Niat Shen Jin untuk meninggalkan taman itu dan menjauh dari Bai Xiu Xue adalah agar tidak terjadi perseteruan antara Kaisar Bai Li Yuan dan Bai Xiu Xue. Namun, semua malah terjadi di luar perkiraannya. Kaisar Yuan tiba-tiba muncul di tengah taman, tepat saat Shen Jin hendak pergi, menghentikan langkahnya.Sementara itu, Bai Xiu Xue yang masih berada di paviliun, hanya menatap dingin seraya mengulas senyum licik. Ia kemudian melangkah dengan anggun menuju Shen Jin dan Kaisar Yuan yang berdiri di tengah taman kerajaan, di bawah naungan pepohonan yang rindang."Lama tidak bertemu, Bai Li Yuan," ucap Bai Xiu Xue dengan nada yang penuh sindiran. Dengan cepat, Kaisar Yuan menarik Shen Jin ke dalam pelukannya, melindunginya dari ancaman yang dirasakan."Apakah kau sekarang ini menjadi raja pengangguran? Sampai kau sempat datang ke kerajaanku ini," balas Kaisar Bai Li Yuan dengan nada lembut namun tegas, matanya menatap tajam ke arah Bai Xiu Xue. "Atau a
Shen Jin menatap Xiao Nian Jie dengan beragam emosi berkecamuk di dalam hatinya keterkejutan, kebingungan, dan sedikit harapan. Kata-kata yang diucapkan wanita itu. "Kau adalah bagian dari kisahku," mengalun dalam pikirannya, menimbulkan rasa ingin tahu. "Apa maksudmu dengan aku adalah bagian dari kisahmu?" tanya Shen Jin, suaranya bergetar. "Apa yang kau inginkan dariku?" Xiao Nian Jie melangkah maju, jubahnya yang panjang menyapu tanah dengan lembut, menciptakan suara tenang seperti embun pagi. "Xiao Nian Jie, Yi Xiuying dan Shen Jin Yi Xiuying adalah bagian dari diriku. Aku meninggalkan sebagian kisahku pada ingatan Yi Xiuying agar aku tidak kembali menelan kekecewaan, namun itu di luar perkiraan. Yi Xiuying terlalu lembut dan lemah, hingga dia lebih memilih untuk menyerah. Sedangkan kau, meskipun aku menaruh ingatan dalam dirimu, tapi entah bagaimana , semua itu tidak bisa memengaruhi pikiranmu. Shen Jin, bisakah kau melepaskan Bai Li Yuan dan kembali pada Bai Xiu Xue?" "AP
Shen Jin terbangun dengan napas tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahi. Ruangan terasa gelap dan sunyi, hanya suara detak jantung yang terdengar jelas. Shen Jin mencoba mengingat mimpi buruk yang baru saja di alami , tetapi bayangannya perlahan memudar.Kemudian ia duduk di tepi tempat tidur, berusaha menenangkan diri. "Hanya mimpi," bisiknya pelan, mencoba meyakinkan diri sendiri. Shen Jin menarik napas dalam-dalam, merasakan udara dingin malam masuk ke paru-paru. Perlahan, ketegangan di tubuhnya mulai mereda.Ia menyalakan satu lilin di samping tempat tidur, cahayanya yang lembut membuat Shen Jin merasa sedikit lebih tenang. Ia melihat sekeliling kamar, memastikan semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti sebelum tidur.Dengan hati yang mulai tenang, Shen Jin berbaring kembali, menarik selimut hingga menutupi tubuh. Ia menutup mata, berusaha kembali tidur dengan pikiran yang lebih tenang.
Setelah memastikan Shen tertidur kembali, Kaisar Yuan keluar dari kamar menuju ruang baca. Raut wajahnya yang tadi terlihat lembut dan penuh kasih sayang, kini berubah menjadi dingin dan kejam, seolah-olah bayangan malam telah menyelimuti hatinya.Dari balik kegelapan, muncul seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam. Sosok itu bergerak dengan keheningan yang menakutkan, lalu segera berlutut dengan penuh hormat di hadapan Kaisar Yuan."Hormat yang mulia, perintah apa yang harus hamba lakukan?" ucap sosok tersebut dengan suara yang rendah namun tegas, menggema di ruangan yang sunyi."Pergilah ke kediaman guruku. Beritahukan dia, agar datang ke istana," perintah Kaisar Yuan tanpa menoleh, pandangannya tetap tertuju pada jendela yang memantulkan bayangan malam."Segera, Yang Mulia!" Sosok tersebut menghilang dalam sekejap mata, seolah-olah ditelan oleh kegelapan yang pekat, meninggalkan Kaisar Yuan yang berdiri tegak dengan aura kekuasaan yang tak terbantahkan.Kaisar Yuan menghela n
Shen Jin mengerang, tubuhnya terasa remuk redam. Cahaya mentari pagi yang menembus celah tirai sutera emas, menyilaukan matanya. Ia berusaha membuka mata, namun rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya membuatnya kembali terpejam. Aroma teh melati yang samar-samar tercium, mengingatkannya pada mimpi buruk yang baru saja ia lalui."Bai Li Yuan!" desis Shen Jin, suaranya serak dan lemah. Ia merasakan amarah membara di dalam dadanya. "Kau sungguh keterlaluan!"Kaisar Yuan, sang penguasa kekaisaran yang agung, tersenyum mendengar umpatan Shen Jin. Ia mendekat, tubuhnya yang tegap dan gagah membayangi Shen Jin yang terbaring lemah di ranjang berukir kayu jati. Pakaian sutera warna ungu tua yang dikenakannya berkilauan dalam cahaya mentari pagi."Istriku sudah bangun?" Suara kaisar Yuan terdengar lembut, namun Shen Jin merasakan getaran dingin di balik kata-kata itu. Ia menoleh, matanya membulat, dan mulutnya ternganga. Kaisar Yuan sudah berdiri di samping ranjang, menyingkap
Permaisuri Agung berdiri, mengarahkan langkahnya ke paviliun Shen Jin. Kaisar Yuan mengikuti ibunya, merasa sedikit bersalah karena tidak memberitahu kebenaran tentang keadaan Shen Jin. Saat mereka memasuki kamar Shen Jin, Permaisuri Agung melihat Shen Jin terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat, mata merah terbungkus kelopak yang tipis. "Apa yang terjadi, Shen Jin?" tanya Permaisuri Agung dengan nada khawatir. Shen Jin membuka mata, menatap Permaisuri Agung dengan ekspresi terkejut. Shen Jin mengalihkan pandangan secara bergantian. "Ibu... Ada apa ini?" tanya Shen Jin bingung. Permaisuri Agung mendekat dan langsing duduk di samping Shen Jin. Lalu, ia mengulurkan tangan merasakan dahi Shen Jin. "Kau demam. Aku akan memanggil tabib istana." Seketika, Shen Jin bangun dan raut wajahnya sungguh terlihat sangat bingung. Kaisar Yuan berdiri di samping ibunya, menatap Shen Jin menampilkan senyum tipis dan pura-pura tak berdaya. Seketika, ide jahil pun terlintas di pikira
Di kerajaan yang jauh, Bai Xiu Xue duduk takjub di atas takhta, mata tajamnya terpaku pada bayangan Bai Li Yuan, Permaisuri Agung, dan Shen Jin yang terpantul dalam cermin kabut. Rahangnya mengeras, suara gigi beradu menggema dalam kesunyian.Dengan gerakan tegas, ia mengibaskan tangan, dan cermin kabut itu lenyap seketika. Wajahnya memancarkan emosi campur aduk, Bai Xiu Xue bangkit dan menghilang dari ruangan, meninggalkan keheningan yang mendalam.Dalam sekejap, Bai Xiu Xue muncul di gua es yang misterius. Cahaya lembut es memantulkan bayangan wajahnya yang sendu. Dengan langkah pelan, ia mendekati peti kristal es transparan, yang memantulkan cahaya seperti kaca patri. Peti itu tampak seperti bangunan kaca yang rapuh, menyimpan rahasia yang terlindung dalam kesunyian.Bai Xiu Xue berhenti di depan peti kristal, matanya menatap ke dalamnya dengan ekspresi campur aduk. Di dalam peti itu, terbaring sosok yang tak bergerak, tertidur dalam kesunyian abadi. Wajahnya yang tenang dan damai
"Bayangan kematian?" ulang Kaisar Yuan dengan nada penuh kebingungan. "Apakah ini ada hubungannya dengan istriku, Guru?"Xiu Xianren mengangguk tegas, matanya memancarkan keseriusan yang mendalam. Udara di ruangan itu terasa semakin berat, seolah-olah menyerap ketegangan yang ada. Tiba-tiba, terdengar suara benda jatuh di luar ruangan, menggemakan ketegangan yang sudah ada. Kaisar Yuan dan Xiu Xianren terkejut, pandangan mereka segera tertuju ke arah pintu yang tertutup rapat."Siapa di sana?" teriak Kaisar Yuan dengan suara menggema di seluruh ruangan. Detik-detik berlalu dengan lambat, pintu mulai terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Shen Jin yang berdiri dengan raut wajah sendu dan mata yang penuh kesedihan. Cahaya dari luar ruangan menyinari wajahnya, menambah kesan dramatis pada kemunculannya."Shen Jin?" gumam Kaisar Yuan, terkejut. Matanya membulat, menatap tak percaya pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Hatinya berdebar kencang, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Ketika mereka semua tengah menikmati pesta tersebut, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan yang memecah kesenangan dan membuat semua orang terhenti. Aroma manis anggur dan cahaya lilin yang berkilauan di sekitar mereka seolah memudar sejenak. Jin Yu, Shen Zhibai, dan He Shen ikut mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan yang menjadi pusat masalah, penasaran dan sedikit cemas. "Ada apa di sana? Kenapa orang-orang berkerumun?" tanya He Shen dengan dahi berkerut, memperhatikan kerumunan yang bergerak gelisah di dekat kolam yang memantulkan cahaya bintang. "Sebaiknya kita lihat ke sana," jawab Jin Yu dengan nada tegas namun penuh rasa ingin tahu. Mereka berdua mengangguk dan tanpa ragu melangkah cepat menuju kerumunan tersebut, melewati tamu-tamu yang masih bingung. Sementara itu, di tengah kerumunan yang semakin padat, terdengar desah napas tertahan dan bisikan ketakutan. Terlihat seorang putri dengan gaun merah mencolok, berdiri angkuh di atas putri lain yang terduduk dengan wajah
Di sudut aula, Putri Lin dari Kerajaan Selatan sedang berbincang dengan Putri Wei dari Kerajaan Utara. Putri Lin mengenakan gaun hijau zamrud yang serasi dengan matanya yang cerah, sedangkan Putri Wei mengenakan gaun emas yang berkilau seperti sinar matahari. Mereka berbincang tentang pengalaman dan perjalanan mereka, sambil sesekali melirik ke arah Shen Jinyulong yang sedang menyambut para tamu dengan senyum hangat.Musik lembut mulai terdengar, dimainkan oleh para musisi istana yang berbakat. Alunan musik tradisional yang menghentak-hentak memeriahkan suasana, membuat para tamu merasa seperti terhanyut dalam dunia yang penuh pesona.Shen Jin Yu Long berjalan memasuki aula dengan penuh percaya diri, mengenakan jubah berwarna hitam dengan bordiran ular naga emas yang memancarkan aura kebanggaan dan kemewahan. Senyum manis menghiasi wajahnya, menambah pesona yang memikat perhatian semua orang. Para tamu, termasuk para putri dari kerajaan-kerajaan lain, menyambutnya dengan penuh pengh
Shen Jin menghela napas panjang, masih mencoba mencerna kabar yang baru saja didengarnya. Matanya melirik kearah Jin Yu yang masih mengusap telinganya sedikit panas. Hembusan angin yang sejuk menyapu wajah mereka, menciptakan kontras yang tajam dengan ketegangan yang melingkupi suasana."Jadi, apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?" tanya Shen Jin, nada suaranya kali ini lebih tegas dan penuh perhatian.Jin Yu mengangkat wajahnya, menatap Shen Jin dengan mata yang menunjukkan kelelahan namun dipenuhi tekad kuat. "Karena Jin Yu sangat merindukan ibu dan ayah," jawabnya dengan nada manja. Tanpa ragu, ia menghambur ke dalam pelukan hangat Shen Jin."Ini juga sangat merindukanmu," ucap Shen Jin lembut seraya membelai rambut panjang putranya yang terurai. He Shen dan Shen Zhibai tersenyum lembut, memandang dengan haru pertemuan yang indah antara anak dan ibu. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, menghapus sejenak semua kekhawatiran.Kaisar Yuan, yang sejak tadi berdiri di sana mempe
Shen Jin tersenyum, meski hatinya masih berdetak kencang akibat kejutan tadi. "Yua'er, hampir saja jantungku copot, kau membuatku terkejut," katanya sambil berusaha tenang.Kaisar Yuan tertawa pelan. "Maafkan aku, Shen Jin. Aku hanya ingin memberikan kejutan kecil," ucapnya seraya melepaskan pelukannya dan berdiri di samping Shen Jin, menghadap ke arah taman yang indah."Kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa," puji Kaisar Yuan, mengamati dekorasi yang mempesona. "Pesta ini akan menjadi yang terbaik yang pernah ada di kerajaan."Shen Jin menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda terima kasih. "Apakah Putra ku akan menyukainya?" Kaisar Yuan mengangguk setuju. "Tentu saja. Jika sampai anak itu tidak menghargai usaha kerasmu, aku tidak akan mengijinkan dia melihat ibunya," katanya dengan penuh ancaman."Jangan seperti itu," ucap Kaisar Yuan lembut, mencoba menenangkan Shen Jin. Shen Jin menghela nafas sejenak, memandang ke arah pintu gerbang dari kejauhan. "Tidak terasa wakt
Tujuh belas tahun kemudian, di sebuah ladang yang luas dengan pemandangan pegunungan hijau di kejauhan, terlihat seorang anak laki-laki tengah menunggangi kuda. Kuda berwarna coklat gelap itu melaju dengan anggun, sementara anak laki-laki itu duduk tegak dengan penuh kebanggaan. Ia mengenakan pakaian berwarna putih gading yang bersinar di bawah sinar matahari pagi, dengan bordiran bunga lotus di setiap sisinya yang memberikan sentuhan keindahan pada pakaiannya. Angin sepoi-sepoi berhembus, membuat bajunya berdesir dan menambah kesan elegan bagi pemakainya. Rambutnya yang hitam legam seperti malam terurai bebas, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Matanya yang sayu tampak memancarkan ketenangan, hidung mancungnya memberikan karakter kuat pada wajahnya, sementara bibirnya yang sedikit tebal dengan merah alami terlihat mempesona. Rahangnya yang tegas semakin mempertegas kesempurnaan rupa anak laki-laki itu.Dia terus memacu kudanya dengan kecepatan maksimal, angin berhembus kenca
Musim dingin telah berlalu, membawa kehangatan musim semi yang menyambut kehidupan baru. Cahaya matahari yang sebelumnya bersembunyi di balik awan kini muncul penuh kemilau, menerangi lembah-lembah yang dipenuhi bunga sakura yang sedang mekar. Angin lembut berembus, membawa aroma harum bunga dan suara gemericik sungai yang mengalir jernih di antara pegunungan.Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di kaki gunung, terdapat seorang petapa tua yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatan supranaturalnya. Ia duduk di beranda rumah bambunya, mengamati langit yang cerah dengan mata yang penuh kedamaian. Di sekelilingnya, makhluk-makhluk ajaib seperti naga kecil dan burung phoenix bermain di antara pepohonan, menciptakan pemandangan yang magis.Di tengah desa, seorang gadis muda bernama Lian berjalan dengan langkah ringan, membawa keranjang penuh ramuan obat yang baru dipetik. Rambutnya yang hitam panjang tergerai tertiup angin, dan mata elangnya mencerminkan tekad serta keberanian. Lian m
Dalam hening yang penuh ketegangan, suara gemuruh petir terdengar dari kejauhan, menambah kesan menakutkan pada keputusan yang baru saja dijatuhkan. Kaisar Yuan tetap berdiri tegak dengan tatapan tajam, menunjukkan bahwa keputusannya sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.Bai Xiu Xue, yang menjadi pusat perhatian semua orang, hanya bisa menunduk. Wajahnya pucat, tanpa kekhawatiran dan ketakutan yang mendalam. Meski jiwanya terguncang, ia mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggerogoti hatinya."Jika itu bisa membuat diriku dan Xiao Nian Jie bersatu, aku akan menerima hukumannya," katanya dengan suara yang hampir berbisik. Matanya yang dalam menatap kaisar Yuan dengan penuh penyesalan.Permaisuri agung, dengan air mata yang masih mengalir, mencoba menguatkan diri. Ia menggenggam tangan suaminya erat-erat. Kemudian, ia melepaskan genggamannya dan menghambur memeluk Bai Xiu Xue. "Putraku, kau adalah segalanya bagiku. Jika ada cara lain, aku akan melakukannya," ucapnya dengan n
Mata Bai Xiu Xue membelalak lebar dengan mulut sedikit menganga. Ia merasakan desiran angin malam yang dingin menyentuh kulitnya, menambah perasaan hampa yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tangannya yang gemetar terulur, mencoba menggapai Xiao Nian Jie yang semakin menjauh darinya, seolah-olah dunia ini sedang menjauhkan harapannya satu demi satu. "Tidak! Xiao Nian Jie, jangan tinggalkan aku. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan tanpa dirimu! Xiao Nian Jie!" pekik Bai Xiu Xue dengan suara yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan. Air mata mengalir deras di pipinya, menciptakan jejak yang berkilauan di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah jeritan hati yang terpukul keras oleh rasa kehilangan yang mendalam.Shen Jin, Bai Li Yuan, dan yang lainnya, melihat keadaan Bai Xiu Xue yang memprihatinkan seperti itu, merasa iba. Shen Jin menggigit bibirnya dengan keras, menahan diri untuk tidak menangis. "Xiao Nian Jie, kau harus kembali," bis
Kalimat itu menghancurkan hati Bai Xiu Xue. Ia terhuyung mundur, seakan dihantam badai yang menghancurkan semuanya. "Tidak mungkin," gumamnya, suaranya terdengar seperti bisikan angin."Inilah kenyataannya, Bai Xiu Xue," ucap Xiao Nian Jie dengan nada yang dingin dan tak berkompromi. "Aku tidak bisa lagi bersamamu."Bai Xiu Xue merasakan dunianya runtuh seketika. Pandangannya kabur oleh air mata yang tak terbendung lagi. Ia memegang dadanya, berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Angin malam yang dingin berhembus, membuat tubuhnya menggigil, seakan menggandakan rasa sakit yang ia rasakan.Xiao Nian Jie melihat Bai Xiu Xue, tapi ia tetap teguh dengan keputusannya. "Aku sudah mencoba, tetapi aku tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku tidak ingin terus menyakiti kita berdua," katanya dengan lembut, meskipun ekspresinya tetap tegar.Bai Xiu Xue mengusap air matanya, berusaha menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin tahu, apakah semua ini tidak berarti apa-apa bagimu?" tanyanya de