Share

Masa lalu

Air mata yang berusaha dia tahan kembali lagi menganak sungai, Gendis mengepalkan tangan memukul-mukul stir mobil. Dia berusaha meredam gejolak di dalam dada. 

Teman yang selama ini dia banggakan ternyata masa lalu suaminya, dan ternyata sampai kini mereka masih berhubungan bahkan mereka merencanakan untuk merebut kekayaan dirinya. 

Ternyata waktu empat tahun itu tidak mampu membuat Hanan mencintainya, pengorbanan serta perjuangan Gendis memikat hati Hanan tidak berarti apa-apa. 

Gendis tidak mengira jika selama ini dia hanya di manfaatkan oleh suaminya agar bisa kembali ke masa lalunya. 

"Ternyata aku salah menilaimu, Bang. Cinta yang kau ucapkan tak ubahnya racun yang kau semaikan! Aku berjanji akan mengembalikan kamu ketempat semula!" teriaknya histeris. 

Tidak akan ada orang yang mendengar suaranya, kini dia hanya mampu menyesali sikapnya yang terburu-buru menerima cinta Hanan yang ternyata hanya sesaat. 

Puas mengeluarkan isi hati dan mulai tenang, dia turun dari mobilnya menuju toilet. Tidak ingin jika sampai orang lain yang mengenal dirinya, mendapatinya dalam keadaan tidak karuan. 

Wanita dengan berat badan lebih itu menatap cermin, dia mengamati dengan sesama wajah dan juga tubuhnya. Pantas saja suaminya memilih kembali pada masa lalu, sebab lemak itu benar-benar merubah segalannya. 

Badan yang dulu ideal dan rambut yang terurus membuatnya terlihat cantik, tetapi itu dulu. Kini, setelah dia merelakan tubuhnya berubah dan lemak dimana-mana demi memberi gelar suaminya sebagai seorang ayah. Dia tersisih karena lebih memilih menjaga sang anak dari pada badannya. 

Tekat itu kembali bulat, dia ingin segera mendapatkan kembali apa yang memang menjadi haknya. 

Dengan langkah gontai dia berjalan menuju parkiran. Tujuannya kini hanya pulang dan bertemu sang buah hati sebagai obat penenang. 

Pelan dan pasti dia melajukan kendaraan roda empatnya. Tidak ingin kalau sampai orang lain tahu dengan masalahnya, kembali pulang adalah pilihan yang tepat. 

Sejak semalam Gendis sengaja mematikan ponsel, kecewa berat dan tentunya lelah membuatnya tertidur setelah membersihkan diri dan bertemu dengan sang buah hati. 

Pagi ini dia bangun lebih awal, Dokter menyarankan agar ia banyak berolahraga. Lari pagi menjadi pilihannya. 

Bakda subuh dia keluar menuju lapangan perumahan yang dekat untuk membakar lemak. Lari-lari kecil mengelilingi lapangan untuk waktu sepagi ini tidak akan kedapatan orang lain. 

Keringat telah membasahi wajah dan juga sebagian bajunya setelah beberapa kali putaran. Karena hari sudah semakin terang dan mentari akan segera keluar dari pertapaanya, Gendis kembali ke rumah dengan sedikit berlari-lari kecil. 

"Mbak, Putra sudah bangun?" tanyanya kepada wanita muda yang sedang menyapu halaman. Sebenarnya, itu bukan tugasnya, mungkin dia hanya mencari kesibukan sebelum anak majikannya terbangun. 

"Belum, Bu. Masih tidur nyenyak. Maaf saya bantuin Embak bersih-bersih," ucapnya sungkan.

Gendis yang sedang melepas tali sepatu, menoleh kearah wanita itu lalu berkata "nggak apa-apa yang penting kamu nyaman aja. Tapi kalau sampai anakku tidak terurus ada konsekuensinya." 

"Iya, Bu." 

Wanita itu kembali dengan rutinitas semula menyapu halaman. Tidak terlalu kotor sebenarnya, tetapi memang wajib pagi harus membersihkan halaman. 

Sementara Gendis membersihkan diri dan bersiap ke kantor, dia tidak ingin berlarut memikirkan kelakuan suami benalunya.

Usai bersiap, Gendis menyempatkan untuk sarapan. Kata Dokternya sarapan itu penting untuk program dietnya, meski yang Gendis makan bukan seperti biasanya. Hanya sehelai roti yang di atasnya terletak dua buah telur mata sapi, juga segelas susu yang di rekomendasikan oleh sang ahli. 

Suapan terakhir belum juga masuk ke dalam mulutnya, suara ponsel yang nyaring membuatnya seketika menghentikan aktifitas sarapannya. 

Lita. 

Nama yang terpampang jelas di layar ponsel miliknya. 

"Kenapa sepagi ini dia menghubungiku?" gumam Gendis keheranan. 

"Assalamualaikum, Dis. Apa kabar?" tanya Lita di seberang. 

"Baik. Ada apa pagi-pagi menghubungiku?" 

Ada amarah yang sengaja dia redam. Dia pura-pura tidak mengetahui kelakuan buruk teman yang ternyata mantan pacar suaminya yang kini pun menjadi penyebab suami Gendis rela melakukan hal gi la demi menguasai hartanya. 

"Maaf, Dis. aku mau pinjam uang kamu dulu buat bayar service mobil. Mobil aku mogok," jelasnya. 

"Nggak salah kamu minta aku? Aku cuma ibu rumah tangga, 'kan? Lagian aku nggak pegang uang. Kenapa kamu nggak pinjam calon suami kamu itu," tanya Gendis. 

Lita pernah bercerita jika dia sudah mempunyai calon suami, tetapi masih di luar negeri. Namun, ternyata calon suaminya adalah Hanan suami Gendis. Gendis tahu jika Lita tidak punya uang. Sebab, Hanan tidak bisa mengirim uang kepadanya. 

Semua Atm, kartu kredit milik Hanan sudah Gendis bekukan. Jadi gundiknya ini pasti kebingungan mencari sumber dana. 

"Kamu kan punya kantor, Dis. Lagian cuma buat bayar service mobil doang, kok. Nggak seberapa buat kamu," imbuhnya memelas. 

"Maaf, Ta. Meski hanya untuk bayar service mobil aku nggak punya, maaf aku harus pergi!" 

Tanpa salam Gendis menutup sambungan telepon sepihak, amarahnya sudah tidak mampu dia tahan. Kini, dia akan lebih hati-hati kepada siapa pun. 

Belum juga dia meletakan ponselnya, notifikasi pesan baru sudah muncul. 

["Kirim uang buat belanja bulanan, mama sudah nggak punya uang,"]

Gendis tidak langsung membuka pesan tersebut, dia memilih membuka akun kloningan milik suaminya. 

[Sayang bagaimana ini, aku nggak bisa ngirim uang?]

[Lalu bagaimana belanjaku ini? Aku sudah pesen banyak, lo,"] 

[Seperti biasa coba kamu minta si buntal lagi] 

Gendis mengerutkan dahi, jadi pesan Lita tadi hanya tipuan semata. Selama ini Gendis tidak pernah perhitungan dengan Lita, tetapi ternyata selama ini dia telah di bodohi oleh mereka. 

Gendis membaca dengan seksama pesan-pesan tersebut, bahkan Hanan meminta orang tuanya untuk meminta langsung kepadanya agar sang gundik dapat berbelanja dengan puas. 

"Jadi mama tahu kalau Bang Hanan ada hubungan dengan Lita?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status