Naima melakukan apa yang di perintahkan Tuan Zu kepadanya, ia segera mengetuk pintu kamar mandi Aneisha.TokTokTok"Nyonya Muda, tolong buka pintunya," ucap Naima dari luar pintu kamar mandinya."Ada apa?" tanya Aneisha dengan nada heran."Tuan Zuan ingin berbicara denganmu, Nyona Muda, tolong bukakan pintu kamar mandinya," jawab Naima kepada Aneisha.Aneisha yang berada di dalam kamar mandi, langsung mengerutkan dahinya, ia tak mau membukakan pintu kamar mandinya karena saat ini dia tak memakai apapun yang menutupi tubuhnya."Katakan kepadanya, aku mandi dulu, baru aku akan berbicara lewat sambungan selulernya," balas Aneisha dengan nada kesal.Naima yang menerima jawaban tersebut membuatnya cemas, ia kemudian menatap ke layar handphone tersebut."Ada apa? Di mana istriku?" tanya Tuan Zuan dengan menatap nyalang wajah Naima."Maaf Tuan, Nyonya Muda sepertinya sedang mandi, dia akan menjawab telepon darimu selesai ia mandi," jawabnya dengan wajah gugupnya."Kenapa kau tidak serahkan
Aneisha terkejut kembali, ketika Naimah masih merahasiakan apa yang di dengar dan dilihatnya saat itu."Apa kau belum memberitahukan kepada Tuan Zu?" tanya Aneisha dengan tatapan penuh menelisik."Dia akan mengurungu selama sebulan dalam ruangan pemgasingan Nyonya, jika Tuan Zu mendengar apa yang aku katakan kepadanya. Tian Zu tak akan pernah percaya kepada seseorang, kecuali dengan apa yang aku katakan. Apa yang aku katakan, selalu aku seertakan bukti-bukti yang akurat, seperti yang kau katakan waktu itu. Aku tidak hanya merekam kalian saja, aku juga merekam suara kalian juga," jelas Naima dengan wajah santainya."Apa? Kau merekam semua itu?" tanya Aneisha tak percaya."Alat semakin canggih Nyonya, ada satu alat yang biasa aku pakai untuk merekam orang dan merekam pembicaraan seseorang saat itu."Aneisha menutup mulutnya dengan kedua tanganya tak percaya."Apakah kau melakukan itu, karena Tuan Zu yang memintamu?" tanya Aneisha dengan menatap wajah Naima."Tidak, aku tidak melakukan i
Lilian wajahnya tiba-tiba memucat ketika mendengar perkataan Arsen kali ini.Naima bukanlah kepala pelayan biasa tapi dia adalah orang kepercayaan dan kaki tangan Tuan Zu selama ini.Tuan Zu memang cukup dekat dengan sosok Naima yang ada di dalam kehidupannya saat ini. "Tidak, aku harus hati-hati melakukan rencanaku untuk Aneisha besok pagi, aku tak ingin Naima akan tau dengan rencana yang sudah aku buat saat ini," monolog Lilian dalam hati.Arsen lalu segera pergi meninggalkan Lilian yang kini mulai terpaku dalam pikirannya sendiri.Sementara itu, Naima kini mulai berjalan menuju ke arah sebuah taman yang ada di sisi samping kolam berenang.Ia lalu mengeluarkan benda pipihnya dan mulai menghubungi Tuan Zu lewat panggilan Video callnya.Lilian yang saat itu tak sengaja berjalan melewati taman itu, langsung bersembunyi di suatu tempat dan mulai memasang telinganya ketika Naima mulai menelpon Tuan Zu.KringKringKringNaima mulai menelpon dan tak lama kemudian Tuan Zu langsung mengang
Aneisha langsung berhenti, ketika melihat lorong itu cukup sepi untuk dilewati."Kenapa Nyonya Muda berhenti?" tanya Naima dengan menoleh ke arah Aneisha yang saat ini sudah mulai ketakutan."Bibi Na, aku takut dengan tempat ini, kau mau membawaku kemana?" tanya Aneisha dengan wajah terlihat ketakutan.Naima langsung tertegun dia mencoba untuk menenangkan Aneisha saat itu tapi Tuan Zu terus memaksa Naima untuk segera membawa Aneisha menuju ke arah ruangan pengasingan tersebut.Dalam sambungan teleponnya, Tuan Zu meminta Naima untuk meminta pengawalnya menyeret Aneisha menuju ruang pengasingan segera."Suruh pengawal itu untuk menyeretnya Ana ke ruang pengasingan," perintah Tuan Zu dengan penuh intimidasi."Tolong beri aku waktu untuk membujuk Nyonya Muda Tuan, jangan biarkan dia ketakutan dan trauma dengan hukuman yang kau berikan kepada dirinya Tuan, biarkan aku yang membujuk dirinya saat ini," tegur Naima dengan nada penuh kelembutan.Tuan Zu kemudian terdiam saat itu, dia mulai ber
Malam semakin larut suasana yang cukup sepi ditambah dengan suara lolongan serigala dari hutan yang tak jauh dari ruangan pengasingan itu, membuat Aneisha mulai ketakutan.Ia kembali berteriak memanggil Naima dan meminta dirinya untuk segera membukakan pitu pengasingan tersebut.Aneisha yang terlihat sudah mulai lelah dan juga matanya yang sudah sembab, membuat dirinya sudah tak mampu lagi untuk berteriak.Aneisha mulai pasrah dan terlihat tubuhnya kini mulai menggigil, ketika ruangan pengasingan yang saat itu banyak celah lubang udara itu membuat angin mulai masuk ke dalam dan angin itu mulai menerpa kulit Aneisha hingga masuk ke dalam pori-porinya.Aneisha kemudian membayangkan ketika dirinya berada di dalam rumahnya sendiri, bisa bercengkrama dengan seluruh keluarganya.Aneisha mulai menangis sendiri dan meringkuk di lantai dengan tubuh yang menggigil dan mulai ketakutan.Sementara itu, Arsen yang saat itu sudah tak melihat Cellyn berada di taman, segera dia menelpon Naima dan meng
Tuan Zu terkejut ketika Xavier tiba-tiba hadir di sana. Ia tak menyangka jika saat itu Xavier juga berada dalam pertemuan bisnis itu."Kalian saling mengenal?" tanya Tuan Lu tak percaya.Tuan Zu san Xavier lalu menoleh ke arah Tuan Lu. Xavier mengangguk dan tersenyum ke arahnya berbeda dengan Tuan Zu yang hanya memberikan respon wajah marahnya, atas jawabannya."Aku tidak hanya mengenalnya, tapi aku juga rekan bisnisnya dulu, bukan begitu Tuan Zu?" ucap Xavier dengan menatap penuh wajah Tuan Zuan."Oh jadi kalian juga rekan bisnis sebelumnya? Sungguh aku tidak menyangka akan mempertemukan kalian pada bisnis kerja sama kita lagi," sahut Tuan Lu dengan nada senang.Tuan Zu tampak terdiam dan hanya bisa memendam amarahnya saat ini."Zu, kenapa kau hanya diam saja? Apakah kau ada masalah?" tanya Tuan Lu dengan menatap heran wajah Tuan Zu."Tidak Tuan Lu, aku baik-baik saja, bisakah kau saat ini mempercepat pembahasan bisnis kita? Aku sudah tidak memiliki banyaj waktu di kota ini," jawabny
Rasa cemas bergelayut dalam pikiran Tuan Zu saat ini saat Naima mengabarkan kondisi tentang Aneisha waktu itu."Saya baru akan memeriksanya Tuan Zu, harap bersabar terlebih dahulu," jawab Naima dengan wajah yang sudah mulai cemas."Cepat kau panggilkan dokter terbaik untuk memeriksa keadaannya, Naima," perintah Tuan Zu dengan nada mulai cemas."Baik Tuan, saya akan menelpon dokter Rafael sekarang juga," balas Naima."Tolong segera kabari aku setelah dokter Rafael memeriksa dirinya," tegas Tuan Zu kepada Naima."Baik Tuan, apa saya bisa memutuskan sambungan telepon Tuan Zu sekarang?" tanya Naima sebelum mematikan ponselnya."Baiklah, aku tutup teleponnya dan aku akan segera pulang ke rumah dengan naik pesawat. Tolong segera kamu perintahkan Lim dan Kim untuk membawa beberapa pemgawal lainnya menjemputku di bandara sekarang!" perintah Tuan Zuan kepada Naima."Baik Tuan, akan segera saya perintahkan mereka untuk menjemput Tuan di bandara sekarang juga," jawab Naima."Baiklah Naima aku tit
Dokter Rafael terlihat sangat geram ketika dirinya melihat luka Aneisha saat ia menyibakkan atasan Aneisha ke atas.Naima yang saat itu menutupi tubuh Aneisha dibagian depannya hanya bisa terdiam saja ketika dokter Rafael terus saja mengomeli Tuan Zu yang tak lain adalah sahabatnya itu.Dokter Rafael tampak telaten membersihkan luka Aneisha dan mengobati lukanya saat ini."Ihsss sakit sekali," desis Aneisha ketika ia merasakan lukanya sangat perih."Tahan Nyonya Muda Zu, aku akan mengobati lukamu biar tidak terinfeksi." Dokter Rafael berusaha menenangkan Aneisha sambil mengobati lukanya.Aneisha terus merancau sambil menahan sakitnya saat itu. Tak selang beberapa lama kemudian Dokter Rafael akhirnya selesai mengobati luka Aneisha saat itu."Sudah selesai, miringkan tubuhnya beberapa menit agar obatnya bisa merasuk dengan baik," tutur Dokter Rafael kepada Naima."Baik Dok," jawab Naima dengan memegangi tubuh Aneisha miring ke arah samping.Beberapa menit kemudian terlihat obat itu sudah