Setelah menolehkan kepalanya, Deon baru sadar kalau yang memeluknya ialah Anggraini. Lelaki ini pun mengembuskan napas panjang.
“Ada apa?” tanyanya kemudian.
“M-makasih karena udah nyelametin gue.”
Deon lantas tertawa pelan. “Aku nggak ngelakuin apa-apa.”
“Nggak, Deon. Lo udah nyelametin gue. Gue bersyukur karena lo peduli sama gue.”
Deon segera melepaskan pelukan Anggraini, lalu berkata, “Ya, sama-sama.”
Dia pun memutar kenop pintu, lalu masuk ke kamarnya. Sedangkan, Anggraini mengikuti dari belakang.
Dalam beberapa hari ini, Deon sudah beristirahat sehingga tubuhnya kembali pulih dan bugar. Usai bangun dari tidur, dia langsung berjalan menuju ruang tamu, lalu duduk. Deon mengusap-usap wajahnya beberapa kali sambil mengembuskan napas panjang.Selang beberapa saat, pintu terbuka lebar. Roki dengan wajah tegang menghampiri Deon. Namun, lelaki ini belum mengatakan apa pun. Dia hanya berdiri di hadapan sang ketua.“Ada apa, Roki?” tanya Deon dengan dahi berkerut, heran karena melihat wajah Roki yang tidak seperti biasanya.Setelah menelan ludahnya sendiri, Roki menjawab, “Bos, ada sesuatu yang mau gue sampaiin.”“Oh, sampaiin aja. Kenapa mukamu kayak habis ketemu sama setan gitu?”
Deon dan Roki berada di antara Anggraini, melindunginya dari kedua sisi. Deon sudah menduga bahwa sang perempuan akan menjadi penghalang besar baginya.“Roki, awasi Anggraini.”Deon semakin meningkatkan kewaspadaan ketika para anggota Tyrex berjalan mendekat untuk mempersempit jarak di antara mereka.“Apa yang seharusnya aku lakukan dalam keadaan seperti ini?” tanya Deon dalam hatinya.Tak lama kemudian, salah satu pria dengan jas dan mengenakan topi bucket bertepuk tangan. Ditatapnya Deon yang semakin awas pada pergerakan mereka.“Apa lo orang yang dibicarakan Melinda?” tanya pria dengan tubuh cungkring tersebut. Jakunny
Di titik ini, pria bertubuh cungkring tertawa terbahak-bahak. “Kita lihat, apa yang bakalan lo lakuin sekarang dengan posisi terpojok kayak gini.”“Deon! Jangan dengerin apa yang dia bilang! Lo harus bunuh mereka!” teriak Anggraini.Sementara itu, Deon menurunkan tangannya yang mengacungkan pistol, lalu berpikir sejenak. Dia menatap Roki dan Anggraini secara bergantian.“Woy! Denger, ya! Kalau lo nggak nyerah, mereka berdua bakalan mati!”Mendengar ancaman tersebut, Deon pun membuang pistolnya, lalu mengangkat kedua tangan.“Deon! Udah gue bilang, jangan dengerin mereka! Gue nggak apa-apa!” 
Tatapan tajam Melinda membuat Deon tersenyum kecut. Begitu saja, perempuan ini menyerang dengan tinju yang mengejutkan, mengentak dada Deon hingga terempas dan terkapar.Melinda tertawa melihat Deon yang baru sekali pukul saja sudah rubuh.“Kenapa? Mana kemampuan lo yang hebat itu? Ayo, keluarin semua yang lo punya!”Deon kembali bangkit. Di titik ini, dia bergerak menghindar dari tendangan sang lawan. Hal ini terjadi beberapa kali hingga dia berhasil menangkap kaki Melinda, kemudian mendorong sang perempuan hingga terjungkal ke belakang. Sayangnya, Melinda masih dapat mempertahankan keseimbangannya.“Serangan balik yang cukup hebat.”
Alex tersentak kaget, lalu senyap. Perlahan-lahan, lehernya memutar ke belakang, melihat bahwa Melinda-lah yang telah menancapkan timah panas di punggungnya.“M-Melinda …,” lirih Alex. Dia tak bisa menahan tubuhnya sehingga hampir saja tergeletak jatuh. Untungnya, dia bertumpu menggunakan kedua tangan.“Apa yang lo lakuin? K-kenapa lo ….”Alex beranjak bangkit, lalu menatap Melinda yang mengarahkan tatapan tajam dan serius padanya. Tangan sang perempuan masih mengacung menodongkan pistol ke arah Alex.Sambil menggelengkan kepalanya, Alex berkata, “Lo nggak boleh ngelakuin itu, Lex.”Dahi Alex mengerut. Semen
Seketika itu, Roki dan Anggraini terbelalak kaget. Terutama Roki yang terlihat tidak terima atas keputusan Deon.“Ada apa ini, Bos?! Kenapa lo ngajak musuh buat gabung ke Bruno?!” tanya Roki dengan nada yang cukup tinggi.Deon menatap lelaki ini, lalu berucap, “Tenang, tenang, Roki. Kenapa kamu kelihatannya nggak terima gitu? Justru, ini akan jadi langkah bagus bagi Bruno. Aku akan membangun Bruno kembali dan mengatur tim. Jangan salah paham!”Walau sudah dijelaskan pun, dahi Roki masih saja terlihat mengerut.“Gue nggak setuju, Bos. Kita nggak bisa percaya sama musuh! Gimanapun juga, dia masih anggota Tyrex. Siapa yang akan menjamin kalau dia nggak akan berkhianat sama kita?!” pu
Setelah Deon menyatakan bahwa Melinda resmi menjadi anggota Bruno, Roki hanya bisa pasrah menerima keputusan sang ketua. Maka, mereka pun segera melanjutkan perjalanan menuju wilayah kekuasaan Bruno yang katanya telah dikuasai oleh Tyrex dan beberapa anggota Bruno dibantai dengan cara sadis.Dalam perjalanan, Deon melihat bahwa Anggraini selalu memperlihatkan mimik wajah yang enak dipandang sejak Melinda ikut bersama mereka.“Kamu kenapa, Anggraini?” tanya Deon. Roki sesekali mengintip Deon dari kaca spion.Roki pun sedari tadi tidak mengatakan apa pun. Dia duduk di jok depan bersama dengan Melinda.“Nggak apa-apa,” jawab Anggraini, ketus.
“Salah satu hal yang bikin Tyrex dijuluki sebagai Dewa Kejahatan karena mereka adalah sumber dari kejahatan. Tyrex nggak tergabung dalam satu tim. Lo pikir kerjaan Tyrex sebagai mafia itu cuma jual obat-obatan terlarang? Lo salah besar!” tegas Melinda yang kemudian mengangkat satu sudut bibirnya.Kening Deon semakin mengerut.“Dan gue nggak tahu Tyrex mana tepatnya yang lo maksud atau lo omongin. Tyrex punya puluhan cabang. Masing-masing dari cabang diberikan tugas berbeda-beda. Ada yang bertugas membunuh, ada yang bertugas menjual obat-obatan, bahkan ada yang sampai duduk di kursi pemerintahan. Lo nggak percaya, kan?”Deon terbelalak kaget, tak terkecuali Anggraini dan Roki yang sedari mendengarkan dengan saksama.