Share

DIA MELECEHKANKU

Penulis: Ova Bakri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-21 23:33:28

"Apa kamu siap mencintai bajingan seperti Abang?" Bang Habib bertanya dengan suara berat dan serak.

Aku tidak sempat menghindar saat bibir penuh Bang Habib menempel di atas bibirku yang belum pernah terjamah. Awalnya hanya menempel, lalu dia mulai melumat kasar hingga aku sulit bernapas.

Bukan. Bukan ini yang aku mau. Aku ingin kamu saling menerima tanpa ada paksaan. Namun, kenapa dia jadi seperti ini? Aku tidak mengenal sosok laki-laki yang tengah menggigit bibir ini dengan kasar tanpa perasaan.

Aku memberontak saat Bang Habib menindih tubuhku. Ingin sekali mendorong tubuhnya agar menjauh, tapi sekali lagi tenagaku terkuras karena air mata yang merebak deras.

Napasku terengah-engah saat bibirnya berpindah ke batang leherku dan menghisapnya dengan kuat. Aku merutuki diri karena mendesah di sela isak tangis. Pasti nanti leherku akan dipenuhi bercak merah yang memalukan.

"Kamu menikmati, Ra. Munafik!" Bang Habib kembali merendahkanku, tapi tangannya menyelinap masuk ke dalam baju kaos yang aku kenakan. Menyentuh bagian sensitif tubuhku.

"Tolong jangan perlakukan Ra seperti ini, Bang." Aku terus memohon. Namun, Bang Habib tidak peduli sedikitpun.

Aku terisak-isak. Untuk bernapas pun terasa sulit karena dia kembali membungkam bibirku dengan ciuman kasar. Dia memperlakukanku layaknya jalang di luar sana.

Bang Habib mengehnrikan kegiatannya. Pandangan mata kami bersirobok, walaupun pandangku saat ini buram karena air mata, aku tahu sorot mata itu terpancar penyesalan.

Tangannya terulur hendak menghapus air mataku. Tetapi, aku membuang wajah ke samping. Enggan menatap laki-laki bergelar suami itu. Rasa kecewa saat ini lebih mendominasi. Ya, dia telah menabur luka di malam pertama kami.

"Ini balasan karena kamu berani menaruh rasa padaku," sengit Bang Habib sebelum bangkit dari atas tubuhku.

Dia menggerutu sambil mengusap wajah kasar. Aku segera membalikkan badan dan meringkuk meratapi nasib. Bantingan pintu kamar mandi membuat aku terlonjak kaget, lalu setelah itu gemercik air terdengar samar. Mungkin dia tengah mendingankan kepalanya yang terbakar birahi.

Setengah jam kemudian, dia keluar dari kamar mandi dan menuju walk in closet. Aku tidak melihat, tapi aku dapat mendengar setiap pergerakannya dari bunyi yang dihasilkan.

Aku tidak dapat memejamkan mata hingga adzan Subuh berkumandang dari masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Bang Habib duduk di depan jendela yang terbuka. Asap rokok memenuhi kamar ini, tapi dia tidak peduli, meskipun aku terbatuk-batuk.

Aku beringsut dan turun dari ranjang menuju kamar mandi. Lebih baik salat dan mengadu pada pemilik kehidupan. Aku tahu bahwa Bang Habib sengaja melecehkan agar aku menyerah dan memilih pergi.

Akan tetapi, apakah aku salah jika tetap bertahan. Bukan hanya karena rasa cinta yang sepihak, tapi pantang bagiku menyerah tanpa harus berjuang terlebih dahulu. Entah seperti apa nantinya dan harus berapa banyak lagi luka yang dia berikan.

Lewat pantulan cermin di atas wastafel. Aku dapat melihat bercak merah memenuhi leher hingga di atas dada. Bibirku bengkak seperti disengat lebah pada puncaknya. Merah dan mengkilat. Menandakan bahwa dia begitu bernafsu pada bibir ini.

Ironi memang. Dia suami, tapi berprilaku seperti pencuri. Jika dia meminta hak secara baik-baik, pasti aku akan memberi dengan suka rela. Namun, untuk menyesal pun rasanya percuma. Aku telah jauh berjalan seperti ini.

"Mbak Naya ...! Apa yang harus aku lakukan pada suami kita? Dia tidak memandangku sedikit pun. Di matanya cuma ada Mbak, begitu juga di hatinya. Tidak ada tempat untukku, walau hanya sedikit." Aku bergumam pada diri sendiri. Berharap angin akan mengantar suaraku pada perempuan bermata bulat itu.

Semua memang salahku. Andai waktu itu aku tidak ceroboh dan meninggalkan buku diary di atas ranjang. Mungkin sampai saat ini aku menyimpan rasa cinta ini hanya untukku sendiri. Melihatnya dari kejauhan saja sudah membuatku bahagia.

Tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menjadi istri Bang Habib, walau rasa cinta sudah tertanam dan tumbuh subur sejak aku remaja. Namun, siapa yang menyangka? Diary yang tertoreh semua rasa, akhrinya diketahui oleh Mbak Naya.

Sejak saat itu, Mbak Naya selalu mendorongku agar mendekati suaminya. Aku kesal, aku marah tanpa tahu alasan Mbak Naya kala itu. Semua terkuak saat dia tidak lagi kuat menahan sakit karena penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya.

Aku mengeglengkan kepala. Kemudian membersihkan tubuh dengan cepat. Waktu subuh tidak terlalu lama dan aku tidak mau menjadi orang yang merugi karena sengaja melalaikan kewajiban. Biarlah urusan hati aku serahkan pada Sang Maha Pengasih. Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk kami.

"Abang nggak salat? Sebentar lagi matahari akan terbit. Salatlah, Bang! Mbak Naya pasti sedih jika Abang terus-terusan seperti ini." Aku berusaha membujuk Bang Habib yang masih terpekur di ambang jendela. Sejak kejadian tadi, tidak sedikit pun dia bersuara.

Bang Habib telah banyak berubah sejak kepergian Mbak Naya. Tiada lagi pernah terdengar suara merdu dari bibir penuh itu kala melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Pun dengan salat yang sering bolong-bolong. Kata Mama Hani, dia akan marah jika diingatkan.

Aku menarik napas panjang karena Bang Habib tidak merespon. Lebih baik aku salat sendiri tanpa berharap dia mau menjadi imam. Namun, gerakanku terhenti saat pemilik suara bariton itu menyapa indra pendengaran.

"Abang ambil wudhu dulu."

Aku tersenyum menanggapi. Semoga ini menjadi langkah baik untuk hubungan kami. Dia kembali dari kamar mandi dengan wajah lembab karena air wudhu. Di mataku dia makin tampan dan memiliki sejuta pesona.

Aku menikmati setiap gerakan salat yang diimami Bang Habib hingga akhir salam. Jika dikurung seperti ini membuat dia lebih baik, maka aku lebih memilih terus dikurung.

Dengan ragu aku mengulurkan tangan. Bang Habib menatap tanganku lamat-lamat sebelum meraihnya dengan lembut. Untuk yang kedua kalinya, aku mencium punggung tangan dia. Walaupun tanpa kecupan di dahi, sudah membuat diri ini senang.

"Ra ...!" Aku mendongak dan menatap matanya. Bang Habib tampak ragu meneruskan perkataan.

"Dalam waktu dekat, Abang mau mengajak kamu pindah dari rumah ini." Akhrinya Bang Habib kembali melanjutkan ucapannya setelah terdiam beberapa jenak.

Aku mengernyitkan dahi. Merasa bingung dengan alasan mengajakku pindah dari rumah Mama Hani.

"Kita butuh tempat yang tidak menyatu dari keluarga dan Abang nggak mau kalau mereka terlalu ikut campur dengan urusan kita."

"Tapi kenapa waktu Mbak Naya masih hidup, Abang nggak tinggal terpisah dari Mama?" sanggahku keberatan. Mama Hani tinggal sendiri di rumah sebesar ini. Sesekali, Mbak Vio atau Bang Ridwan akan menemani. Aku tidak mungkin tega meningkatkan Mama Hani.

Rahang Bang Habib mengatup keras dan kedua tangannya mengepal dengar erat hingga buku-buku jarinya memutih. Apakah dia marah karena aku membandingkan saat Mbak Naya masih hidup?

"Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Naya, Ra. Harusnya kamu ingat siapa kamu untukku." Ucapan Bang Habib terdengar tajam. Belum lagi, dia menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

Ya, Tuhan .... Mengapa rasanya sangat sakit? Padahal aku tahu semua yang dia katakan benar adanya. Sampai kapan dia menganggapku sebagai istri bayangan?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ova Bakri
sosor terus sampai bengek ......
goodnovel comment avatar
Fithriah Arrahman
Bang Habib katanya terpaksa, tapi main sosor aja, wkwk.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   BUKAN PERNIKAHAN BIASA

    Waktu berganti begitu cepat, seiring musim kemarau yang akhirnya menyelimuti Kota Surabaya. Sembilan bulan lamanya usia pernikahanku dan Bang Habib. Namun, hingga kini kami tidak seperti pasangan pada umumnya. Tidur di ranjang berbeda dan tentunya di kamar terpisah.Seperti perkataan Bang Habib di malam pertama pernikahan kami kala itu. Kami akhirnya pindah di bulan kelima. Itu pun setelah melewati perdebatan panjang dengan Mama Hani. "Rumah ini terlalu besar untuk Mama tempati sendiri, Le. Senadainya kalian ingin kembali, pintu rumah ini selalu terbuka untuk kalian." Ucapan Mama Hani kembali terngiang saat kami mengemas barang.Rumah mewah dua lantai yang terletak di Jalan Citra Land menjadi pilihan Bang Habib. Sebagai seorang istri, aku hanya bisa mengikuti apa kata suami. Bukankah surga seorang istri ada pada suaminya? Walaupun sampai saat ini aku tidak tahu apa itu surga dalam pernikahan.Mungkin, aku satu-satunya istri yang masih perawan. Jangankan menjalankan ibadah suami istri

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SEBUAH KESEPAKATAN

    Kau menjeratku dengan cintaKau pun membasuh ragaku dengan lukaJika hadirku tiada nyataMengapa kau hujani aku dengan nestapa?***Aku melepaskan pelukan Bang Habib yang melingkar di atas perut, lalu keluar dari ruangan ini menuju kamarku tanpa menghiraukan panggilannya. Aku membanting pintu kamar yang terletak di hadapan kamar Bang Habib, persis di samping kamar anak-anak. Di dalam kamar ini, aku tidak menyimpan banyak barang. Berjaga-jaga jika keluarga datang dan menginap. Kesepakatan aneh antara aku dan Bang Habib. Lebih tepatnya, keputusan sepihak laki-laki bermata elang itu.Aku mengganti pakaian dengan cepat. Dress yang aku kenakan tadi, telah kusut karena ulah Bang Habib. Keheningan tercipta di ruang makan yang didominasi warna gading. Sejak sepuluh menit lalu, Bang Habib keluar dari kamarnya dalam kondisi jauh lebih segar. Rambut basah dan aroma maskulin menguar di penjuru ruang. Aku hanya dapat melirik lewat ekor mata. Tidak berani melihat langsung karena malu masih mende

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SIAPA PEREMPUAN ITU?

    Terpaut pada satu hatiTerbelenggu dalam dilema panjangMembeku langkahku tuk gapai hangat sebuah asa Hiduplah lilin putihku Kan kutampung lelehan panas cintamuAdakah untukku? ***"Sepanjang hari aku lewati dengan hati nan membuncah bahagia. Setelah sarapan pagi yang kesiangan tadi, Bang Habib menepati janji dengan mengantarku ke Rumah Sakit Jiwa Menur. Siang ini, aku dan Profesor Lauren memilliki janji temu dengan klien untuk melakukan hipnoterapi.Dalam perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar satu jam, kami hanya berbincang ringan sesekali. Lebih tepatnya aku mencoba mencairkan suasana. Sementara itu, Bang Habib akan menimpali dengan kata singkat, padat dan jelas. Namun, sudah cukup untuk langkah awal hubungan kami yang kaku."Jangan lupa nanti malam dan tolong jangan kecewakan Ra untuk kali ini." Aku kembali mengingatkan saat tiba di pelataran rumah sakit. Bang Habib mengiyakan sebelum akhirnya pergi.Aldy, rekan sesama psikolog memandangku dengan tatapan heran. Laki-laki j

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MALAM TRAGEDI

    Aku lupa ....Aku mulai terlena dalam cerita yang aku ukir menjadi asa.Aku luka ....Lukaku mulai menganga dan tercabik-cabik. Mengeluarkan nanah, menghunus kristal hatiku.***Sepanjang acara pikiranku terpecah. Tidak bisa aku nikmati makanan yang terasa tersangkut di tenggorokan atau saat Aldy mengajak bercanda seperti biasa. Semua terasa sangat hambar dan tidak bermakna.Ingar bingar acara hiburan yang diisi oleh performance artis ibu kota pun tidak memancing minatku. Meskipun saat ini mereka menyanyikan lagu kesukaanku. Tembang lawas dari Bryan Adams yang berjudul Everything I Do.Lagu itu tidak sama hasilnya dengan nasib percintaanku. Pengorbanan yang selama ini aku lakukan tiada bernilai di mata Bang Habib. Cinta dan ketulusanku dipermainkan sedemikan rupa hingga hati ini hancur lebur tak berbentuk.Perempuan yang mengaku kekasih Bang Habib mengirimkan video durasi singkat. Video yang memperlihatkan kemesraan mereka di ruang remang-remang klub malam. Aku menyesal melihat video

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DIA MELUPAKANNYA

    Aku ingin mengepakkan sayap.Terbang tinggi, lalu hinggap di atas ranting barang sejenak.Namun sayangnya, sayapku telah terpanah peristiwa dan tumpahkan lara.***Matahari yang terbit di ufuk timur, tapi aku masih enggan untuk bangkit dari ranjang ini. Tubuhku seakan remuk dan tidak memiliki tenaga. Setelah mandi dan salat subuh, aku hanya dapat meringkuk tanpa dapat memejamkan mata.Bayang-bayang kejadian semalam, menari indah di pelupuk mataku. Aku yang selama ini mencinta dan mendamba diperlakukan layaknya istri, tapi mendapat penghinaan layaknya jalang oleh suami sendiri.Andai tidak berdosa, ingin rasanya aku mengakhiri hidup. Daripada bernapas, namun tidak dipandang dan dianggap sebagai istri. Tetapi, jika aku mati, bagaimana nasib anak-anak? Meskipun mereka bukan darah dagingku, hati ini telah terjerat kasih yang tulus.Aku menghela napas saat gawai di atas nakas berdering entah untuk keberapa kalinya. Tanganku menjangkau benda pipih itu, lalu menjawab tanpa melihat siapa yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   APAKAH DIA CEMBURU?

    _Jika cinta itu mampu membuat bahagiaMengapa dia juga mendatangkan lukaAlih-alih membuatku terbang ke nirwanaNyatanya cinta membuatku makin merana_***Aku melajukan kuda besi ke tempat janji bertemu dengan Aldy. Sahabat sekaligus rekan kerjaku itu hari ini merayakan ulang tahunnya di sebuah cafe yang terletak di Jalan Puncak Permai III. Sekitar dua puluh menit dari rumahku, tapi bisa lebih lama jika terjadi kemacetan di ruas jalan.Musik yang mengiringi perjalananku, seolah-seolah tengah menyindirku saat ini. Lagu yang dibawakan oleh Azmi, penyanyi asal Kota Jambi._Pernah sakit tapi tak pernah sesakit iniKarena pernah cinta tapi tak pernah sedalam iniAku ingin semua cintamu hanya untukkuMemang ku tak rela kau bagi untuk hati yang lain_Akan tetapi, dari penggalan lirik itu, hatiku hanya pernah mencintai satu pria, yaitu Bang Habib saja. Dulu, aku sempat membuka hati untuk laki-laki lain, tapi tetep saja tidak berhasil. Bukankah cinta tidak pernah tahu ke mana dia akan berlabuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   APA SEBENARNYA MAUMU?

    Kau terlalu suka bermain peranHari ini kau buat hatiku melambung tinggiMembuat aku kian berharap dalam anganAkan tetapi, aku sadar bahwa semua hanya ilusi***Keheningan tercipta sejak beberapa jenak yang lalu. Telah lebih dari sepuluh menit kami di mobil ini, tapi Bang Habib belum meninggalkan pelataran cafe. Entah apa yang dia inginkan, bertanya pun rasanya lidahku kelu.Aku hanya dapat menunggu sambil meliriknya lewat ekor mata. Napas laki-laki yang tengah mencengkram kemudi itu tidak lagi memburu seperti tadi, tapi belum bisa dikatakan stabil. Masih ada sedikit riak yang menandakan bahwa dia berusaha melerai emosi.Andai dia bersikap seperti ini karena cemburu, pasti aku akan senang hati untuk memancing kecemburuannya setiap hari. Sampai akhirnya dia mengakui perasaanya padaku."Ah, Rara. Kamu terlalu jauh berpikir." Aku merutuki diri di dalam hati. Dasar bodoh!Setelah sekian menit menunggu, akhirnya kuda besi yang ditunggangi Bang habib meninggalkan pelataran. Namun, kali in

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MALAM PANJANG

    Hatiku membuncah bahagia kala ituNamun, hanya sejenak sajaKerena kau balur dengan rasa kecewaAh, ternyata cinta begitu menyakitkan***Detak jarum jam mendominasi kamar ini, tatapan mata kami saling terkunci. Iris mata berwarna coklat madu itu, seolah-olah menyeretku hingga ke dasar jurang terdalam. Butuh beberapa jenak sampai akhrinya aku dapat menetralkan gemuruh di dalam dada. Meskipun tidak terlalu tegang, tapi cukup untuk menguasai diri."Tapi keluarga kita nggak ada yang menginap malam ini." Aku mencoba mencari alasan, meskipun tahu jawabannya apa.Bang Habib tertawa lepas. Dua kali sudah aku melihat dia seperti ini. Sangat tampan."Apa harus menunggu keluarga menginap, baru kamu mau tidur di sini?" Aneh sekali dia bertanya seperti itu. Bukankah dia yang membuat peraturan? Mengapa sekarang mendadak amnesia? Lagian, aku masih takut berada di kamar ini. Bayang-bayang 'pemerkosaan" itu masih terekam jelas diingatan. Apa bisa aku kategorikan seperti itu? Sementara dia adalah sua

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03

Bab terbaru

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MENEPI

    Perpisahan memang tidak pernah diharapkan, tetapi langkah itu dapat menjadi salah satu solusi agar batin lebih tenang. Aku pun tidak tahu batas akhir perpisahan kami. Semoga, akan ada pelangi setelah badai yang menerpa kehidupan rumah tanggaku dan berharap Bang Habib menyadari kekeliruan dia selama ini.Penebangan dari Surabaya ke Kota Pekanbaru memakan waktu sekitar lima jam. Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Artinya, sebentar lagi, aku akan memulai hidup baru di Kota Madani itu. Seorang diri, tanpa keluarga yang mendampingi. Tetapi, aku yakin bahwa Allah akan selalu melindungi setiap langkahku. Semoga.Aku melirik jam di pergelangan tangan. Sudah lebih pukul delapan malam. Rasanya, tubuhku terasa lelah. Mungkin karena terlalu banyak menangis usai menemui Muthia dan Liyana siang tadi. Sekuat apa pun menahan sedih, tapi ternyata aku tidak sekuat itu. Apalagi, anak-anak tidak mau melepas pelukan terakhir kami."Mama janji kalau semua urusan peker

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   PERTEMUAN TERAKHIR

    Aku menunggu dengan gelisah karena Bang Tengku belum juga kembali ke kamar inap. Setelah aku pikirkan baik-baik, akan lebih baik jika bertemu langsung dengan anak-anak. Aku tidak ingin mereka beranggapan bahwa aku tidak menyayangi mereka dan berpikir bahwa sengaja menjauh. Tidak. Jangan sampai mereka berpikir buruk tentangku! Cukup Bang Habib saja.Tiga puluh menit sebelum pukul sepuluh, Bang Tengku kembali ke ruang inap dengan membawa amplop dan obat di dalam kantong plastik di tangan. Dia tersenyum tipis, lalu memberi perintah pada anak buahnya agar membawa koperku keluar."Maaf membuat kamu menunggu lama. Antrian panjang di apotik dan bagian administrasi, makanya Abang baru selesai." Tanpa diminta, Bang Tengku memberi penjelasan. Sedikit ragu, aku mendongak, lalu mengumpulkan keberanian untuk meminta lebih. Anggaplah aku tidak tahu diri karena sudah ditolong, tapi malah ngelunjak. Itu jauh lebih baik, daripada aku menyesal nantinya."Ada yang mau kamu sampaikan?" Seakan dapat memb

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MELIHATMU DARI KEJAUHAN

    Perempuan itu ....Memiliki tangan yang luar biasa. Dia bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu dengan kedua tangannya. Padahal, komposisi tangan laki-laki dan perempuan itu sama saat Tuhan menciptakan kita.Kedua tangannya mampu memberi kehangatan untuk suami dan anak-anaknya. Sekaligus memberi rasa nyaman lewat pelukan.Perempuan itu ....Memiliki dagu yang terangkat angkuh. Dia membuktikan bahwa dia kuat saat suami dan anak-anaknya dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sakit, misalnya. Atau di saat suaminya hancur dan butuh dukungan.Dengan dagu terangkat, dia mengatakan bahwa dia kuat dan tidak rapuh saat badai memporak porandakan hatinya. Dia pemain peran yang ulung.Dengan dagu terangkat, dia menahan air mata yang merebak hendak dikeluarkan. Agar suami dan anak-anaknya tetap merasa nyaman.Perempuan itu ....Memiliki otak yang cerdas. Dia pemikir sekaligus negosiator ulung dibanding laki-laki. Dia teman diskusi yang memiliki banyak taktik. Dengan otak kecilnya, dia bis

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DIA BERTAHAN

    Jika hidup hanyalah soal warna, maka hitam adalah pilihanku. Jika hidup menjadi misteri, maka pekatnya malam adalah tempatku. Jika bahagia harus berupa pelangi, maka tersingkirlah aku.-Rara Audy Sanjaya-***Aku masih mendengar teriakan Mbak Viona dan beberapa orang tak dikenal sebelum semua menjadi gelap. Aku seperti terperangkap di dalam kegelapan yang tidak bertepi. Sunyi dan senyap. Namun, aku tetap dapat merasa sakit di bagian bawah perut.Bau karbol menyengat di indra penciuman, membuat aku mengernyit heran. Aku membuka mata perlahan dengan rasa pusing luar biasa. Cahaya lampu membuat aku kembali mengernyit karena silau menusuk netra. Di mana ini? Mengapa tempat ini terasa asing? "Kamu sudah sadar, Ra?" Aku makin linglung ketika mendengar suara Mbak Viona menyapa. Setelah mata menyesuaikan cahaya di ruangan ini, aku menoleh ke asal suara. Mbak Viona berdiri dengan tatapan cemas di samping Bang Tengku. Pikiranku mendadak berotasi mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu.

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SITUASI GENTING

    Atmosfer di ruangan seluas tiga puluh lima meter persegi ini mendadak haru karena pertemuan sepasang suami istri yang saling melepas rindu. Aku turut terhanyut dalam kebahagian saat kedua sejoli itu melerai pelukan dan melempar senyuman pada kami. Setelah mampu menguasai diri, Mbak Viona meminta agar Bang Tengku untuk duduk di sofa bersama kami. Tentu saja hal ini dimanfaatkan Mbak Viona untuk bersandar manja di dada bidang laki-laki bermata hazel itu. Sementara itu, suaminya membelai lembut puncak kepala dia dengan penuh kelembutan."Jadi dia menuduh kamu berzinah dan menolak mengakui anak kalian?" Bang Tengku meyakinkan bahwa informasi yang dia dengar tidak salah.Aku mengangguk seraya tersenyum kecut, lalu berkata, "Ya. Bahkan Ra sudah menantang dia untuk melakukan tes DNA begitu kehamilan ini tidak rawan, tapi sayangnya dia menolak." Bang Tengku menggeram marah dengan rahang mengatup erat, jari-jarinya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Dasar bajingan! Semabuk-mabukny

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   CAMPUR TANGAN ANAK MAFIA 2

    Memilih pergi bukan untuk berhenti mencintai Tetapi memberi waktu untuk sejenak menepi Rasakan cinta kala dua jiwa terpisah tanpa saling menyakiti Kemudian, jika takdir menemukan kita lagiSudah tidak ada keraguan di hati***Bang Baim melonggarkan kancing kemeja bagian atas. Sepertinya dia butuh udara segar karena tiba-tiba napasnya tersengal. Mbak Viona memang sangat pintar membuat lawan atau kawan merasa terintimidasi lewat sorot mata saja. Padahal, dia belum mengatakan apa pun.Dengan anggun, jari-jari lentik itu mengangkat cangkir kopi dan menyesap isinya perlahan. Cara dia seperti ini mengingatkanku pada Eyang. Seingtaku, gambaran Mbak Viona adalah sosok Eyang di saat muda dulu. Cantik, anggun, tegas, dan berkelas. Bedanya, Eyang kami tidak menikah lagi semenjak Eyang Kakung meninggal. Waktu itu, Mama Hani dan Mama masih kecil dan butuh kasih sayang dari sosok ayah.Akan tetapi, Eyang membuktikan pada siapa pun bahwa dia mampu menjadi ibu sekaligus ayah untuk kedua anaknya. M

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   CAMPUR TANGAN ANAK MAFIA

    Aku masih mematung, menunggu jawaban dari perempuan cantik yang masih tersenyum miring. Entah mengapa firasat mendadak tidak enak hanya dengan melihat tatapan mata Mbak Viona. Walaupun rencana dia selalu berhasil, tetapi tidak jarang mengundang resiko. Seperti tahun lalu, misalnya. Hampir saja si kembar menjadi korban keberingasan para penjabat, begitu juga Natha yang saat itu masih bayi. Karena kecerobohan dan menganggap sepele musuh, Mbak Viona serta anak-anak akhirnya disekap selama beberapa hari. Bahkan, Natha lebih dari satu bulan berada di tangan mafia yang sayangnya adalah mertua Mbak Viona. Jika mengingat hal itu, aku jadi bergidik ngeri. "Kamu pasti lagi mikir yang nggak-nggak. Ck! Dasar otak mesum," sengit Mbak Viona sambil berdecak kesal.Aku mengembuskan napas kasar, lalu duduk di samping dia dan memandangnya dengan lekat. "Jadi apa rencana, Mbak?" Aku menuntut lewat pertanyaan yang sama. "Bukan Mbak, tapi rencana kita berdua," sahut Mbak Viona sambil terkekeh. Dasar a

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   RENCANA LICIK VIONA

    Aku memilih sarapan di kamar setelah mengambil semangkuk soto dan kopi di restoran hotel. Takut ada kenalan yang melihat dan melaporkan pada keluarga bahwa aku ada di sini. Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Keluarga kami merupakan orang terpandang di kota ini, bukan hanya dari kalangan atas, tetapi hampir semua kalangan mengenal baik.Soto dengan toping ayan suwir dan banyak sambal, aku aduk perlahan setelah menambah perasaan jeruk nipis. Aroma kaldu ayam menguar memanjakan indra penciuman. Rasa lapar mendera seketika. Tanpa membuang waktu, aku segera menyantap panganan khas ini ke dalam mulut. Sensasi segar dan pedas berpadu memanjakan tenggorokan. Anehnya, aku tidak mual sejak berada di sini. Mungkin anakku butuh tempat tenang.Waktu masih menunjukkan pukul delapan. Aku harus bergegas mencari toko pakaian murah agar dapat mengganti baju. Rasanya risih memakai pakaian yang sama sejak kemarin. Ini di luar rencana. Padahal aku telah menyiapkan kebutuhan minggat di dalam koper. Tetapi

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MALAM PANJANG

    Aku hanya ingin menepi barang sejenakMenjauh dari segala hiruk pikuk dan segala macam tuduhan Aku kecewa, hatiku terlanjur terluka Ternyata, kepercayaan itu memang mahal harganya ***Kakiku terus melangkah hingga tiba di gerbang pembatas. Beruntung kunci gembok sudah aku ambil dari tempat penyimpanan kunci di laci dapur, sehingga mempermudah proses pelarian. Posisi rumah ini berada paling pojok dan sengaja dibuat pagar tambahan untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Seperti saat ini contohnya. Tuhan seakan mendukung, lalu semesta membantu segala urusan agar lebih mudah.Tanganku bergetar saat membuka kunci gembok. Takut akan ketahuan oleh mereka yang aku sebut keluarga. Aku tidak ingin gagal meski berat meninggalkan Muthia dan Liyana, tapi aku tidak punya pilihan. Mental dan pikiran harus terjaga selama masa kehamilan dan rumah ini bukan tempat yang cocok untuk relaksasi pikiran.Aku bernapas lega karena gerbang berhasil aku buka tanpa mengeluarkan bunyi berisik. Rel gerbang ra

DMCA.com Protection Status