Arsen menatap marah ke arah wajah Tuan Zu, karena dia tau saat ini Tuan Zu berusaha untuk memanas-manasinya saat ini.Tuan Zu menatap Aneisha yang saat itu terlihat sangat malu, ketika Tuan Zu, memangku tubuhnya di atas pangkuannya."Kenapa kau hanya terdiam saja, Ana? Cepat kau suapkan makakan itu ke dalam mulutku," perintah Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Aneisha lalu mengambil sepotong daging, lalu perlahan dia masukkan potongan daging tersebut ke dalam mulutnya.Tuan Zuan tersenyum, lalu dia bergantian menyuapkan makanan itu ke dalam mulut Aneisha."Bagaimana rasanya Ana? Apakah makanan ini enak?" tanya Tuan Zu menatap wajah Aneisha.Aneisha menatap wajah Tuan Zuan sekilas, lalu diapun menganggukkan kepalanya.Tuan Zu terlihat menatap senang, ia kemudian melihat ke arah sudut bibir Aneisha, yang saat itu terlihat ada bekas sisa makanan dari mulutnya. Tuan Zu lalu mengambil sebuah tisu, lalu mengusapkannya tisu itu ke arah mulutnya dan membersihkan sisa makanan tersebut.
Tuan Zu mengarahkan pandangannya ke arah Lilian. Sedikit ragu untuk mempercayakan Aneisha kepada istri pertamanya saat ini. Tapi dia tidak memiliki cara lain, kecuali mengiyakan apa yang dikatakan olehnya saat ini."Apa kau bisa dipercaya, untuk menjaga Aneisha?" tanya Tuan Zu menyorot pandangan netranya yang tajam, ke arah Lilian."Kau tidak percaya denganku? Tentu saja aku bisa dipercaya Tuan Zu," jawabnya dengan nada meyakinkan."Aku memang tidak percaya dengan ucapanmu Lilian, selama ini kau adalah ratu drama," cibir Tuan Zu dengan menatap wajah Lilian yang berubah menjadi kesal.Aneisha yang saat itu tengah mendengar pembicaraan mereka, kini iapun memberanikan diri untuk menyahuti ucapan mereka."Kalian tidak perlu repot-repot untuk melakukan itu, Tuan Zu bisa mengunci diriku di dalam kamar saat kau pergi. Kau bisa meminta pelayan untuk datang melayaniku, ketika aku membutuhkan. Dengan begitu, aku akan aman dari gangguan Arsen," sahut Aneisha dengan nada dan wajah mulai kesal."
Arsen terkejut, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu.Ia kemudian menatap tajam ke arah wanita tersebut."Apa maksud ucapanmu?" tanya Arsen dengan sorot matanya yang tajam ke arah wajah wajah wanita tersebut."Kau tidak usah munafik Arsen, aku tau jika kamu masih sangat berharap kepada wanita itu. Kita bisa lakukan kerjasama untuk menjauhkan Tuan Zu dari wanita itu, bagaimana?" Arsen masih berpikir panjang dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu kepadanya. Tentu dia tidak mau mengambil resiko yang lebih besar, jika tiba-tiba dia menerima tawaran lelaki tersebut."Aku ingin tau apa yang kau rencanakan, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk lanjut atau tidak," jawabnya dengan menatap penuh selidik."Cukup mudah, kau hanya perlu masuk kembali dalam lingkup hati Aneisha, buat diriny benar-benar bertekuk lutut kepadamu. Atau yang paling ekstrime kamu buat dia hamil anakmu," ucapnya dengan tersenyum miring ke arah Arsen.Arsen terkejut, ketika mendengar apa yang dikatakan
Arsen mengeratkan rahangnya dengan keras, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pengawal Tuan Zu saat itu."Kau bilang siapa?" tanya Arsen dengan menyorot tajam wajah pengawal tersebut."Tuan Zuan dengan Nyonya muda Aneisha," jawab pengawal itu lagi.Seketika Arsen merasakan kakinya seperti sudah tak bisa menopang tubuhnya lagi.Arsen menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia kemudian membalikkan tubuhnya dan langsung pergi meninggalkan halaman rumahnya dengan perasaan marah."Tidak mungkin Aneisha melakukan ini dengan Kakak Zu, dia adalah wanita yang tak mudah di sentuh oleh lelaki, kenapa dia mau disentuh oleh Kakak Zu? Sedangkan dia tidak pernah mencintai dirinya, aaaaaaaagh ..., sialan kau Zuan, kau sudah merampas Aneisha dari tanganku," monolog Arsen dalam hati.Tak selang beberapa menit kemudian, dua insan yang sudah berbagi peluh tersebut, akhirnya menuntaskan hasrat mereka masing-masing dalam kenikmatan, yang baru pertama kali mereka rasakan begitu berbeda dari sebelumnya."
Jenny langsung terkejut, ketika mendengar suara orang yang menyahuti dirinya dari belakang.Jenny langsung tergugup, ketika mendengar suara seseorang dari arah belakang."Ah Kak Lilian?" ucap Jenny dengan wajah tergugupnya.Lilian menatap wajah Jenny dengan tatapan penuh curiga."Kenapa kau mulai gugup?" tanya Lilian dengan menatap jenny penuh curiga.Jenny langsung menyembunyikan kegugupannya, ia kemudian tersenyum dan bersikap seperti biasanya."Tidak ada Kakak pertama, tadi aku terkejut saja, ketika mendengar Arsen bercerita tentang adik ke empat," jawabnya dengan berbohong.Lilian lalu mengarahkan attensinya ke arah Arsen yang saat itu terlihat masih marah."Memangnya apa yang dia ceritakan tentang adik ke empat?" tanya Lilian kini mengarahkan attensinya ke arah wajah Jenny."Dia bercinta di dalam mobil dengan Kakak Zu," sahut Arsen dengan menggenggam tangannya dengan erat.Mendengar apa yang dikatakan oleh Arsen saat ini, membuat Jenny, Lilian dan Cellyn langsung terkejut dan men
KringKringKringSang kepala pelayan langsung mengangkat teleponnya, ketika mendengar benda pipihnya mulai berbunyi."Hallo, Tuan Zu," jawab pelayan tersebut dengan nada lembut."Hallo Saima, aku ingin kau memberikan hukuman kepada istriku, Aneisha.""Maksud Tuan?" tanya Saima dengan melirik ke arah Aneisha yang saat ini memandangi dirinya."Aku ingin kau memberikan hukuman kepadanya esok hari, suruh dia membersihkan gudang belakang sendirian, dan jangan kau berikan dia makan jika dia belum selesai mengerjakan apa yang sudah aku perintahkan," kata Tuan Zu dengan wajah mulai marah."Kenapa Tuan? Kesalahan apa yang membuat dirinya saat ini harus mendapatkan hukuman darimu?" tanya Naima dengan sedikit menjauh dari Aneisha."Dia tadi ingin melarikan diri dari rumah ini. Buat dirinya menyesali semua yang dia lakukan saat ini. Dengan menjalani hukuman itu, aku harap dia bisa berpikir seribu kali untuk tidak melakukan hal bodoh itu lagi," ucap Tuan Zuan dengan nada mulai murka."Apa Tuan ti
Naima melakukan apa yang di perintahkan Tuan Zu kepadanya, ia segera mengetuk pintu kamar mandi Aneisha.TokTokTok"Nyonya Muda, tolong buka pintunya," ucap Naima dari luar pintu kamar mandinya."Ada apa?" tanya Aneisha dengan nada heran."Tuan Zuan ingin berbicara denganmu, Nyona Muda, tolong bukakan pintu kamar mandinya," jawab Naima kepada Aneisha.Aneisha yang berada di dalam kamar mandi, langsung mengerutkan dahinya, ia tak mau membukakan pintu kamar mandinya karena saat ini dia tak memakai apapun yang menutupi tubuhnya."Katakan kepadanya, aku mandi dulu, baru aku akan berbicara lewat sambungan selulernya," balas Aneisha dengan nada kesal.Naima yang menerima jawaban tersebut membuatnya cemas, ia kemudian menatap ke layar handphone tersebut."Ada apa? Di mana istriku?" tanya Tuan Zuan dengan menatap nyalang wajah Naima."Maaf Tuan, Nyonya Muda sepertinya sedang mandi, dia akan menjawab telepon darimu selesai ia mandi," jawabnya dengan wajah gugupnya."Kenapa kau tidak serahkan
Aneisha terkejut kembali, ketika Naimah masih merahasiakan apa yang di dengar dan dilihatnya saat itu."Apa kau belum memberitahukan kepada Tuan Zu?" tanya Aneisha dengan tatapan penuh menelisik."Dia akan mengurungu selama sebulan dalam ruangan pemgasingan Nyonya, jika Tuan Zu mendengar apa yang aku katakan kepadanya. Tian Zu tak akan pernah percaya kepada seseorang, kecuali dengan apa yang aku katakan. Apa yang aku katakan, selalu aku seertakan bukti-bukti yang akurat, seperti yang kau katakan waktu itu. Aku tidak hanya merekam kalian saja, aku juga merekam suara kalian juga," jelas Naima dengan wajah santainya."Apa? Kau merekam semua itu?" tanya Aneisha tak percaya."Alat semakin canggih Nyonya, ada satu alat yang biasa aku pakai untuk merekam orang dan merekam pembicaraan seseorang saat itu."Aneisha menutup mulutnya dengan kedua tanganya tak percaya."Apakah kau melakukan itu, karena Tuan Zu yang memintamu?" tanya Aneisha dengan menatap wajah Naima."Tidak, aku tidak melakukan i