Aku merasa tubuh ini terasa berat. Kulit tubuhku terasa panas dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Kenapa?? "Aaahh..." Hingga tak terasa aku mengeluarkan suara desahan dari dalam mulutku sendiri. Kucoba membuka mata ini yang masih terasa berat. Walaupun belum sepenuhnya terbuka namun aku masih bisa melihat bayangan samar seseorang yang bergerak di atas tubuhku. Menciumi tengkuk leherku kemudian kulit dadaku dan berhenti di sana. "Mimpi? Apakah ini mimpi?" bisikku dalam hati masih ragu. Namun, sentuhan ini terasa nyata. Kesadaranku sedikit demi sedikit bangkit saat kurasakan sebuah ciuman panas di bukit kembarku yang tersingkap terbuka. Hingga tanpa sadar sebuah nama aku sebut saat ciuman itu kini berganti menjadi sebuah kuluman nikmat yang membuatku terbang tinggi di awang-awang. "Aahh, Daniel...?" "Ya, sebut namaku Lucy. Sebut namaku lagi," sahut sebuah suara yang terdengar serak dan parau. Aku mengenali suara itu, namun dengan pikiranku mencoba menepisnya karena aku masih b
Hari berganti hari tanpa terasa, kini usia kehamilanku pun sudah menginjak bulan ke empat tepatnya 18 minggu dari perkiraan dokter.Aku sudah tak merasakan mual dan lemas lagi seperti di awal-awal kehamilan, karena itu selama berada di villa aku menyibukkan diri dengan berkebun atau sekedar memasak masakan untuk diriku sendiri. Walaupun Anna dan Marcel melarangnya, namun aku bersikeras untuk tetap melakukannya dengan alasan jenuh. Daniel pun tak lagi berkunjung ke villa sejak terakhir pertemuan kami malam itu setelah kami bercinta. Aku berpikir mungkin Daniel dan istrinya Helen sudah berbaikan kembali karena itu ia tak lagi mengunjungiku di villa. Itu bagus bukan jika mereka berbaikan? Aku jadi merasa tak bersalah dan bisa melakukan apa pun yang kumau tanpa harus dilarang ataupun diperintah Daniel Noel yang kini telah menjadi suamiku. Lalu kenapa jauh dalam diriku aku merasa sakit dan kesepian? "Nyonya, biar saya membantu meracik sayuran dan dagingnya," Anna menawarkan diri, wanita
Pagi itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Selain karena masih merasa sedikit canggung dengan kehadiran Daniel, aku juga memang terbiasa melakukan kegiatan pagiku dengan memasak makanan sendiri atau sekedar berkebun di halaman depan villa yang memang sengaja banyak kutanam bibit bunga sekarang untuk mengisi hari-hariku selama tinggal di villa. "Selamat pagi, Anda sudah bangun?" Sapaku pada Daniel yang masih setengah mengantuk berjalan mendekatiku dengan hanya mengenakan celana boxer ketat hitam dan seperti biasa dia bertelanjang dada. "Astaga pria ini, kurasa memang ia sudah terbiasa bertelanjang dada jika tidur hingga pagi hari! Seolah dia memang bersikap cuek dengan siapa pun yang bebas melihat perut sixpack nya pada setiap orang," gumamku merasa jengah. "Kau bangun pagi sekali, aku tadi mencarimu karena kau tak berada di ranjang. Dan karena bau masakanmu itu juga tercium sampai ke hidungku," ucapnya masih dengan suara serak dengan gayanya yang cuek. "Maaf jika saya membuatmu
Sejak pagi tadi aku merasa gelisah, entah kenapa aku tak tahu. Yang jelas mungkin ini karena kehadiran Daniel yang beberapa hari ke depan ia akan berada di villa Blue Moon, itu artinya akan ada banyak malam yang akan kami habiskan hanya berdua. Astaga, kenapa aku harus gugup? Aku berusaha keras untuk mengalihkan pikiranku agar tidak terlalu fokus memikirkan satu hal itu, dan karena itu pula aku memutuskan untuk tidur cepat, namun sebelum itu aku sudah menyiapkan makan malam jika Daniel ingin makan malam nanti dengan menyuruh Anna untuk mengingatkannya jika nanti Daniel Noel pulang. Dalam tidurku, samar-samar aku masih mendengar suara pintu kamar di buka. Apakah itu Daniel? Dia sudah pulang? batinku. Namun, aku tetap saja pada posisiku, memejamkan mata dengan masih setengah mengantuk. Selang beberapa saat aku mendengar suara air di dalam kamar mandi, dan aku semakin yakin jika itu memang Daniel yang baru saja pulang. Antara nyata atau mimpi karena saat itu aku masih bisa merasakan
"Hallo Mr. Daniel Noel, apa kabar Anda?" tanya pria bertubuh gempal yang tiba-tiba datang dan menyapa Daniel.Seketika itu pun aku dan Daniel terkejut dengan kedatangan orang yang tidak diharapkan. Tapi bukan Daniel namanya yang bisa langsung memahami situasi dan menguasai keadaan."Baik, Mr. Simpson. Anda sendiri bagaimana?" sahut Daniel mencoba berbasa basi."Baik, tentu saja sangat baik. Saya tak percaya bisa bertemu Anda di sini, ini suatu kejutan," Mr. Simpson menjawab antusias, kemudian netranya beralih menatapku di samping Daniel."Dan bisa bertemu dengan Miss. Watts di sini bersama dengan Mr. Noel adalah sesuatu yang luar biasa!" Mr. Simpsons mengucapkan itu seraya menunjukkan senyuman lebarnya padaku. Kulihat senyumannya penuh arti saat menatapku dan aku dapat bernafas lega karena perutku tak terlihat membuncit di balik dress yang kukenakan sekarang, jika tidak tentu saja akan menimbulkan banyak pertanyaan."Aku dengar Anda sudah mengundurkan diri dari perusahaan, Miss. Watts
Setelah semua makanan siap, kami berdua pun makan bersama, dan ini untuk kedua kalinya kami makan malam berdua setelah menikah. Aku tersenyum senang ketika melihat Daniel makan dengan lahap Hambagu dan Gyoza yang aku buat untuknya. "Aku rasa kau memang pantas menjadi koki Jepang, Lucy. Makanan Jepang buatanmu tidak buruk," pujinya padaku. "Terima kasih kalau Anda menyukainya, Daniel," jawabku singkat seraya tersenyum tipis. "Kau pun perlu makan yang banyak, kandunganmu perlu banyak nutrisi agar nanti anak kita lahir dengan sehat." DEG! Aku berdebar mendengar kalimat sederhana, namun begitu menyentuh yang Daniel ucapkan padaku kali ini. Ia dengan penuh perhatian memberikan Gyoza lengkap dengan kuah sup yang masih hangat padaku agar segera aku makan. Karena sejak tadi entah kenapa aku hanya sibuk memperhatikan Daniel makan hingga aku lupa sendiri untuk makan."Ayo makanlah! Kenapa kau sejak tadi hanya melihat makanannya saja?" tanya Daniel padaku dengan tatapan netra birunya yang en
Paris Di sebuah ruang make up artis vvip, lokasi syuting di kota fashion Paris, Helen Noel berada. Wanita cantik dengan kecantikan sempurna yang bagai tanpa cela itu tampak tengah dirias oleh make up artis yang biasa mendandaninya selama proses syuting. Kali ini Helen berdandan dengan rambut berombak warna blonde, hari ini adalah hari syuting terakhirnya di Paris karena itu Helen ingin menampilkan yang terbaik saat proses syuting nanti. Saat make up artis sibuk merias kulit wajahnya yang bagai tanpa pori itu, jemari lentik dan terawat Helen Noel sibuk bermain di ponsel miliknya dengan edisi keluaran terbatas. Ia tengah sibuk membalas chat dari teman-temannya yang sesama artis dan model. Helen dan beberapa temannya akan mengadakan pertemuan malam nanti untuk merayakan hari terakhir syuting di Paris. Namun, saat Helen sibuk membalas chat dari mereka, keningnya seketika menjadi berkerut saat sebuah telepon masuk dari sang suami yang tak lain adalah Daniel Noel. "Kenapa Anda tak mengang
Hari itu aku berencana kembali ke apartemen milikku untuk mengambil sesuatu yang penting tertinggal di sana. Foto ayah dan ibuku bersamaku saat aku masih kecil. Hanya foto kenangan itulah yang aku punya sebagai pengobat rinduku jika aku merindukan kedua orang tuaku yang sudah lama tiada ketika aku masih berumur belasan tahun. Sebuah kecelakaan tragis yang mengubah segalanya dan sejak aku kehilangan kedua orang tuaku aku dirawat oleh paman dan bibiku. Karena itu foto itu bagiku sangat berharga. Akan tetapi, aku tak minta izin pada Daniel hari ini, karena aku hanya berniat mengambil barang penting itu, setelah itu pergi, jadi aku rasa Daniel akan mengerti akan hal itu. Sesampainya di apartemen milikku, aku pun mengambil barang-barang yang aku anggap penting dan segera mengemasinya. Saat aku hendak mengambil foto orang tuaku di lemari meja rias, mataku tak sengaja menangkap figura foto yang mencolok mata dan memang aku sendirilah yang sengaja menaruhnya di meja rias milikku saat itu.