Jenny langsung terkejut, ketika mendengar suara orang yang menyahuti dirinya dari belakang.Jenny langsung tergugup, ketika mendengar suara seseorang dari arah belakang."Ah Kak Lilian?" ucap Jenny dengan wajah tergugupnya.Lilian menatap wajah Jenny dengan tatapan penuh curiga."Kenapa kau mulai gugup?" tanya Lilian dengan menatap jenny penuh curiga.Jenny langsung menyembunyikan kegugupannya, ia kemudian tersenyum dan bersikap seperti biasanya."Tidak ada Kakak pertama, tadi aku terkejut saja, ketika mendengar Arsen bercerita tentang adik ke empat," jawabnya dengan berbohong.Lilian lalu mengarahkan attensinya ke arah Arsen yang saat itu terlihat masih marah."Memangnya apa yang dia ceritakan tentang adik ke empat?" tanya Lilian kini mengarahkan attensinya ke arah wajah Jenny."Dia bercinta di dalam mobil dengan Kakak Zu," sahut Arsen dengan menggenggam tangannya dengan erat.Mendengar apa yang dikatakan oleh Arsen saat ini, membuat Jenny, Lilian dan Cellyn langsung terkejut dan men
KringKringKringSang kepala pelayan langsung mengangkat teleponnya, ketika mendengar benda pipihnya mulai berbunyi."Hallo, Tuan Zu," jawab pelayan tersebut dengan nada lembut."Hallo Saima, aku ingin kau memberikan hukuman kepada istriku, Aneisha.""Maksud Tuan?" tanya Saima dengan melirik ke arah Aneisha yang saat ini memandangi dirinya."Aku ingin kau memberikan hukuman kepadanya esok hari, suruh dia membersihkan gudang belakang sendirian, dan jangan kau berikan dia makan jika dia belum selesai mengerjakan apa yang sudah aku perintahkan," kata Tuan Zu dengan wajah mulai marah."Kenapa Tuan? Kesalahan apa yang membuat dirinya saat ini harus mendapatkan hukuman darimu?" tanya Naima dengan sedikit menjauh dari Aneisha."Dia tadi ingin melarikan diri dari rumah ini. Buat dirinya menyesali semua yang dia lakukan saat ini. Dengan menjalani hukuman itu, aku harap dia bisa berpikir seribu kali untuk tidak melakukan hal bodoh itu lagi," ucap Tuan Zuan dengan nada mulai murka."Apa Tuan ti
Naima melakukan apa yang di perintahkan Tuan Zu kepadanya, ia segera mengetuk pintu kamar mandi Aneisha.TokTokTok"Nyonya Muda, tolong buka pintunya," ucap Naima dari luar pintu kamar mandinya."Ada apa?" tanya Aneisha dengan nada heran."Tuan Zuan ingin berbicara denganmu, Nyona Muda, tolong bukakan pintu kamar mandinya," jawab Naima kepada Aneisha.Aneisha yang berada di dalam kamar mandi, langsung mengerutkan dahinya, ia tak mau membukakan pintu kamar mandinya karena saat ini dia tak memakai apapun yang menutupi tubuhnya."Katakan kepadanya, aku mandi dulu, baru aku akan berbicara lewat sambungan selulernya," balas Aneisha dengan nada kesal.Naima yang menerima jawaban tersebut membuatnya cemas, ia kemudian menatap ke layar handphone tersebut."Ada apa? Di mana istriku?" tanya Tuan Zuan dengan menatap nyalang wajah Naima."Maaf Tuan, Nyonya Muda sepertinya sedang mandi, dia akan menjawab telepon darimu selesai ia mandi," jawabnya dengan wajah gugupnya."Kenapa kau tidak serahkan
Aneisha terkejut kembali, ketika Naimah masih merahasiakan apa yang di dengar dan dilihatnya saat itu."Apa kau belum memberitahukan kepada Tuan Zu?" tanya Aneisha dengan tatapan penuh menelisik."Dia akan mengurungu selama sebulan dalam ruangan pemgasingan Nyonya, jika Tuan Zu mendengar apa yang aku katakan kepadanya. Tian Zu tak akan pernah percaya kepada seseorang, kecuali dengan apa yang aku katakan. Apa yang aku katakan, selalu aku seertakan bukti-bukti yang akurat, seperti yang kau katakan waktu itu. Aku tidak hanya merekam kalian saja, aku juga merekam suara kalian juga," jelas Naima dengan wajah santainya."Apa? Kau merekam semua itu?" tanya Aneisha tak percaya."Alat semakin canggih Nyonya, ada satu alat yang biasa aku pakai untuk merekam orang dan merekam pembicaraan seseorang saat itu."Aneisha menutup mulutnya dengan kedua tanganya tak percaya."Apakah kau melakukan itu, karena Tuan Zu yang memintamu?" tanya Aneisha dengan menatap wajah Naima."Tidak, aku tidak melakukan i
Lilian wajahnya tiba-tiba memucat ketika mendengar perkataan Arsen kali ini.Naima bukanlah kepala pelayan biasa tapi dia adalah orang kepercayaan dan kaki tangan Tuan Zu selama ini.Tuan Zu memang cukup dekat dengan sosok Naima yang ada di dalam kehidupannya saat ini. "Tidak, aku harus hati-hati melakukan rencanaku untuk Aneisha besok pagi, aku tak ingin Naima akan tau dengan rencana yang sudah aku buat saat ini," monolog Lilian dalam hati.Arsen lalu segera pergi meninggalkan Lilian yang kini mulai terpaku dalam pikirannya sendiri.Sementara itu, Naima kini mulai berjalan menuju ke arah sebuah taman yang ada di sisi samping kolam berenang.Ia lalu mengeluarkan benda pipihnya dan mulai menghubungi Tuan Zu lewat panggilan Video callnya.Lilian yang saat itu tak sengaja berjalan melewati taman itu, langsung bersembunyi di suatu tempat dan mulai memasang telinganya ketika Naima mulai menelpon Tuan Zu.KringKringKringNaima mulai menelpon dan tak lama kemudian Tuan Zu langsung mengang
Aneisha langsung berhenti, ketika melihat lorong itu cukup sepi untuk dilewati."Kenapa Nyonya Muda berhenti?" tanya Naima dengan menoleh ke arah Aneisha yang saat ini sudah mulai ketakutan."Bibi Na, aku takut dengan tempat ini, kau mau membawaku kemana?" tanya Aneisha dengan wajah terlihat ketakutan.Naima langsung tertegun dia mencoba untuk menenangkan Aneisha saat itu tapi Tuan Zu terus memaksa Naima untuk segera membawa Aneisha menuju ke arah ruangan pengasingan tersebut.Dalam sambungan teleponnya, Tuan Zu meminta Naima untuk meminta pengawalnya menyeret Aneisha menuju ruang pengasingan segera."Suruh pengawal itu untuk menyeretnya Ana ke ruang pengasingan," perintah Tuan Zu dengan penuh intimidasi."Tolong beri aku waktu untuk membujuk Nyonya Muda Tuan, jangan biarkan dia ketakutan dan trauma dengan hukuman yang kau berikan kepada dirinya Tuan, biarkan aku yang membujuk dirinya saat ini," tegur Naima dengan nada penuh kelembutan.Tuan Zu kemudian terdiam saat itu, dia mulai ber
Malam semakin larut suasana yang cukup sepi ditambah dengan suara lolongan serigala dari hutan yang tak jauh dari ruangan pengasingan itu, membuat Aneisha mulai ketakutan.Ia kembali berteriak memanggil Naima dan meminta dirinya untuk segera membukakan pitu pengasingan tersebut.Aneisha yang terlihat sudah mulai lelah dan juga matanya yang sudah sembab, membuat dirinya sudah tak mampu lagi untuk berteriak.Aneisha mulai pasrah dan terlihat tubuhnya kini mulai menggigil, ketika ruangan pengasingan yang saat itu banyak celah lubang udara itu membuat angin mulai masuk ke dalam dan angin itu mulai menerpa kulit Aneisha hingga masuk ke dalam pori-porinya.Aneisha kemudian membayangkan ketika dirinya berada di dalam rumahnya sendiri, bisa bercengkrama dengan seluruh keluarganya.Aneisha mulai menangis sendiri dan meringkuk di lantai dengan tubuh yang menggigil dan mulai ketakutan.Sementara itu, Arsen yang saat itu sudah tak melihat Cellyn berada di taman, segera dia menelpon Naima dan meng
Tuan Zu terkejut ketika Xavier tiba-tiba hadir di sana. Ia tak menyangka jika saat itu Xavier juga berada dalam pertemuan bisnis itu."Kalian saling mengenal?" tanya Tuan Lu tak percaya.Tuan Zu san Xavier lalu menoleh ke arah Tuan Lu. Xavier mengangguk dan tersenyum ke arahnya berbeda dengan Tuan Zu yang hanya memberikan respon wajah marahnya, atas jawabannya."Aku tidak hanya mengenalnya, tapi aku juga rekan bisnisnya dulu, bukan begitu Tuan Zu?" ucap Xavier dengan menatap penuh wajah Tuan Zuan."Oh jadi kalian juga rekan bisnis sebelumnya? Sungguh aku tidak menyangka akan mempertemukan kalian pada bisnis kerja sama kita lagi," sahut Tuan Lu dengan nada senang.Tuan Zu tampak terdiam dan hanya bisa memendam amarahnya saat ini."Zu, kenapa kau hanya diam saja? Apakah kau ada masalah?" tanya Tuan Lu dengan menatap heran wajah Tuan Zu."Tidak Tuan Lu, aku baik-baik saja, bisakah kau saat ini mempercepat pembahasan bisnis kita? Aku sudah tidak memiliki banyaj waktu di kota ini," jawabny
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk