Share

Bab. 71

Penulis: Rizkymutha14
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 13:37:50

Setelah pertempuran berakhir, Zhang Wei dan Xiu Xianren berterima kasih kepada A Zhu atas bantuannya.

"Terima kasih, Tuan Pendekar. Tanpa bantuanmu, kami mungkin sudah terluka parah atau lebih buruk," ujar Xiu Xianren dengan tulus.

A Zhu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Tanpa mengatakan apapun, ia kembali pergi dengan cara terbang dan menghilang di balik pohon-pohon yang lebat. Keduanya bergeming sejenak, sampai akhirnya Xiu Xianren sadar dan menghampiri Zhang Wei.

"Kakak, kau tidak apa-apa?" tanya Xiu Xianren mengamati ribu Zhang Wei. Zhang Wei menggelengkan kepala sebagai jawaban, jika dirinya baik-baik saja.

Zhang Wei dan Xiu Xianren, melanjutkan perjalanan mereka dengan lebih berhati-hati. Mereka kini telah mencapai kaki Gunung Tianwu, yang menjulang tinggi di hadapan mereka dengan puncaknya yang diselimuti salju abadi. Suara angin yang menderu dan suhu yang semakin dingin membuat perjalanan mereka semakin menantang.

Mereka mendaki lereng gunung yang curam, melewati ju
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 72

    Di sebuah desa terpencil yang terletak di ujung dunia, tempat yang seolah terlupakan oleh peradaban modern, dan bahkan lebih tepat disebut sebagai tempat pengasingan bagi mereka yang dianggap bersalah. Saat matahari pagi menyentuh perkampungan, terlihatlah sekumpulan orang dengan pakaian yang sangat lusuh, berkumpul di sekitar area kerja. Baik laki-laki maupun perempuan, mereka semua mengenakan pakaian yang serupa, seperti seragam tak berwarna yang mengaburkan identitas mereka.Di tempat yang suram ini, mereka menjalani kerja paksa setiap harinya. Para laki-laki tampak berjuang dengan pekerjaan berat, seperti menempa batu-batu keras menjadi kepingan kecil, mengangkut pasir dalam jumlah yang tak terkira, serta melakukan pekerjaan kasar lainnya yang menguras tenaga. Di sisi lain, para wanita terlihat sibuk dengan aktivitas yang tak kalah melelahkan. Mereka mengangkut air dari sumur yang jaraknya cukup jauh, mencuci pakaian di tepi sungai yang dingin, dan melakukan pekerjaan rumah tangga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 73

    "Sebaiknya, malam ini juga aku harus segera melarikan diri," ucapnya dengan tegas penuh penekanan. Suaranya bergetar dengan campuran tekad dan ketakutan. Mata Lie Hua menatap tajam ke sembarang arah, bayangan wajah Shen Jin yang begitu dibencinya terlintas di benaknya, menyulut api kemarahan dalam dirinya."Tunggu saja pembalasanku !"Malam itu, ketika cahaya bulan perlahan-lahan merangkak naik di langit gelap, Lie Hua bersiap-siap untuk melarikan diri. Dengan hati-hati, dia menggulung peta tersebut dan menyembunyikannya di balik pakaiannya. Ia memastikan tidak ada yang melihat saat dia melangkah keluar dari rumah kayunya yang sederhana.Udara malam begitu dingin, menusuk hingga ke tulang. Lie Hua merapatkan pakaiannya, berusaha mengusir rasa dingin yang menyergap. Suara langkah kakinya hampir tak terdengar saat ia menyusuri jalanan desa yang sepi. Para prajurit berjaga di pos-pos mereka, beberapa di antaranya tampak mengantuk dan tak waspada.Lie Hua berjalan dengan langkah cepat nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 74

    "Yueyin! Yueyin!" teriak Shen Jin dengan suara yang penuh kekhawatiran. Ia duduk di kursi sambil memegang perutnya yang besar, jelas terlihat betapa sulitnya bagi dia untuk bangun dari tempat duduknya. "Mendekati usia kehamilan tua sungguh membuatku kewalahan. Apakah aku mengandung anak kembar?" gumamnya dengan nada cemas sambil mengusap perutnya yang bulat. Shen Jin lalu memeriksa denyut nadinya sendiri, mencoba merasakan tanda-tanda kehidupan di dalam tubuhnya. Namun, ia hanya merasakan denyut nadi yang stabil dan satu detak jantung yang berdenyut lembut. Tidak ada tanda-tanda detak jantung kedua. "Hanya ada satu detak jantung, yang lainnya adalah detak jantungku sendiri," ujarnya pelan, sambil menghela napas karena merasa sedikit sesak. Kekhawatiran meliputinya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat. "Dimana Yueyin? Sangat jarang sekali dia tidak muncul saat dipanggil seperti ini," gumamnya dengan nada penuh kekhawatiran yang semakin mendalam. Shen Jin mencoba bangun dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 75

    Dalam ketenangan pagi itu, Shen Jin merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Perlahan, dia mulai bercerita tentang impian-impian yang telah lama tersimpan dalam hatinya. Suara burung-burung yang berkicau lembut di sekitar mereka memberikan irama latar yang harmonis, seakan turut menyambut kisah-kisah mereka. Kaisar Yuan mengangguk dengan penuh pemahaman dan empati. "Aku ingin membangun dunia di mana anak kita dapat tumbuh dengan bebas dan damai, tanpa rasa takut atau kekurangan," katanya sambil memandang jauh ke depan. Shen Jin merasakan getaran semangat dan ketulusan dalam kata-kata suaminya, membuatnya semakin jatuh cinta pada pria itu. Matahari semakin tinggi di langit, memancarkan sinarnya yang hangat. Mereka melanjutkan percakapan dengan penuh gairah, berbagi mimpi-mimpi besar yang ingin mereka wujudkan bersama. Angin yang berhembus perlahan membawa harum bunga yang mekar di sekitar mereka, seakan memberikan keajaiban tambahan pada momen tersebut. Setelah beberapa saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 76

    "Anak kita sudah lahir, dia sangat tampan seperti dirimu, Yua'er." Tiba-tiba, langit yang gelap mulai cerah kembali. Pelangi indah muncul di cakrawala, melambangkan awal yang baru dan penuh harapan bagi keluarga kecil mereka. Saat itu, angin berhenti dan suasana menjadi hening. Terdengar suara lembut yang datang dari langit, seakan-akan seluruh alam memberikan penghormatan kepada sang bayi yang baru lahir. Dari balik awan, muncul sosok-sosok bercahaya yang mengagumkan. Para dewa datang dengan senyuman penuh kebajikan, menyambut kelahiran bayi Shen Jin. Mereka membawa berkat dan harapan, membisikkan kata-kata yang hanya dapat didengar oleh hati yang tulus. "Akhirnya, bayi dari Yang Mulia Kaisar Naga langit, sudah terlahir." Raut wajah para dewa dan Dewi tersenyum sumringah. Detik kemudian, salah satu dewa yang terlihat sedikit tua, raut wajahnya berubah sendu. "Namun, artinya bencana itu akan segera terjadi." "Aku yakin, semua itu akan berakhir dengan kemenangan," imbuh san

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    bab. 77

    Saat berada di puncak Gunung Tianwu, Zhang Wei dan Xiu Xianren terperangah menyaksikan perubahan fenomenal di langit dan alam sekitarnya. Awan gelap berkumpul tiba-tiba, menciptakan suasana dramatis yang membuat mereka terdiam sejenak, menengadah memandang ke arah langit. Raut wajah mereka memancarkan perpaduan antara kebahagiaan dan kekhawatiran."Lebih baik kita segera mengambil bunga es naga itu, aku khawatir semuanya akan terlambat," ucap Xiu Xianren kepada Zhang Wei dan A Zhu dengan nada cemas."Baiklah!" jawab Zhang Wei tegas, sementara A Zhu hanya mengangguk setuju. Mereka yang berdiri di bibir gua Gunung Tianwu segera bergerak masuk dengan langkah cepat.Saat mereka memasuki goa, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Mereka berhenti sejenak, mencoba menajamkan pendengaran mereka. "Sepertinya, sudah ada orang lain yang memasuki tempat ini, kita harus hati-hati," ucap pelan Xiu Xianren. Ternyata, suara itu berasal dari sekelompok penjaga istana dari wilayah lain yang sedang m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 78

    Namun, di wilayah yang sangat jauh, pasukan yang dikumpulkan oleh Bai Xiu Xue sudah berkumpul dengan persiapan yang sangat lengkap. Bai Xiu Xue bukan hanya merekrut kandidat dari kalangan siluman saja, bahkan para sekte yang pernah memperebutkan tentang Anggur Keabadian pun ikut bergabung dengannya.Bai Xiu Xue mengenakan jubah perangnya yang megah dan berdiri di depan para prajurit yang telah dikumpulkannya. Senyum sinis terbentuk di wajahnya, pandangan matanya tajam menatap ke depan, penuh dengan keyakinan akan kemenangan."Kalian adalah prajurit terbaik yang pernah ada," katanya dengan suara lantang dan penuh otoritas. "Hari ini, kita tidak hanya akan merebut kembali Anggur Keabadian, tetapi juga menguasai seluruh wilayah ini. Tidak ada yang bisa menghalangi kita."Para prajurit bersorak, semangat mereka berkobar-kobar mendengar pidato penuh motivasi dari Bai Xiu Xue. Mereka mempersiapkan diri dengan lebih mantap, mengetahui bahwa pertempuran besar menanti di depan mereka.Sebelumn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 79

    Yueyin membantu Shen Jin berdiri, tangan hangatnya memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh Shen Jin. Aroma manis bunga-bunga di sekitar mereka semakin kuat, seolah-olah alam pun ikut menenangkan kegelisahan Shen Jin.Dengan langkah hati-hati, Yueyin membawa Shen Jin mendekati kedua wanita cantik tersebut. Shen Jin menatap mereka sejenak dengan mata yang masih dipenuhi kekhawatiran, kemudian beralih pada bayi laki-laki yang ada di pangkuannya. Bayi itu tertidur nyenyak, nafasnya pelan dan teratur, memberikan sedikit kedamaian di tengah kegaduhan hati Shen Jin."Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar tidak berniat meninggalkan Anda," ujar salah satu wanita dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan. "Ia hanya ingin memastikan keselamatan Anda dan pangeran kecil ini. Kaisar telah mengatur segalanya demi melindungi kalian berdua."Shen Jin merasa air mata menggenang di matanya. Ia menatap kedua wanita tersebut, lalu kembali menatap bayi di pangkuannya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 118

    Kegelapan pengap menyelimuti ruang bawah tanah yang dingin dan lembap. Aroma anyir darah bercampur bau tanah menyeruak menusuk hidung. Di tengah remang cahaya obor yang menari-nari di dinding batu, sosok XIU JUAN tampak mengenaskan. Gaun tahanan putih lusuhnya compang-camping, menampakkan kulitnya yang pucat pasi. Bibirnya kering merekah, seolah telah lama merindukan setetes embun. Di pipi halusnya tergores luka merah yang masih membekas, saksi bisu kekerasan yang baru saja berlalu. Kedua tangannya terentang lebar, terikat kuat pada pilar kayu yang kasar, tubuhnya lunglai tak berdaya bagai layu diterpa badai.Di sudut gelap sel yang bersebelahan, terdengar suara batuk kering yang memecah keheningan. Sosok renta dengan rambut kusut dan janggut tipis terjuntai, seorang pria paruh baya , meringkuk di atas tikar jerami yang usang. Matanya yang cekung menatap Xiu Juan dengan tatapan sayu namun penuh minat."Gadis itu... apa yang membuatnya terjerumus ke dalam sarang iblis ini? Wajahmu...

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 117

    Di bawah rembulan pucat yang menggantung rendah di atas cakrawala kota yang gemerlap namun terasa dingin, Shen Jin dan Kaisar Yuan bertukar pandang. Kilatan samar lampu-lampu lentera memantul di mata mereka, seolah merefleksikan percakapan sunyi yang baru saja terjadi. Detik kemudian, sebelum tatapan mereka kembali terarah pada Jin Yu. Putra mereka berdiri di tengah ruangan yang mewah namun terasa hampa, raut gelisah masih terpahat jelas di wajahnya yang biasanya angkuh.Shen Jin, dengan gaun sutra berwarna gelap yang tampak berkilauan tertimpa cahaya kristal dari lampu gantung di atas mereka, membuka suara. Nada bicaranya tenang namun mengandung ketegasan seorang wanita yang terbiasa mengatur. "Sepertinya, gejolak dalam hatimu, apa yang menjadi keinginan terdalam seorang ibu, telah bersemi dan kini tersirat jelas dalam benakmu. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka, ayahmu, Kaisar Yuan, telah secara resmi mengajukan lamaran pernikahan ke kerajaan Dayue untukmu. Tampaknya, tak

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 116

    Sebelum Jin Yu sempat menyelesaikan ucapannya, selir Lin melangkah maju. Langkahnya mantap, tatapan penuh otoritas. Dengan suara yang memecah keheningan aula, ia memberi perintah yang tegas."Bawa mereka ke dalam penjara!" serunya. Suaranya tajam, menusuk udara yang sebelumnya tenang.Jin Yu maju selangkah, niatnya untuk menghentikan tindakan itu terlihat jelas. Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, tangan Shen Zhibai sudah meraih pundaknya. Sentuhan itu cukup kuat untuk menahan Jin Yu di tempatnya. Shen Zhibai menggeleng pelan, dan dengan suara rendah, ia berbicara, nyaris seperti bisikan."Jin Yu, tahan dirimu. Bukan sekarang waktunya," ucapnya penuh ketenangan, namun menyiratkan sesuatu yang lebih dalam.Jin Yu mengerutkan dahi, tatapannya tetap terarah pada Xiu Juan dan Rouyue yang kini sedang digiring oleh prajurit. "Aku tidak bisa hanya berdiri diam, Shen Zhibai. Mereka tidak bersalah!"Shen Zhibai menghela napas, suaranya terdengar lebih tegas kali ini. "Jika kau bertin

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 115

    Kabut tipis menyelimuti gerbang megah Istana Dayue, seolah menyembunyikan rahasia kuno di baliknya. Jin Yu dan rombongannya tiba di hadapan gerbang itu, keheningan menyelimuti mereka. Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis anggun dengan aura misterius, menghentikan langkah mereka, menarik napas dalam-dalam seolah merasakan energi spiritual yang bergejolak di sekitar istana."Terima kasih atas perlindungan kalian, Tuan Jin Yu, Tuan He, dan Tuan Zhibai," ucap Xiu Juan dengan suara lembut namun mengandung kekuatan tersembunyi. "Perjalanan kita sampai di sini."Jin Yu, pemuda dengan sorot mata tajam dan aura seorang pendekar, maju mendekati Xiu Juan. "Bolehkah aku bertemu dengan kedua orang tuamu?" tanyanya, suaranya mengandung nada yang sulit diartikan.Xiu Juan mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, sebuah perasaan yang bercampur antara kekaguman dan kebingungan. "Mengapa... mengapa Tuan ingin bertemu dengan mereka?"Jin Yu menatapnya dengan t

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab.114

    Fajar menyingsing dengan lembut, memercikkan warna emas pucat ke langit yang masih membayang abu-abu. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti selendang gaib yang enggan dilepas oleh malam. Di tengah hutan yang sunyi, pepohonan kuno berdiri tegak, setiap helai daun mereka tampak menyala karena cahaya pertama matahari.Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang baru mekar, bercampur dengan desau lembut sungai kristal yang mengalir di kejauhan. Di atasnya, burung-burung kecil dengan sayap berkilauan seperti permata beterbangan, menciptakan harmoni dari kicauan mereka.Dari balik bayangan pepohonan, seekor rusa bertanduk perak melangkah perlahan, matanya bersinar lembut seperti bulan. Jejak kakinya meninggalkan cahaya redup di atas rerumputan yang berkilauan. Tak jauh darinya, sepasang peri kecil dengan sayap serupa kelopak mawar saling berkejaran, tertawa lembut seperti lonceng angin.Di atas bukit, sebuah desa kecil terbangun perlahan. Pondok-pondok dengan atap jera

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 113

    Kabut pagi yang menyelimuti penginapan di kedai teh Senja perlahan tersibak, memperlihatkan siluet lima sosok yang bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Jin Yu, dengan jubah putihnya yang berkibar tertiup angin, memeriksa pedang pusakanya, . Di sampingnya, Shen Zhibai, sang tabib muda dengan aura tenang, menata ulang ramuan-ramuan di dalam tas kainnya. He Shen, sang pendekar berbadan tegap, mengencangkan sabuk pedangnya, matanya yang tajam mengawasi sekeliling, merasakan riak-riak energi spiritual yang samar.Di belakang mereka, Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis muda dengan wajah yang masih menyimpan sisa-sisa ketakutan, berdiri berdampingan. Perjalanan ini, yang semula hanya misi pengawalan biasa, telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya. Sebelum ketiga pria itu terjun ke dalam pusaran intrik dan rahasia yang mengancam dunia persilatan, mereka harus memastikan keselamatan kedua gadis itu dengan mengantarkan mereka ke Kerajaan Dayue."Kita harus segera berangkat," ucap Jin

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 112

    #warning 21+#Di kerajaan istana Bai Li Yuan, keheningan terasa begitu pekat, hanya dipecah oleh suara ketukan pena yang ritmis di atas meja marmer. Shen Jin, dengan tatapan menerawang, duduk termenung di balik meja kerjanya yang dipenuhi gulungan perkamen. Di seberangnya, di balik tumpukan dokumen kerajaan yang menggunung, Kaisar Yuan terbenam dalam kesibukan. "Kenapa wajahnya tidak asing?" gumam Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan angin malam.Kaisar Yuan, tanpa mengangkat kepala, menyahut dengan suara bariton yang tegas, "Wajah siapa yang membuatmu penasaran, Shen Jin?" Suara itu bergema di ruangan luas itu.Shen Jin menghela napas panjang, matanya menerawang jauh, seolah mencoba menangkap bayangan masa lalu. "Putri Ling Xian," jawabnya, suaranya kini lebih jelas, "gadis yang dipermalukan oleh Putri Yuqing di depan umum. Wajahnya... seperti seseorang yang pernah kulihat, tapi di mana?"Kaisar Yuan akhirnya mengangkat kepalanya, sorot matanya tajam menembus k

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 111

    Perjalanan ke selatan membawa rombongan Jin Yu menyusuri jalur pegunungan yang berliku. Kabut tebal menyelimuti lembah, menyembunyikan pemandangan di sekitarnya. Suara gemerisik dedaunan dan desiran angin menciptakan suasana sunyi namun mencekam.Jin Yu, dengan indra kultivator nya yang tajam, merasakan sesuatu yang aneh. "Berhenti," perintahnya, suaranya menggema di antara tebing-tebing batu.Rombongan itu berhenti, kuda-kuda mereka meringkik gelisah. Shen Zhibai dan He Shen mengeluarkan pedang mereka, bersiap menghadapi kemungkinan bahaya. Rouyue dan Xiu Juan menatap sekeliling dengan cemas."Ada jejak energi pedang di sini," kata Jin Yu, matanya menelusuri kabut. "Pertempuran terjadi belum lama ini."Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, mengikuti jejak energi pedang yang samar. Semakin jauh mereka masuk ke dalam lembah, semakin jelas tanda-tanda pertempuran. Pohon-pohon tumbang, batu-batu hancur, dan tanah dipenuhi bekas luka tebasan pedang.Tiba-tiba, mereka menemukan s

  • ISTRI KECIL SANG KAISAR    Bab. 110

    Setelah beberapa hari perjalanan mereka tertunda, melihat kondisi Xiu Juan yang sudah semakin membaik, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda karena sebuah insiden. Rute yang mereka ambil kali ini lebih memilih yang strategis, karena tidak mau insiden sebelumnya kembali terjadi."Sebaiknya kita ambil jalan ke selatan saja," ucap Jin Yu dengan tegas, matanya memandang ke arah peta yang terbentang di atas meja. "Meskipun jaraknya sedikit jauh, tapi sekiranya perjalanan kita aman dari bahaya."He Shen menggelengkan kepala. "Bukankah perjalanan kita akan lebih jauh? Kenapa kita tidak mengambil jalur timur saja? Jika kita lewat jalur sana, kita hanya membutuhkan satu hari perjalanan menuju kerajaan Dayue."Shen Zhibai memandang He Shen dengan mata yang tajam. "Sepertinya, kau memang belum jera mendapat pelajaran disana? Apakah kali ini kau akan sukarela mengantarkan nyawa?" Jin Yu dan Shen Zhibai menatap dingin He Shen seraya berpangku tangan di dada.He S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status