya harus diamputasi."Lea memutar lehernya sangat cepat saat Zio mengatakan lututnya mau diamputasi. "Itu gak benar kan?"Zio mengedikkan bahu. Dengan Lea langsung merinding takut. Amputasi? Dia bakal tidak punya kaki. Dia akan jadi cacat. Bapak! Lea nyaris menangis mendengar kakinya akan dipotong.Lima belas menit kemudian, Lea benar-benar menangis saat pria yang Zio panggil Arthur benar-benar datang. Pria itu tanpa banyak kata memeriksa Lea. Saat Zio masuk ke walk in closet untuk berganti pakaian, Lea
"Jadi janda dua kali?" Lea menggumamkan kalimat itu untuk beberapa kali. Helaan napas terdengar mengiringi. Akan jadi apa nasibnya jika hal itu terjadi. Lea terdiam untuk beberapa waktu, sampai akhirnya dia menyemangati dirinya. Meski jadi janda dia akan memiliki tempat untuk bergantung hidup. Perempuan itu mulai bersiap untuk ke toko. Sampai saat ini, baik Nancy maupun Inez belum tahu kalau Lea punya toko bunga. Mereka tahunya Lea keluyuran tidak jelas. Walau lututnya masih sakit, Lea sudah terasa lebih baik. Hari ini rencananya ada Erna yang mengantarnya. Lea sempat berpapasan dengan Nancy yang sempat-sempatnya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Nancy merasa kalau dirinya masih jadi orang yang paling dekat dengan Zio. Padahal yang dia lakukan hanya menyiapkan pakaian lelaki itu. "Aku pikir kau sudah harus mendepaknya dari kamarmu. Yang dia lakukan tidak pantas." Kata Zico yang bergabung dengan Lea di tangga lantai dua. "Aku punya hak apa kalau kakakmu menyukainya," balas
"Apa kau tahu Agra mengenal Lea?" Pesan dari Zico seketika membuat Zio mengubah ekspresi wajahnya. Pria itu mengeratkan rahang dengan emosi jelas kentara di parasnya. Nancy langsung melihat perubahan itu."Ada apa?" tanya perempuan tersebut."Bukan urusanmu! Ayo Arch kita berangkat. Papa antar ya."Horeee, Arch bersorak gembira mendengarnya. Pria itu menggendong sang putra, membawa tas serta lembaran kertas milik Lea. Di belakangnya mengekor sang pengasuh Arch. Perempuan yang diam-diam memperhatikan Zio dan Arch.Pria itu melangkah keluar rumah dengan wajah kesal. Bagaimana Agra bisa mengenal Lea? Ini sungguh di luar pengetahuan Zio.Sementara itu di toko Lea, masih ada Zico yang sejak tadi beradu pandang dengan Agra. Pria yang punya tipe wajah serupa, sama-sama oriental. Zico jelas tak akan pergi sebelum Agra meninggalkan tempat itu.Tak sampai lima belas menit, Agra sudah menghilang dari pandangan Zico. "Kakak kenal dia?" cecar Zico segera.Sikap pemuda itu membuat Agni dan Puspa
"Mak-maksud Tuan apa?" Lea bertanya dengan tubuh gemetar ketakutan. "Apa kau kenal Agra Attarva?" Zio mengulangi pertanyaannya. Kali ini mulutnya sampai berdesis menahan amarah.Bukannya segera menjawab, Lea justru makin memundurkan tubuh, dia mencoba kabur dari Zio. Satu hal yang membuat Zio naik pitam hingga tanpa ragu Zio langsung mencekik leher Lea.Bisa dibayangkan bagaimana syoknya Lea sebab tindakan Zio. Perempuan itu meronta, tangan mungilnya menahan dua tangan kekar Zio."Tu-tuan ...." Lea tersengal dengan wajah merah padam."Katakan! Apa hubunganmu dengan Agra Attarva?" tanya Zio sekali lagi."Tidak ada! Kami hanya pernah bertemu di makam nyonya Nika. Setelahnya dia datang ke toko untuk membeli bunga. Tuan sesak!"Lea setengah menjerit sampai Zio mengerjap pelan, baru dia sadar dengan perbuatannya. Pria itu hanya diam sambil memandang Lea yang terbatuk-batuk karena ulahnya."Kau dilarang bicara dengannya! Jangan pernah bertemu dengannya. Aku tidak suka!" Kata Zio penuh peri
Nancy melangkah masuk ke walk in closet, meski kesal sebab dia kembali ditolak, dia akan tetap menyiapkan pakaian untuk Zio. Sampai di tempat itu, Nancy membulatkan mata, sudah ada set pakaian untuk Zio. Nancy menggeram marah, tanpa ragu, dia mengembalikan pakaian itu ke lemari lalu memilih lagi."Dasar wanita kampungan ingin bersaing denganku rupanya. Jangan mimpi bisa menang dariku," cibir Nancy sambil memasukkan pakaian ke tempatnya.Selanjutnya jemari Nancy yang berkutek merah dengan lihai memilah, pakaian mana yang akan Zio kenakan. Melakukan hal itu membuat Nancy menggulung senyum."Kau bersikap seperti tadi pasti karena kau gengsi. Kau tidak mau menunjukkan kalau kau menyukaiku. Kau hanya menggunakan perempuan itu untuk membuatku cemburu," gumam Nancy percaya diri.Wanita itu masih saja tidak sadar jika Zio sejak dulu tak berminat padanya. Kalau lelaki itu sudah terpikat pada Nancy, pasti Zio akan menikahi adik iparnya itu. Nyatanya Zio lebih suka memenuhi wasiat terakhir Nika
Lea menoleh ke arah Zio yang setengah terpejam di kursi penumpang. Lea menghembuskan napas, kemudian kembali fokus pada kemudi yang sedang dia kendalikan.Berusaha memusatkan perhatian, nyatanya Lea tak mampu mengalihkan pikiran dari ucapan Zio beberapa waktu yang lalu. Cinta? Lelaki itu bilang cinta padanya. Lea tidak salah dengar kan?Semudah itukah Zio melupakan Nika? Setahun lalu, pria yang ada di samping Lea terlihat sangat mencintai Nika, tapi sekarang. Zio dengan gamblang menyebut mencintainya."Aku tidak tahu sejak kapan, tapi sejak aku tidak bisa melihatmu hari itu. Aku sadar kalau kehilanganmu efeknya sangat besar bagiku. Please, aku tidak bisa hidup dengan baik tanpamu.""Tidak semudah itu Zi, sikapmu masih seperti enigma, teka teki untukku. Aku masih bingung harus menanggapi hubungan kita bagaimana. Terus terang, aku masih trauma dengan apa yang terjadi malam itu. Aku takut, semua akan terulang kembali."Lea berucap ketika lampu merah menghadang jalan mereka. Dipandanginya
"Zio ...." Dua jam kemudian, dan itu cukup membuat Lea sesak napas serta kebas merata di sekujur tubuh. Bagaimana dia tidak kesulitan bernapas ketika dada bidang penuh otot Zio menekan dadanya. Dekapan pria itu juga erat, melingkari tubuh Lea dengan sempurna. Belum lagi posisi kaki Zio yang seketika membuat Lea tak berani bergerak. Dia takut salah sentuh dan berakibat fatal, bisa bahaya kan kalau sang suami memaksanya. Bukannya tidak mau, tapi ... entahlah. Lea agaknya perlu waktu untuk kembali membiasakan diri akan kehadiran Zio di sekitarnya. "Zio ...." Lea memanggil lagi, tangan Lea bergerak sepelan mungkin, mengecek dahi Zio. Lumayan, tidak sepanas tadi. Dia tak punya termometer atau apapun yang behubungan dengan P3K. Hidupnya terlalu sibuk untuk mengurusi hal remeh berhubungan dengan kesehatan. Dan untungnya tubuh Lea bisa diajak bekerjasama. Walau diawal kepergiannya dari The Mirror, Lea sempat mengalami susah tidur. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Beruntung dia be
Lea nyaris ambruk, saat harus menopang sesosok tubuh, yang tiba-tiba terhuyung ke arahnya waktu dia membuka pintu apart-nya.Makian yang tadi siap dia layangkan mengudara entah ke mana. Berganti rasa heran melihat Zio bersandar sepenuhnya padanya. "Kau kenapa?""Pusing," balas Zio lirih. "Kau sakit?" Lea merasakan panas saat kulit Zio bersentuhan dengannya, juga napas lelaki itu yang memberi kesan terbakar.Zio tak menjawab, alhasil Lea harus bersusah payah setengah menyeret tubuh tinggi besar sang suami ke sofa terdekat."Tuan kulkas bisa sakit juga to." Kata Lea nyaris melempar raga Zio.Pria itu hanya mendengus kecil mendengar ucapan Lea. Zio berbaring telentang tanpa daya, mengabaikan Lea yang berkacak pinggang sambil menghubungi seseorang.Zio ingin mengumpat melihat Lea hanya memakai tank top dengan rok span selutut yang membalut bokong dan paha mulusnya.Istrinya kini benar-benar full perawatan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Siapa yang tahan untuk tidak menerkamnya kala
"Bagus, jika kamu mau pergi."Nancy melotot mendengar ucapan Zio yang sama sekali tak ingin menahannya. "Kamu mengusirku?""Kau dengar aku menyuruhmu pindah. Kau sendiri yang ingin pergi." Zio benar-benar acuh pada Nancy yang berdiri gamang di depannya.Perempuan itu sepertinya memang tak punya posisi lebih dari sekedar mantan adik ipar."Dulu Nika yang memintaku untuk mengizinkanmu tinggal. Sekarang dia sudah tidak ada. Semua terserah padamu. Kau bisa tinggal, dengan catatan kau tidak boleh mengusik kehidupanku dan Lea."Zio menegaskan batasan tegas yang harus Nancy patuhi jika ingin tinggal. Perempuan itu menggeram rendah. Itu sama artinya dengan dia yang tak lagi dipandang juga dihargai di rumah itu. "Pergilah, aku sedang tidak mood bicara denganmu." Kali ini Zio mengusir Nancy terang-terangan dari ruangan.Lelaki itu mendadak pusing dengan tubuh terasa tak nyaman. Zio pikir kondisinya menurun beberapa hari ini. Sejak bertemu Lea, Zio justru tak bisa tidur. Kepalanya hanya diisi
"Sebentar saja, Le. Bantuin aku kalau gak mau dimasukin."Lea melotot melihat Zio berada di atas tubuhnya. Semalam Lea memilih tidur di sofa bed, sebab si empunya kamar tidak Lea jumpai sehabis dia mandi. Lea tidur sudah mengenakan piyama panjang, menghindari Zio yang sekarang Lea sadari seringkali memandangnya penuh nafsu. Lea pikir bakal tidur sendiri. Siapa sangka jika Zio justru menyusulnya tidur.Rupanya itu tujuan Zio mengganti sofanya dengan sofa bed. Supaya pria itu bisa tidur berdua. Kali ini, mentari baru menampakkan sinar oranye di ufuk timur ketika Lea sudah dibuat spot jantung karena aksi Zio sedang menindihnya. Lelaki itu memang tidur topless, tanpa pakai baju. Sekedar ditindih masih mending, ini Lea juga dihadapkan pada aksi Zio yang sedang menggesekkan monsternya pada area pribadinya yang masih tertutup celana piyama.Badan Lea panas dingin dengan rasa merinding. Napas Zio terdengar berat dengan geraman sesekali terdengar."Zio, engap!""Sebentar, Sayang. Dikit lagi
"Nancy!" Teriakan Zio lantang terdengar. Pria itu marah sekaligus kaget dengan tindakan Nancy yang menyiram Lea dengan seember air.Lea sempat terbatuk, sebelum memberikan tatapan nyalang pada Nancy. Detik setelahnya perempuan itu mendorong Nancy sampai jatuh tersungkur di lantai basement.Nancy tentu terkejut dengan tindakan Lea. Wanita itu tak pernah bertindak kasar sebelumnya, tapi hari ini, dia melihat Lea yang berubah bar-bar setelah pergi delapan bulan lalu."Perempuan kampung! Beraninya kau mendorongku. Zio kau lihat ini, dia menyerangku!" "Kau yang mulai, bukan Lea!" Balas Zio telak.Nancy melotot, dia pikir Zio akan membelanya, nyatanya tidak. Lea masih ingin memberi pelajaran pada Nancy tapi Zio lekas menariknya pergi. "Lepaskan aku! Aku ingin menghajarnya!"Lea tidak sudi lagi ditindas oleh perempuan yang dia pikir adalah kekasih suaminya."Tidak sekarang! Ganti bajumu! Basah semua." Nancy memandang geram Zio dan Lea yang melangkah pergi darinya. Mereka tidak masuk melal
Lea yang hampir membalikkan badan, urung melakukannya. Ketika bisik-bisik penuh kekaguman muncul. Perempuan itu hanya bisa menutup mulut sebagai respon atas apa yang tengah Zio lakukan.Lelaki tersebut mewujudkan ucapannya soal berlutut. Sejatinya bukan itu yang membuat kaget, tapi aksi Zio yang dilakukan di hadapan banyak orang.Zio pandai sekali memanfaatkan keadaan. Memanipulasi perasaan Lea melalui situasi yang membuat perempuan itu tersudut. Zio memang bertekad akan melakukan apa saja untuk membawa Lea pulang. Termasuk hal yang satu ini.Lea terkesiap melihat Zio menekuk satu kaki sambil mengulurkan sebuket bunga mawar merah kali ini."Kamu ....""Maafkan aku, Le. Sungguh, aku menyesal untuk kejadian hari itu. Aku tidak akan membela diri. Kamu bisa menyalahkan aku, tapi aku minta satu hal. Maafkan aku, beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku."Lea dan semua orang terpaku mendengar ucapan Zio yang terasa tulus dari dalam hati. Semua orang bisa merasakan kesungguhan Zio s
"Dia mengizinkanmu bekerja, syaratnya tidak lebih dari jam enam. Setelah itu kau dilarang berada di kantor. Le, dia pengertian. Terlepas dari apa yang membuatmu memilih pergi darinya delapan bulan lalu.""Tak banyak lelaki yang mau memahami apa yang pasangannya mau. Tapi suamimu mau melakukannya. Pertimbangkan lagi. Aku bisa lihat dia pria baik, juga mencintaimu."Lea mendengkus kesal, "Cinta? Kalau dia cinta gak mungkin dia ngusir aku."Masalahnya cintanya baru numbuh sekarang, oneng!Lea lantas mendorong kasar napasnya. Gara-gara Zio membuka statusnya, kini semua orang tahu siapa dirinya. Untung saja tidak ada paparazzi yang mengejarnya sampai ke kantor seperti yang Irene yang katakan.Dia tidak tahu saja, di luar gedung banyak kamera tersembunyi siap membidik dirinya. Zio sendiri sudah memberikan ancaman, barang siapa berani mengganggu kenyamanan Lea di luar sana. Zio tak segan untuk membuatnya jadi pengangguran selamanya. Hal itu cukup membuat para pemburu berita menciut nyalinya
Dan itu terjadi, Zio mengepalkan tangan waktu kembali ke apart Lea. Dengan amarah mencapai ubun-ubun. Lea sedang happy sebab sedang mengobrol via video call dengan Agni sontak menoleh kaget melihat Zio kembali bisa masuk ke unitnya."Aku hubungi lagi nanti." Lea pamit secepat kilat pada Agni. "Kamu bobol password aku lagi, aakhh. Apaan lepas!"Lea meronta saat Zio langsung mendorongnya hingga jatuh telentang ke sofa di belakangnya. Pria itu juga menjerat tangan Lea, dia kumpulkan di atas kepala sang istri."Apa lagi sekarang?" Lea meronta tapi tak bisa bergerak sama sekali. Zio totally mengunci pergerakannya."Katakan! Apa kamu bilang pada Arch kalau suamimu Agra?"Lea terdiam, coba mencerna pertanyaan Zio. Apa tadi Zio bilang? Arch? Kapan lelaki itu bertemu Arch."Enggak!""Bohong! Kamu tahu aku tidak suka pembohong!" Lea kembali tak berkata apa-apa. Dipandangnya lelaki yang kini merah padam menatapnya."Lihat, Anda lagi-lagi lebih percaya orang lain dibanding saya ....""Jangan pa