Merasa akan disudutkan oleh Tuan Zu, seketika Lilian mulai mengelak dengan apa yang dituduhkan Aneisha kepada dirinya dan kepada kedua istrinya."Tidak Tuan Zu, itu sama sekali tidaklah benar, bagaimana mungkin kami berani menyakiti adik ke empat? Benarkan adik kedua? Adik ke tiga?" tanya Lilian dengan menatap kedua madunya dengan tatapan nyalang."I-iya Tuan Zu, apa yang dikatakan oleh kakak pertama memang benar," sahut Cellyn dengan nada tergugup."Iya Tuan Zu, bagaimana kami memperlakukan adik ke empat dengan kejam, mungkin adik ke empat memang sedang mencari perhatian kepada Tuan Zu," Jenny menimpali.Tuan Zu langsung melirik ke arah mereka bertiga secara bergantian, ia menatap wajah ketiga istrinya satu persatu. Tuan Zu sedikit merasakan keanehan pada wajah ketiga istrinya, ketika ia menatap satu persatu wajah mereka. Ia yakin jika ketiga istrinya saat ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya."Benarkah apa yang kalian katakan saat ini? Jadi menurut kalian, Ana hanya berbohong
Betapa geramnya Tuan Zu, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Jenny, istri ke tiganya saat ini."Apa kau bilang? Lilian meminta kalian berdua untuk ikut dalam merencanakan semuanya ini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Hehehe.., iya Tuan Zu, kakak pertama memang sangat cemburu kepadamu, yang tidak adil dalam memberikan perhatianmu kepada dirinya, begitu juga dengan diriku dan juga kakak ke dua. Kami sangat iri dengan adik ke empat yang selalu menjadi pusat perhatianmu Tuan Zu," ucapnya dengan nada sedih Tuan Zu lalu menyugar rambutnya ke belakang. Ia benar-benar sangat kesal, ketika Tuan Zu mendengar apa yang dikatakan oleh Jenny saat ini.Mereka tidak mengerti, bahwa pernikahan yang mereka jalani saat ini, adalah karena Tuan Zu terpaksa menerima pernikahannya karena sesuatu hal yang terjadi diantara mereka waktu itu."Kau harus ingat Jenny, aku menikahimu, karena aku dipaksa oleh Ayahku saat itu. Aku tidak pernah mencintaimu sepenuh hatiku, kau dan yang lainnya ada
Debaran jantung Aneisha, kian terasa berdegub dengan kencangnya. Tuan Zu, bahkan tau deguban jantung Aneisha saat ini."Jantungmu terdengar berdegub dengan kencang Ana," ucap Tuan Zu dengan merasakan deguban jantungnya yang kian lama kian terdengar degubannya.Ana semakin gugup dan salah tingkah, ketija Tuan Zu semakin lama semakin menatap dirinya penuh menggoda.Aneisha lalu berusaha untuk melepaskan diri, dari pelukan Tuan Zu, yang semakin lama semakin mengeratkan pelukannya."Aku tidak bisa bernafas Tuan, tolong sedikit longgarkan pelukanmu," protes Aneisha dengan mendorong tubuh Tuan Zu ke belakang."Aku akan memberikanmu nafas buatan, jika kau tidak bisa bernafas nantinya," balas Tuan Zu dengan mengeratkan pelukannya.Nafas Aneisha mulai tersengal-sengal, hingga membuat Tuan Zu langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Aneisha. Tuan Zu, memberikan nafas buatannya sebentar, setelah itu dia lepaskan bibirnya dari bibir ranum milik Aneisha.Tuan Zu, menyapu bibir Aneisha yang basah
Tuan Zu mulai mengedaratkan kedua rahangnya dan kini menatap nyalang ke arah Aneisha.Tuan Zu dengan kasarnya mencengkram lengan Aneisha dengan keras. Aneisha terlihat mulai mendesis, ketika cengkraman tangan Tuan Zu ia rasakan semakin lama, semakin keras."Ssssshhh, Sakit Tuan Zu," desis Aneisha dengan berusaha melepaskan cengkraman dari tangan Tuan Zu."Kau mau lebih sakit Ana?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha dengan tatapan nyalang.Aneisha menggelengkan kepalanya, ia terlihat menangis, ketika Tuan Zu, Kini mencengkram punggungnya yang saat itu masih membekas luka cambukan di sana."M-maafkan aku Tuan Zu, tolong jangan siksa aku lagi, hiks," mohon Aneisha dengan menangis.Aneisha terlihat mulai lemas, ketika Tuan Zu makin menekan tangannya pada punggung Aneisha yang masih terluka parah.Beberapa detik kemudian, Tuan Zu merasakan suatu cairan yang saat itu mulai merembes pada dress yang dikenakan oleh Aneisha.Tuan Zu lalu melepaskan tangannya, saat itulah Aneisha mulai k
Arsen menatap marah ke arah wajah Tuan Zu, karena dia tau saat ini Tuan Zu berusaha untuk memanas-manasinya saat ini.Tuan Zu menatap Aneisha yang saat itu terlihat sangat malu, ketika Tuan Zu, memangku tubuhnya di atas pangkuannya."Kenapa kau hanya terdiam saja, Ana? Cepat kau suapkan makakan itu ke dalam mulutku," perintah Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Aneisha lalu mengambil sepotong daging, lalu perlahan dia masukkan potongan daging tersebut ke dalam mulutnya.Tuan Zuan tersenyum, lalu dia bergantian menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Aneisha."Bagaimana rasanya Ana? Apakah makanan ini enak?" tanya Tuan Zu menatap wajah Aneisha.Aneisha menatap wajah Tuan Zuan sekilas, lalu diapun menganggukkan kepalanya.Tuan Zu terlihat menatap senang, ia kemudian melihat ke arah sudut bibir Aneisha, yang saat itu terlihat ada bekas sisa makanan dari mulutnya. Tuan Zu lalu mengambil sebuah tisu, lalu mengusapkannya tisu itu ke arah mulutnya dan membersihkan sisa makanan tersebut.
Tuan Zu mengarahkan pandangannya ke arah Lilian. Sedikit ragu untuk mempercayakan Aneisha kepada istri pertamanya saat ini. Tapi dia tidak memiliki cara lain, kecuali mengiyakan apa yang dikatakan olehnya saat ini."Apa kau bisa dipercaya, untuk menjaga Aneisha?" tanya Tuan Zu menyorot pandangan netranya yang tajam, ke arah Lilian."Kau tidak percaya denganku? Tentu saja aku bisa dipercaya Tuan Zu," jawabnya dengan nada meyakinkan."Aku memang tidak percaya dengan ucapanmu Lilian, selama ini kau adalah ratu drama," cibir Tuan Zu dengan menatap wajah Lilian yang berubah menjadi kesal.Aneisha yang saat itu tengah mendengar pembicaraan mereka, kini iapun memberanikan diri untuk menyahuti ucapan mereka."Kalian tidak perlu repot-repot untuk melakukan itu, Tuan Zu bisa mengunci diriku di dalam kamar saat kau pergi. Kau bisa meminta pelayan untuk datang melayaniku, ketika aku membutuhkan. Dengan begitu, aku akan aman dari gangguan Arsen," sahut Aneisha dengan nada dan wajah mulai kesal."
Arsen terkejut, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu.Ia kemudian menatap tajam ke arah wanita tersebut."Apa maksud ucapanmu?" tanya Arsen dengan sorot matanya yang tajam ke arah wajah wajah wanita tersebut."Kau tidak usah munafik Arsen, aku tau jika kamu masih sangat berharap kepada wanita itu. Kita bisa lakukan kerjasama untuk menjauhkan Tuan Zu dari wanita itu, bagaimana?" Arsen masih berpikir panjang dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu kepadanya. Tentu dia tidak mau mengambil resiko yang lebih besar, jika tiba-tiba dia menerima tawaran lelaki tersebut."Aku ingin tau apa yang kau rencanakan, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk lanjut atau tidak," jawabnya dengan menatap penuh selidik."Cukup mudah, kau hanya perlu masuk kembali dalam lingkup hati Aneisha, buat diriny benar-benar bertekuk lutut kepadamu. Atau yang paling ekstrime kamu buat dia hamil anakmu," ucapnya dengan tersenyum miring ke arah Arsen.Arsen terkejut, ketika mendengar apa yang dikatakan
Arsen mengeratkan rahangnya dengan keras, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pengawal Tuan Zu saat itu."Kau bilang siapa?" tanya Arsen dengan menyorot tajam wajah pengawal tersebut."Tuan Zuan dengan Nyonya muda Aneisha," jawab pengawal itu lagi.Seketika Arsen merasakan kakinya seperti sudah tak bisa menopang tubuhnya lagi.Arsen menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia kemudian membalikkan tubuhnya dan langsung pergi meninggalkan halaman rumahnya dengan perasaan marah."Tidak mungkin Aneisha melakukan ini dengan Kakak Zu, dia adalah wanita yang tak mudah di sentuh oleh lelaki, kenapa dia mau disentuh oleh Kakak Zu? Sedangkan dia tidak pernah mencintai dirinya, aaaaaaaagh ..., sialan kau Zuan, kau sudah merampas Aneisha dari tanganku," monolog Arsen dalam hati.Tak selang beberapa menit kemudian, dua insan yang sudah berbagi peluh tersebut, akhirnya menuntaskan hasrat mereka masing-masing dalam kenikmatan, yang baru pertama kali mereka rasakan begitu berbeda dari sebelumnya."