Mansion Noel's.Malam itu Daniel tampak duduk di balkon mansion mewah miliknya. Menegak wine dengan tatapan kosong menatap taman mansion dari atas balkon.Ia berkali-kali mendesah selama beberapa saat, ia sendiri tak sadar sejak kapan pikirannya gelisah seperti ini?Sampai saat ini ia masih merasa bingung pada dirinya sendiri, karena sudah beberapa kali dalam pikirannya selalu ada bayangan Lucy Watts, sekretarisnya itu. Apalagi sejak ia tahu kalau Lucy hamil dan telah mengajukan pengunduran diri dari perusahaannya setelah tiga tahun Lucy mengabdi bekerja padanya. Sudah jelas sekali bukan jika Lucy keluar dari perusahaan karena ingin menghindar darinya?Pikirannya berkecamuk merasa bimbang. Di satu sisi ia memang menginginkan seorang anak dari istrinya tercinta, namun sang istri justru menolak mentah-mentah keinginannya itu, dan kini ia justru harus dihadapkan dengan kehamilan sekretarisnya sendiri. Wanita yang tak lain telah ia renggut kehormatannya secara paksa. Dia ingin bertanggun
Hari demi hari dilalui Daniel Noel dengan tanpa gairah. Sejak Lucy Watts tak bekerja lagi padanya dan resmi mengundurkan diri dari perusahaan seakan membuat hidupnya tanpa gairah. Ia sendiri tak menyadari perubahan itu dalam dirinya. Karena dia adalah lelaki dengan ego yang tinggi. Pantang bagi seorang Daniel Noel terlihat lemah di mata orang-orang apalagi pada wanita. Ketika pada puncaknya, tak mau perasaan gelisah dan bersalah semakin terus menghantui dirinya, maka hari itu ia memutuskan berniat untuk menemui mantan sekretarisnya itu. Dengan mobil mewah miliknya malam itu ia meluncur menuju ke apartemen Lucy Watts. Sesampainya di gedung apartemen, saat ia hendak turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam gedung ia sempat melihat Lucy masuk ke dalam sebuah mobil taxi, karena itu ia mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil dan dengan instingnya Daniel mengikuti taxi yang membawa Lucy dari belakang. "Mau kemana kau larut malam begini, Lucy?" Gumamnya penasaran. Setelah cukup lama
Setelah hari itu, saat di mana Daniel Noel mengatakan niatnya padaku untuk menikahiku. Setelah hari itu pun Daniel melarangku tinggal di apartemen milikku lagi. Dengan alasan ia tak mau mengambil resiko aku akan berbuat nekat lagi seperti yang kulakukan tempo hari di pantai.Kini aku tinggal di villa Blue Moon, villa milik Daniel Noel yang tak pernah ditempati dan villa di mana aku harus kehilangan malam pertamaku secara paksa oleh CEO Noel Corp. Yang tak lain adalah mantan atasanku sendiri.Pernikahanku dan Daniel Noel di bawah tangan saja, tidak ada orang lain yang mengetahui pernikahan kami, hanya beberapa teman dekat yang dipercaya Daniel Noel yang hadir sebagai saksi pernikahan kami. Aku yang tak memiliki pilihan pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan keadaan.Pernikahanku yang kuimpikan hanya sekali seumur hidup dan dengan orang yang kucintai justru harus berakhir dengan kenyataan pahit dengan pria beristri. Apa ini sudah menjadi takdirku? Menjadi istri kedua yang tak diakui? Nam
Pagi itu saat aku sedang duduk seorang diri di taman villa, tampak sebuah mobil lamborghini merah masuk ke dalam halaman villa. Deg!Aku tahu pemilik mobil itu, aku tahu siapa yang datang sekarang. Walaupun aku sudah mempersiapkan diri jika suatu saat nanti kami berdua bertemu, namun tetap hati ini merasa rapuh setelah akan bertemu secara langsung dengannya, bertemu dengan nyonya Noel yang sah. Helen Noel yang terhormat.Sepasang kaki jenjang dengan heals bertumit tinggi yang dipakai wanita berambut merah panjang keluar dari dalam mobil dengan gayanya yang anggun. Tatapan kami bertemu sekian detik dari kejauhan, dan kini sosok bergaun coral itu berjalan menghampiriku dengan langkahnya yang angkuh."Jadi ini istri Daniel Noel yang baru?" ucapnya angkuh setelah kami saling berhadapan dengan jarak yang dekat."Selamat pagi, Nyonya," sapaku sopan seraya beranjak dari tempat duduk dan berdiri sebagai bentuk kesopanan, dapat kulihat tatapan angkuhnya saat ia melihatku penuh selidik dari a
Aku merasa tubuh ini terasa berat. Kulit tubuhku terasa panas dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Kenapa?? "Aaahh..." Hingga tak terasa aku mengeluarkan suara desahan dari dalam mulutku sendiri. Kucoba membuka mata ini yang masih terasa berat. Walaupun belum sepenuhnya terbuka namun aku masih bisa melihat bayangan samar seseorang yang bergerak di atas tubuhku. Menciumi tengkuk leherku kemudian kulit dadaku dan berhenti di sana. "Mimpi? Apakah ini mimpi?" bisikku dalam hati masih ragu. Namun, sentuhan ini terasa nyata. Kesadaranku sedikit demi sedikit bangkit saat kurasakan sebuah ciuman panas di bukit kembarku yang tersingkap terbuka. Hingga tanpa sadar sebuah nama aku sebut saat ciuman itu kini berganti menjadi sebuah kuluman nikmat yang membuatku terbang tinggi di awang-awang. "Aahh, Daniel...?" "Ya, sebut namaku Lucy. Sebut namaku lagi," sahut sebuah suara yang terdengar serak dan parau. Aku mengenali suara itu, namun dengan pikiranku mencoba menepisnya karena aku masih b
Hari berganti hari tanpa terasa, kini usia kehamilanku pun sudah menginjak bulan ke empat tepatnya 18 minggu dari perkiraan dokter.Aku sudah tak merasakan mual dan lemas lagi seperti di awal-awal kehamilan, karena itu selama berada di villa aku menyibukkan diri dengan berkebun atau sekedar memasak masakan untuk diriku sendiri. Walaupun Anna dan Marcel melarangnya, namun aku bersikeras untuk tetap melakukannya dengan alasan jenuh. Daniel pun tak lagi berkunjung ke villa sejak terakhir pertemuan kami malam itu setelah kami bercinta. Aku berpikir mungkin Daniel dan istrinya Helen sudah berbaikan kembali karena itu ia tak lagi mengunjungiku di villa. Itu bagus bukan jika mereka berbaikan? Aku jadi merasa tak bersalah dan bisa melakukan apa pun yang kumau tanpa harus dilarang ataupun diperintah Daniel Noel yang kini telah menjadi suamiku. Lalu kenapa jauh dalam diriku aku merasa sakit dan kesepian? "Nyonya, biar saya membantu meracik sayuran dan dagingnya," Anna menawarkan diri, wanita
Pagi itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Selain karena masih merasa sedikit canggung dengan kehadiran Daniel, aku juga memang terbiasa melakukan kegiatan pagiku dengan memasak makanan sendiri atau sekedar berkebun di halaman depan villa yang memang sengaja banyak kutanam bibit bunga sekarang untuk mengisi hari-hariku selama tinggal di villa. "Selamat pagi, Anda sudah bangun?" Sapaku pada Daniel yang masih setengah mengantuk berjalan mendekatiku dengan hanya mengenakan celana boxer ketat hitam dan seperti biasa dia bertelanjang dada. "Astaga pria ini, kurasa memang ia sudah terbiasa bertelanjang dada jika tidur hingga pagi hari! Seolah dia memang bersikap cuek dengan siapa pun yang bebas melihat perut sixpack nya pada setiap orang," gumamku merasa jengah. "Kau bangun pagi sekali, aku tadi mencarimu karena kau tak berada di ranjang. Dan karena bau masakanmu itu juga tercium sampai ke hidungku," ucapnya masih dengan suara serak dengan gayanya yang cuek. "Maaf jika saya membuatmu
Sejak pagi tadi aku merasa gelisah, entah kenapa aku tak tahu. Yang jelas mungkin ini karena kehadiran Daniel yang beberapa hari ke depan ia akan berada di villa Blue Moon, itu artinya akan ada banyak malam yang akan kami habiskan hanya berdua. Astaga, kenapa aku harus gugup? Aku berusaha keras untuk mengalihkan pikiranku agar tidak terlalu fokus memikirkan satu hal itu, dan karena itu pula aku memutuskan untuk tidur cepat, namun sebelum itu aku sudah menyiapkan makan malam jika Daniel ingin makan malam nanti dengan menyuruh Anna untuk mengingatkannya jika nanti Daniel Noel pulang. Dalam tidurku, samar-samar aku masih mendengar suara pintu kamar di buka. Apakah itu Daniel? Dia sudah pulang? batinku. Namun, aku tetap saja pada posisiku, memejamkan mata dengan masih setengah mengantuk. Selang beberapa saat aku mendengar suara air di dalam kamar mandi, dan aku semakin yakin jika itu memang Daniel yang baru saja pulang. Antara nyata atau mimpi karena saat itu aku masih bisa merasakan