Setelah hari itu, saat di mana Daniel Noel mengatakan niatnya padaku untuk menikahiku. Setelah hari itu pun Daniel melarangku tinggal di apartemen milikku lagi. Dengan alasan ia tak mau mengambil resiko aku akan berbuat nekat lagi seperti yang kulakukan tempo hari di pantai.Kini aku tinggal di villa Blue Moon, villa milik Daniel Noel yang tak pernah ditempati dan villa di mana aku harus kehilangan malam pertamaku secara paksa oleh CEO Noel Corp. Yang tak lain adalah mantan atasanku sendiri.Pernikahanku dan Daniel Noel di bawah tangan saja, tidak ada orang lain yang mengetahui pernikahan kami, hanya beberapa teman dekat yang dipercaya Daniel Noel yang hadir sebagai saksi pernikahan kami. Aku yang tak memiliki pilihan pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan keadaan.Pernikahanku yang kuimpikan hanya sekali seumur hidup dan dengan orang yang kucintai justru harus berakhir dengan kenyataan pahit dengan pria beristri. Apa ini sudah menjadi takdirku? Menjadi istri kedua yang tak diakui? Nam
Pagi itu saat aku sedang duduk seorang diri di taman villa, tampak sebuah mobil lamborghini merah masuk ke dalam halaman villa. Deg!Aku tahu pemilik mobil itu, aku tahu siapa yang datang sekarang. Walaupun aku sudah mempersiapkan diri jika suatu saat nanti kami berdua bertemu, namun tetap hati ini merasa rapuh setelah akan bertemu secara langsung dengannya, bertemu dengan nyonya Noel yang sah. Helen Noel yang terhormat.Sepasang kaki jenjang dengan heals bertumit tinggi yang dipakai wanita berambut merah panjang keluar dari dalam mobil dengan gayanya yang anggun. Tatapan kami bertemu sekian detik dari kejauhan, dan kini sosok bergaun coral itu berjalan menghampiriku dengan langkahnya yang angkuh."Jadi ini istri Daniel Noel yang baru?" ucapnya angkuh setelah kami saling berhadapan dengan jarak yang dekat."Selamat pagi, Nyonya," sapaku sopan seraya beranjak dari tempat duduk dan berdiri sebagai bentuk kesopanan, dapat kulihat tatapan angkuhnya saat ia melihatku penuh selidik dari a
Aku merasa tubuh ini terasa berat. Kulit tubuhku terasa panas dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Kenapa?? "Aaahh..." Hingga tak terasa aku mengeluarkan suara desahan dari dalam mulutku sendiri. Kucoba membuka mata ini yang masih terasa berat. Walaupun belum sepenuhnya terbuka namun aku masih bisa melihat bayangan samar seseorang yang bergerak di atas tubuhku. Menciumi tengkuk leherku kemudian kulit dadaku dan berhenti di sana. "Mimpi? Apakah ini mimpi?" bisikku dalam hati masih ragu. Namun, sentuhan ini terasa nyata. Kesadaranku sedikit demi sedikit bangkit saat kurasakan sebuah ciuman panas di bukit kembarku yang tersingkap terbuka. Hingga tanpa sadar sebuah nama aku sebut saat ciuman itu kini berganti menjadi sebuah kuluman nikmat yang membuatku terbang tinggi di awang-awang. "Aahh, Daniel...?" "Ya, sebut namaku Lucy. Sebut namaku lagi," sahut sebuah suara yang terdengar serak dan parau. Aku mengenali suara itu, namun dengan pikiranku mencoba menepisnya karena aku masih b
Hari berganti hari tanpa terasa, kini usia kehamilanku pun sudah menginjak bulan ke empat tepatnya 18 minggu dari perkiraan dokter.Aku sudah tak merasakan mual dan lemas lagi seperti di awal-awal kehamilan, karena itu selama berada di villa aku menyibukkan diri dengan berkebun atau sekedar memasak masakan untuk diriku sendiri. Walaupun Anna dan Marcel melarangnya, namun aku bersikeras untuk tetap melakukannya dengan alasan jenuh. Daniel pun tak lagi berkunjung ke villa sejak terakhir pertemuan kami malam itu setelah kami bercinta. Aku berpikir mungkin Daniel dan istrinya Helen sudah berbaikan kembali karena itu ia tak lagi mengunjungiku di villa. Itu bagus bukan jika mereka berbaikan? Aku jadi merasa tak bersalah dan bisa melakukan apa pun yang kumau tanpa harus dilarang ataupun diperintah Daniel Noel yang kini telah menjadi suamiku. Lalu kenapa jauh dalam diriku aku merasa sakit dan kesepian? "Nyonya, biar saya membantu meracik sayuran dan dagingnya," Anna menawarkan diri, wanita
Pagi itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Selain karena masih merasa sedikit canggung dengan kehadiran Daniel, aku juga memang terbiasa melakukan kegiatan pagiku dengan memasak makanan sendiri atau sekedar berkebun di halaman depan villa yang memang sengaja banyak kutanam bibit bunga sekarang untuk mengisi hari-hariku selama tinggal di villa. "Selamat pagi, Anda sudah bangun?" Sapaku pada Daniel yang masih setengah mengantuk berjalan mendekatiku dengan hanya mengenakan celana boxer ketat hitam dan seperti biasa dia bertelanjang dada. "Astaga pria ini, kurasa memang ia sudah terbiasa bertelanjang dada jika tidur hingga pagi hari! Seolah dia memang bersikap cuek dengan siapa pun yang bebas melihat perut sixpack nya pada setiap orang," gumamku merasa jengah. "Kau bangun pagi sekali, aku tadi mencarimu karena kau tak berada di ranjang. Dan karena bau masakanmu itu juga tercium sampai ke hidungku," ucapnya masih dengan suara serak dengan gayanya yang cuek. "Maaf jika saya membuatmu
Sejak pagi tadi aku merasa gelisah, entah kenapa aku tak tahu. Yang jelas mungkin ini karena kehadiran Daniel yang beberapa hari ke depan ia akan berada di villa Blue Moon, itu artinya akan ada banyak malam yang akan kami habiskan hanya berdua. Astaga, kenapa aku harus gugup? Aku berusaha keras untuk mengalihkan pikiranku agar tidak terlalu fokus memikirkan satu hal itu, dan karena itu pula aku memutuskan untuk tidur cepat, namun sebelum itu aku sudah menyiapkan makan malam jika Daniel ingin makan malam nanti dengan menyuruh Anna untuk mengingatkannya jika nanti Daniel Noel pulang. Dalam tidurku, samar-samar aku masih mendengar suara pintu kamar di buka. Apakah itu Daniel? Dia sudah pulang? batinku. Namun, aku tetap saja pada posisiku, memejamkan mata dengan masih setengah mengantuk. Selang beberapa saat aku mendengar suara air di dalam kamar mandi, dan aku semakin yakin jika itu memang Daniel yang baru saja pulang. Antara nyata atau mimpi karena saat itu aku masih bisa merasakan
"Hallo Mr. Daniel Noel, apa kabar Anda?" tanya pria bertubuh gempal yang tiba-tiba datang dan menyapa Daniel.Seketika itu pun aku dan Daniel terkejut dengan kedatangan orang yang tidak diharapkan. Tapi bukan Daniel namanya yang bisa langsung memahami situasi dan menguasai keadaan."Baik, Mr. Simpson. Anda sendiri bagaimana?" sahut Daniel mencoba berbasa basi."Baik, tentu saja sangat baik. Saya tak percaya bisa bertemu Anda di sini, ini suatu kejutan," Mr. Simpson menjawab antusias, kemudian netranya beralih menatapku di samping Daniel."Dan bisa bertemu dengan Miss. Watts di sini bersama dengan Mr. Noel adalah sesuatu yang luar biasa!" Mr. Simpsons mengucapkan itu seraya menunjukkan senyuman lebarnya padaku. Kulihat senyumannya penuh arti saat menatapku dan aku dapat bernafas lega karena perutku tak terlihat membuncit di balik dress yang kukenakan sekarang, jika tidak tentu saja akan menimbulkan banyak pertanyaan."Aku dengar Anda sudah mengundurkan diri dari perusahaan, Miss. Watts
Setelah semua makanan siap, kami berdua pun makan bersama, dan ini untuk kedua kalinya kami makan malam berdua setelah menikah. Aku tersenyum senang ketika melihat Daniel makan dengan lahap Hambagu dan Gyoza yang aku buat untuknya. "Aku rasa kau memang pantas menjadi koki Jepang, Lucy. Makanan Jepang buatanmu tidak buruk," pujinya padaku. "Terima kasih kalau Anda menyukainya, Daniel," jawabku singkat seraya tersenyum tipis. "Kau pun perlu makan yang banyak, kandunganmu perlu banyak nutrisi agar nanti anak kita lahir dengan sehat." DEG! Aku berdebar mendengar kalimat sederhana, namun begitu menyentuh yang Daniel ucapkan padaku kali ini. Ia dengan penuh perhatian memberikan Gyoza lengkap dengan kuah sup yang masih hangat padaku agar segera aku makan. Karena sejak tadi entah kenapa aku hanya sibuk memperhatikan Daniel makan hingga aku lupa sendiri untuk makan."Ayo makanlah! Kenapa kau sejak tadi hanya melihat makanannya saja?" tanya Daniel padaku dengan tatapan netra birunya yang en
“Jerome??” Laura terkejut setelah menyadari pria yang paling dihindarinya tiba-tiba ada di hadapannya saat ini.Pria tinggi besar berparas maskulin dengan jambang tipis bernama Jerome itu mengalihkan pandangannya pada Alex yang tetap tampak tenang seolah tak terpengaruh sama sekali dengan kehadirannya.“Jadi kau teman kencan Laura yang baru?!” sergahnya dengan tatapan tajam yang menusuk, tersenyum mengejek pada Alex.Alex tak menjawab, ia tak bereaksi apa pun. Dengan sikap cueknya Alex meminum gelas berisi minuman yang sudah dipesannya. Merasa kesal tak ditanggapi, Jerome melotot pada Alex sembari memukul meja dengan keras.Brakk!!“Hey, aku sedang bertanya padamu, pengecut?!” Jerome berkata keras hingga menarik perhatian orang yang ada dalam restoran itu.“Jerome?! Jaga bicaramu di tempat seperti ini! Siapa pun dia, kau tak berhak berkata kasar padanya!” Laura memperingati.“Kau selesaikan urusanmu dengan pria ini, Laura. Aku pergi, terima kasih kau sudah mentraktirku.” Alex bangkit d
Ellyzabet Smith memang sudah tak lagi bersamanya, akan tetapi Alex tetap merasa kalau Ellyzabet selalu ada bersama dengannya, tepatnya di hatinya. Seperti sekarang ini, Alex begitu menikmati malam-malamnya di Paris meskipun seorang diri. Puas menikmati malam di tempat itu, Alex pun melangkah untuk pulang menuju ke apartemen yang disewanya selama tinggal di Paris untuk menenangkan diri. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat Alex hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke apartemennya. Namun, di tengah jalan Alex melihat seorang pria yang berlari kencang dari arah berlawanan dengan membawa sebuah tas wanita. Merasa ada yang aneh, tanpa banyak berpikir Alex sengaja membuat pria itu jatuh tersandung kaki Alex, lalu dengan gerakan cepat Alex langsung mengambil tas dari tangan sang pria.Bruk!! “Arght! Sialan!” pria itu mengumpat, jatuh tersungkur tak jauh di dekat Alex.Beberapa detik kemudian, seorang wanita muda tampak berlari dengan wajah pucat.“Tolong! Tasku! Pria itu mengambil tasku!
“Kau bajingan sialan, Brian Noel!! Akan aku pastikan setelah ini aku akan menghancurkanmu!” Teriakan seorang pria di sebuah ruangan tertutup dan kedap suara terdengar lantang. Pria tersebut baru saja menjalani rangkaian pemeriksaan oleh beberapa orang dari lembaga penegak hukum.Pria yang tak lain adalah Antony Buggs itu terus mengumpat tanpa henti. Ia benar-benar tak menyangka jika hanya dalam waktu semalam dirinya kini sudah berada di dalam ruangan yang mirip seperti penjara. Antony sudah menghubungi pengacara terbaik untuk mengurus kasusnya. Namun, selama kasusnya masih belum ditangani, selama itu pun setiap gerak-gerik Antony akan selalu diawasi. Seperti sekarang ini, ia harus bermalam di ruangan dingin tanpa fasilitas apa pun di dalamnya. Bagi Antony tempat itu tentu saja sama halnya dengan penjara. Brian Noel telah menghancurkan nama baiknya sebagai seorang Antony Buggs.Antony yakin dirinya dapat lolos dari jeratan hukum yang dituduhkan Brian Noel padanya, akan tetapi fakta istr
Suara langkah kaki terdengar masuk di sebuah ruangan perawatan rumah sakit, sosok itu mendekat ke ranjang pasien di mana seorang wanita terbaring lemah. Kedua mata wanita itu masih terpejam masih dalam pengaruh obat bius setelah operasi yang baru saja dijalaninya. Kini sosok pria yang tak lain adalah Brian Noel itu bisa lebih dekat melihat wajah wanita yang baru saja melahirkan bayi dalam kondisi prematur akibat pendarahan yang dialaminya. Jari tangan Brian menyentuh lembut wajah April yang terlihat pucat. Netra birunya menatap sendu April dengan tatapan penuh cinta. “Maafkan aku karena terlambat menyelamatkanmu, April,” sesal Brian lirih tanpa melepas pandangannya pada wajah cantik April yang tampak pucat.“Seandainya aku datang lebih awal, mungkin kau tidak harus mengalami kejadian seperti ini. Tetapi aku bersyukur kau dan bayimu selamat. Dia cantik sepertimu, April Spencer.” Brian mengulum senyuman diagonalnya sebagai wujud rasa syukur.Brian tak ingin melepaskan genggaman tangann
Antony melangkah di mana beberapa pria berseragam menunggunya di ruang depan mansion. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan semua?” sapa Antony dengan senyuman penuh percaya dirinya.“Maaf, Mr. Buggs mengganggu waktu Anda. Kami datang ke sini untuk memeriksa segala aset dari perusahaan yang Anda miliki,” salah satu pria berseragam itu memberitahu dengan gaya formalnya.“Memeriksa? Apa maksudnya Anda semua datang ke sini karena mencurigai saya melakukan sesuatu yang ilegal, begitu?” “Bisa dikatakan seperti itu. Kami harap Anda mau bekerja sama dan tidak mempersulit penyelidikan yang akan kami lakukan.”Antony tersenyum sinis, ia menatap satu persatu dari tiga orang pria berseragam yang berdiri di hadapannya dengan pandangan angkuh. “Siapa yang berkuasa di sini? Aku atau kalian semua? Kalian tak memiliki wewenang apa pun untuk melakukan penyelidikan kepadaku!” tegas Antony menolak keras.“Aku yang memiliki wewenang di sini!” Tiba-tiba seseorang menyahut dari luar ruangan, suaranya terdengar
"Antony? Kau sudah pulang?” April terlihat cukup terkejut melihat suaminya pulang lebih cepat dari biasanya. Ekspresi Antony terlihat berbeda, dingin dan garang. Melihat hal itu membuat April merasa takut apalagi saat Antony mendekati dirinya. “A-antony, ada apa?” Secara refleks April pun mundur menghindar dari Antony yang menghampirinya dengan tatapan tajam.“Jawab jujur pertanyaanku, April Spencer. Apa kau masih mencintai, Brian Noel?”“A-apa??” April tergagap, ia menatap takut sekaligus bingung dengan sikap Antony yang tiba-tiba menanyakan hal tak terduga seperti itu padanya. Sejak kapan Antony tahu hubungannya dengan Brian Noel? Atau apakah selama ini Antony sudah tahu, namun ia berpura-pura diam dan tak tahu apa-apa? Jika benar, lalu apa maksudnya? Banyak pertanyaan dalam benak April saat ini. “Sekali lagi jawab pertanyaanku ini sekarang, apa kau masih mencintai mantan kekasihmu itu?” Antony bertanya kembali dengan sikapnya yang menyudutkan.“Bagaimana kau bisa berpikir dan be
"Mr. Noel saya sudah mendapatkan semua data dari Antony Buggs seperti yang Anda minta.” Seorang ahli IT kepercayaan Brian memberitahu lewat sambungan telepon langsung pada Brian.“Bagus! Segera kirim semua datanya ke emailku sekarang!” perintah Brian.“Baik, Mr. Noel.” Suara dari seberang itu menyahut sebelum sambungan panggilan itu terputus.Brian mempelajari semua file dan data mengenai Antony Bugss yang dikirimkan oleh ahli IT kepercayaannya. Setelah ia mempelajarinya, kini Brian tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh rivalnya itu selama beberapa tahun belakangan. Dan mengapa perusahaan milik Antony menganggap Noel Corporation adalah saingan bisnisnya.“Aku tak menyangka kau banyak melakukan cara ilegal dalam semua bisnis yang kau lakukan, Antony Buggs,” gumam Brian serius.Kini Brian kembali fokus memikirkan nasib dari April. Brian sangat yakin jika anak yang dikandung April adalah anaknya, benih darinya. Dugaannya semakin yakin setelah Brian menyelidiki berapa umur kehamilan Apr
Cukup! Hentikan Brian! Apa yang sebenarnya yang kau inginkan?!” April berkata cukup keras merasa tersudutkan. “Tinggalkan Antony! Itu yang aku inginkan!” tegas Brian serius. “Apa?? Apa kau sudah hilang akal, Brian? Dengan menyuruhku untuk meninggalkan suamiku sendiri dalam keadaan hamil seperti ini?” balas April tajam. “Satu hal yang harus kau tahu, Antony Buggs bukan pria baik-baik! Dia menikahimu dengan satu tujuan, itu yang pasti!” April mencebik, “Apa kau sadar mengatakan keburukan pria yang sudah menjadi suamiku, Brian? Tolong jangan ganggu hidupku lagi. Kau sendiri yang waktu itu mengatakan perpisahan kita, jadi aku mohon berhentilah menggangguku. Urus saja baik-baik kekasihmu yang bernama Rebecca Cruz itu!” Nada suara April terdengar meninggi. “Apa yang kau katakan, kekasihku? Rebecca Cruz?” “Ya, bukankah wanita itu adalah kekasihmu? Kalian menjadi pasangan di pesta waktu itu, bukan?” April berpendapat. “Tunggu, apa kau cemburu, April Spencer?” Brian bertanya memancing d
Brian seperti disambar petir saat mendengarnya. Ia seperti mimpi rasanya mendengar kata ‘hamil’. April Spencer kini telah hamil, anak dari pria yang belum lama menjadi suaminya? Rasanya waktu begitu cepat berlalu, hingga Brian nyaris tak percaya jika wanita yang dicintainya benar-benar telah menjadi milik orang lain dan bahkan akan memiliki seorang anak dalam pernikahan mereka.Melihat reaksi Brian yang syok membuat Antony tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat tahu, jika April Spencer adalah kelemahan Brian Noel. Pewaris perusahaan Noel Corporation itu sangat jelas terlihat tak bisa menerima kenyataan. Wanita yang dicintainya kini telah hamil, dan itu jelas akan menjadi satu senjata ampuh yang berhasil Antony hunuskan tajam kepada Brian Noel. Putra sulung dari Daniel Noel itu kalah telak sekarang, kini Antony Buggs selangkah lebih maju darinya.“Sekarang kau sudah tahu, silakan pergi dari mansionku, Brian Noel. Kau tidak diterima di sini!” Dengan angkuh Antony memerintah penjaga mansi