"Ada apa Mas Rian kemari?" Lea bertanya dengan tangan bersedekap di dada. Kenapa juga Rian ada di sini. Oh pertanyaan lebih penting, dari mana Rian tahu dia buka toko bunga di sini.Lea mendesah malas, dia sungguh ingin lepas dari Rian tapi kenapa pria itu justru makin getol mengejarnya. Bahkan sampai ke tempat ini. Bagaimana jika Vika sampai tahu, apa perempuan itu tidak makin marah padanya.Yang kemarin saja Vika sudah seperti predator menatap mangsanya. Vika bak ingin menelan Lea bulat-bulat. "Lea, kenapa sikapmu begini. Aku hanya ingin kita kembali. Beri aku kesempatan, aku minta maaf. Aku salah," balas Rian to the poin, tanpa basa basi."Mas masih tanya kenapa aku begini. Mas, kita itu sudah bercerai. Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tidak sepantasnya Mas Rian terus menemuiku, sementara Mas punya tunangan. Apa Mas gak memikirkan perasaan Vika. Tolonglah, jangan membuat masalah. Aku tidak mau kembali sama Mas, jadi jangan pernah temui aku lagi."Ucap Lea panjang kali lebar
"Zi ... eh Tuan tunggu."Gubrak! Aduh! Lea mengaduh dengan tangan menyentuh lututnya. Zio yang tadinya mau ke kamar mandi, urung melakukannya. Dia berbalik pada Lea yang terduduk di karpet.Pria itu menarik tangan Lea untuk melihat luka di lutut sang istri. "Kau itu bisa diam tidak? Ini pasti kau keluyuran waktu di toko!""Eng-enggak kok," kilah Lea."Bohong aja!" Lelaki itu lantas berdiri lalu mengambil ponselnya."Arthur kemari, langsung naik ke kamarku. Lea lututnya infeksi, kayaknya harus diamputasi."Lea memutar lehernya sangat cepat saat Zio mengatakan lututnya mau diamputasi. "Itu gak benar kan?"Zio mengedikkan bahu. Dengan Lea langsung merinding takut. Amputasi? Dia bakal tidak punya kaki. Dia akan jadi cacat. Bapak! Lea nyaris menangis mendengar kakinya akan dipotong.Lima belas menit kemudian, Lea benar-benar menangis saat pria yang Zio panggil Arthur benar-benar datang. Pria itu tanpa banyak kata memeriksa Lea. Saat Zio masuk ke walk in closet untuk berganti pakaian, Lea
"Jadi janda dua kali?" Lea menggumamkan kalimat itu untuk beberapa kali. Helaan napas terdengar mengiringi. Akan jadi apa nasibnya jika hal itu terjadi. Lea terdiam untuk beberapa waktu, sampai akhirnya dia menyemangati dirinya. Meski jadi janda dia akan memiliki tempat untuk bergantung hidup. Perempuan itu mulai bersiap untuk ke toko. Sampai saat ini, baik Nancy maupun Inez belum tahu kalau Lea punya toko bunga. Mereka tahunya Lea keluyuran tidak jelas. Walau lututnya masih sakit, Lea sudah terasa lebih baik. Hari ini rencananya ada Erna yang mengantarnya. Lea sempat berpapasan dengan Nancy yang sempat-sempatnya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Nancy merasa kalau dirinya masih jadi orang yang paling dekat dengan Zio. Padahal yang dia lakukan hanya menyiapkan pakaian lelaki itu. "Aku pikir kau sudah harus mendepaknya dari kamarmu. Yang dia lakukan tidak pantas." Kata Zico yang bergabung dengan Lea di tangga lantai dua. "Aku punya hak apa kalau kakakmu menyukainya," balas
"Apa kau tahu Agra mengenal Lea?" Pesan dari Zico seketika membuat Zio mengubah ekspresi wajahnya. Pria itu mengeratkan rahang dengan emosi jelas kentara di parasnya. Nancy langsung melihat perubahan itu."Ada apa?" tanya perempuan tersebut."Bukan urusanmu! Ayo Arch kita berangkat. Papa antar ya."Horeee, Arch bersorak gembira mendengarnya. Pria itu menggendong sang putra, membawa tas serta lembaran kertas milik Lea. Di belakangnya mengekor sang pengasuh Arch. Perempuan yang diam-diam memperhatikan Zio dan Arch.Pria itu melangkah keluar rumah dengan wajah kesal. Bagaimana Agra bisa mengenal Lea? Ini sungguh di luar pengetahuan Zio.Sementara itu di toko Lea, masih ada Zico yang sejak tadi beradu pandang dengan Agra. Pria yang punya tipe wajah serupa, sama-sama oriental. Zico jelas tak akan pergi sebelum Agra meninggalkan tempat itu.Tak sampai lima belas menit, Agra sudah menghilang dari pandangan Zico. "Kakak kenal dia?" cecar Zico segera.Sikap pemuda itu membuat Agni dan Puspa
"Mak-maksud Tuan apa?" Lea bertanya dengan tubuh gemetar ketakutan. "Apa kau kenal Agra Attarva?" Zio mengulangi pertanyaannya. Kali ini mulutnya sampai berdesis menahan amarah.Bukannya segera menjawab, Lea justru makin memundurkan tubuh, dia mencoba kabur dari Zio. Satu hal yang membuat Zio naik pitam hingga tanpa ragu Zio langsung mencekik leher Lea.Bisa dibayangkan bagaimana syoknya Lea sebab tindakan Zio. Perempuan itu meronta, tangan mungilnya menahan dua tangan kekar Zio."Tu-tuan ...." Lea tersengal dengan wajah merah padam."Katakan! Apa hubunganmu dengan Agra Attarva?" tanya Zio sekali lagi."Tidak ada! Kami hanya pernah bertemu di makam nyonya Nika. Setelahnya dia datang ke toko untuk membeli bunga. Tuan sesak!"Lea setengah menjerit sampai Zio mengerjap pelan, baru dia sadar dengan perbuatannya. Pria itu hanya diam sambil memandang Lea yang terbatuk-batuk karena ulahnya."Kau dilarang bicara dengannya! Jangan pernah bertemu dengannya. Aku tidak suka!" Kata Zio penuh peri
Nancy melangkah masuk ke walk in closet, meski kesal sebab dia kembali ditolak, dia akan tetap menyiapkan pakaian untuk Zio. Sampai di tempat itu, Nancy membulatkan mata, sudah ada set pakaian untuk Zio. Nancy menggeram marah, tanpa ragu, dia mengembalikan pakaian itu ke lemari lalu memilih lagi."Dasar wanita kampungan ingin bersaing denganku rupanya. Jangan mimpi bisa menang dariku," cibir Nancy sambil memasukkan pakaian ke tempatnya.Selanjutnya jemari Nancy yang berkutek merah dengan lihai memilah, pakaian mana yang akan Zio kenakan. Melakukan hal itu membuat Nancy menggulung senyum."Kau bersikap seperti tadi pasti karena kau gengsi. Kau tidak mau menunjukkan kalau kau menyukaiku. Kau hanya menggunakan perempuan itu untuk membuatku cemburu," gumam Nancy percaya diri.Wanita itu masih saja tidak sadar jika Zio sejak dulu tak berminat padanya. Kalau lelaki itu sudah terpikat pada Nancy, pasti Zio akan menikahi adik iparnya itu. Nyatanya Zio lebih suka memenuhi wasiat terakhir Nika
"Maksudnya apa ya?" Lea bertanya pada Rina. Apa maksud mantan mertuanya menyebut Lea masuk ke mobil mewah setelah dia diusir dari rumah. Tidak mungkin kan mama Rian melihatnya ditolong Zio. Dia sendiri saja tidak tahu kalau yang menolongnya adalah Zio, sampai dia Nika cerita mengenai hal itu."Maksudnya kau ini murahan pantas saja jika Mas Rian menceraikanmu," cibir Rina menjawab pertanyaan Lea.Lea baru saja akan membalas ucapan Rina ketika lonceng kembali berbunyi. Kali ini Vika dan Rina yang dibuat syok akan kedatangan Rian. Lelaki itu sendiri langsung gugup mendapati Rina dan Vika ada di sana."Apa yang Mas lakukan di sini?" Rina lebih dulu bertanya."Kalian sendiri apa yang kalian lakukan?" Rian balik bertanya saat sadar kalau Vika dan Rina bisa saja melakukan hal buruk pada Lea."Kita mau silaturahmi sama Lea. Kami dengar dia punya toko baru, jadi kami datanglah melihat-lihat. Boleh juga." Rina menjawab seraya melangkah ke arah display bunga di toko Lea.Beda Rina, beda pula Vi
Lea mematung di atas sepedanya. Ditatapnya pria yang saat ini berdiri dengan sebuket bunga terulur padanya. Bunga tulip putih dan anggrek entah jenis apa yang jelas warnanya juga putih, bunga yang tadi Lea rangkai."Untukmu, aku minta maaf."Datar sekali ucapannya, hingga terdengar macam bot dalam sebuah sistem. Sejatinya sebuah perjuangan bagi seorang Zio untuk mengucapkan maaf. Ingat, lelaki itu punya karakter dingin dan sombong yang dijadikan satu. Jadi bisa dibayangkan seperti apa kakunya Zio saat mengucapkan maaf.Frasa itu di lisan Zio berubah jadi seperti perintah, bukan permintaan maaf yang mampu meluluhkan hati orang lain. Pun dengan Lea alih-alih tersentuh akan permintaam maaf Zio, wanita itu malah jadi bingung sendiri."Maaf untuk apa?" Lea kali ini berani bertanya. Dia teringat baju yang kini dipakai Zio bukanlah pilihannya. Tapi pilihan nenek lampir, julukan yang Zico sematkan untuk Nancy. Jengkel tumbuh menjulang di hati Lea.Zio seketika kelabakan, dia mana pernah memb