Home / CEO / I'm the Director / Lawan yang Setimpal

Share

Lawan yang Setimpal

Author: Momoy
last update Last Updated: 2021-05-04 08:10:57

Deon dan Roki berada di antara Anggraini, melindunginya dari kedua sisi. Deon sudah menduga bahwa sang perempuan akan menjadi penghalang besar baginya.

“Roki, awasi Anggraini.”

Deon semakin meningkatkan kewaspadaan ketika para anggota Tyrex berjalan mendekat untuk mempersempit jarak di antara mereka.

“Apa yang seharusnya aku lakukan dalam keadaan seperti ini?” tanya Deon dalam hatinya.

Tak lama kemudian, salah satu pria dengan jas dan mengenakan topi bucket bertepuk tangan. Ditatapnya Deon yang semakin awas pada pergerakan mereka.

“Apa lo orang yang dibicarakan Melinda?” tanya pria dengan tubuh cungkring tersebut. Jakunny

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I'm the Director   Ketangkasan Deon

    Di titik ini, pria bertubuh cungkring tertawa terbahak-bahak. “Kita lihat, apa yang bakalan lo lakuin sekarang dengan posisi terpojok kayak gini.”“Deon! Jangan dengerin apa yang dia bilang! Lo harus bunuh mereka!” teriak Anggraini.Sementara itu, Deon menurunkan tangannya yang mengacungkan pistol, lalu berpikir sejenak. Dia menatap Roki dan Anggraini secara bergantian.“Woy! Denger, ya! Kalau lo nggak nyerah, mereka berdua bakalan mati!”Mendengar ancaman tersebut, Deon pun membuang pistolnya, lalu mengangkat kedua tangan.“Deon! Udah gue bilang, jangan dengerin mereka! Gue nggak apa-apa!” 

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Sampah Paling Busuk

    Tatapan tajam Melinda membuat Deon tersenyum kecut. Begitu saja, perempuan ini menyerang dengan tinju yang mengejutkan, mengentak dada Deon hingga terempas dan terkapar.Melinda tertawa melihat Deon yang baru sekali pukul saja sudah rubuh.“Kenapa? Mana kemampuan lo yang hebat itu? Ayo, keluarin semua yang lo punya!”Deon kembali bangkit. Di titik ini, dia bergerak menghindar dari tendangan sang lawan. Hal ini terjadi beberapa kali hingga dia berhasil menangkap kaki Melinda, kemudian mendorong sang perempuan hingga terjungkal ke belakang. Sayangnya, Melinda masih dapat mempertahankan keseimbangannya.“Serangan balik yang cukup hebat.”

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Akhir Pertarungan Tak Adil

    Alex tersentak kaget, lalu senyap. Perlahan-lahan, lehernya memutar ke belakang, melihat bahwa Melinda-lah yang telah menancapkan timah panas di punggungnya.“M-Melinda …,” lirih Alex. Dia tak bisa menahan tubuhnya sehingga hampir saja tergeletak jatuh. Untungnya, dia bertumpu menggunakan kedua tangan.“Apa yang lo lakuin? K-kenapa lo ….”Alex beranjak bangkit, lalu menatap Melinda yang mengarahkan tatapan tajam dan serius padanya. Tangan sang perempuan masih mengacung menodongkan pistol ke arah Alex.Sambil menggelengkan kepalanya, Alex berkata, “Lo nggak boleh ngelakuin itu, Lex.”Dahi Alex mengerut. Semen

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Selamat Datang di Bruno!

    Seketika itu, Roki dan Anggraini terbelalak kaget. Terutama Roki yang terlihat tidak terima atas keputusan Deon.“Ada apa ini, Bos?! Kenapa lo ngajak musuh buat gabung ke Bruno?!” tanya Roki dengan nada yang cukup tinggi.Deon menatap lelaki ini, lalu berucap, “Tenang, tenang, Roki. Kenapa kamu kelihatannya nggak terima gitu? Justru, ini akan jadi langkah bagus bagi Bruno. Aku akan membangun Bruno kembali dan mengatur tim. Jangan salah paham!”Walau sudah dijelaskan pun, dahi Roki masih saja terlihat mengerut.“Gue nggak setuju, Bos. Kita nggak bisa percaya sama musuh! Gimanapun juga, dia masih anggota Tyrex. Siapa yang akan menjamin kalau dia nggak akan berkhianat sama kita?!” pu

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Kenyataan Tentang Tyrex

    Setelah Deon menyatakan bahwa Melinda resmi menjadi anggota Bruno, Roki hanya bisa pasrah menerima keputusan sang ketua. Maka, mereka pun segera melanjutkan perjalanan menuju wilayah kekuasaan Bruno yang katanya telah dikuasai oleh Tyrex dan beberapa anggota Bruno dibantai dengan cara sadis.Dalam perjalanan, Deon melihat bahwa Anggraini selalu memperlihatkan mimik wajah yang enak dipandang sejak Melinda ikut bersama mereka.“Kamu kenapa, Anggraini?” tanya Deon. Roki sesekali mengintip Deon dari kaca spion.Roki pun sedari tadi tidak mengatakan apa pun. Dia duduk di jok depan bersama dengan Melinda.“Nggak apa-apa,” jawab Anggraini, ketus.

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Anggota Pembangkang

    “Salah satu hal yang bikin Tyrex dijuluki sebagai Dewa Kejahatan karena mereka adalah sumber dari kejahatan. Tyrex nggak tergabung dalam satu tim. Lo pikir kerjaan Tyrex sebagai mafia itu cuma jual obat-obatan terlarang? Lo salah besar!” tegas Melinda yang kemudian mengangkat satu sudut bibirnya.Kening Deon semakin mengerut.“Dan gue nggak tahu Tyrex mana tepatnya yang lo maksud atau lo omongin. Tyrex punya puluhan cabang. Masing-masing dari cabang diberikan tugas berbeda-beda. Ada yang bertugas membunuh, ada yang bertugas menjual obat-obatan, bahkan ada yang sampai duduk di kursi pemerintahan. Lo nggak percaya, kan?”Deon terbelalak kaget, tak terkecuali Anggraini dan Roki yang sedari mendengarkan dengan saksama.

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Tim Elit Bruno

    Melinda yang melihat bahwa pisau si pria berambut mohawk menancap di punggung Deon, begitu saja menarik Deon, lalu menghajar pria berambut mohawk. Hanya satu pukulan yang mengentak, pria berambut mohawk menahan rasa sakit di dadanya.Sementara itu, Deon mencabut pisau tersebut, lalu menggenggamnya dengan sangat erat sambil menatap sang anak buah.“Berhenti, Melinda!” perintah Deon. Melinda yang hendak menghajar pria itu lagi pun urung. Dia memberikan jalan untuk Deon yang berjalan sambil berwajah bengis.“M-mau apa lo?!” tanya pria berwajah bengis. Dia terlihat harap-harap cemas, beringsut-ingsut mundur.Sambil menatap dua anak buahnya yang berada di belakang si pria berambut mohawk, Deon ber

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Kisah Masa Lalu Melinda

    Deon dan Roki tersentak kaget atas perlakuan Anggraini pada Melinda. Sementara itu, Melinda kini saling menatap dengan Anggraini.“Apa-apaan ini, Anggraini?! Kenapa kamu menampar Melinda tanpa sebab?!” tanya Deon dengan nada tegas.Lelaki bertubuh atletis ini melihat ada sebuah api kebencian di mata sang perempuan. Dia tak begitu tahu apa yang menyebabkan Anggraini sangat membenci Melinda. Berbeda dengan Roki yang walaupun membenci Melinda juga, tetapi dia sama sekali tidak melakukan hal kasar pada sang perempuan.“Anggraini! Jawab aku! Kenapa kamu tiba-tiba menampar Melinda?!”Dengan tatapan yang amat tajam, Anggraini menatap Deon, lalu menjawab, “Gue nggak suka kalau dia ada di sini.

    Last Updated : 2021-05-04

Latest chapter

  • I'm the Director   Jangan Ikut Campur!

    Kikan tetap menarik lengan Deon sampai akhirnya keluar dari bar dan tiba di sebuah gang sempit. Dengan sangat keras, Kikan mengempaskan punggung Deon pada dinding. Perempuan ini menumpu kedua tangannya di antara kepala sang lelaki.“Ada apa ini?!” Deon bertanya dengan penuh penekanan.“Jangan ikut campur urusanku!” tegas Kikan dengan tatapan yang begitu tajam. Tak sedikit pun dia mengalihkan pandangan dari mata Deon.“Oh, gitu. Okay, aku sadar kalau itu bukan urusanku. Tapi, seorang laki-laki nggak akan tinggal diam saat melihat perempuan sedang tersiksa di depannya,” pungkas Deon, santai.“Tersiksa?! Apa aku terlihat tersiksa?! Dasar bodoh!”

  • I'm the Director   Kedatangan Deon Sebagai Pahlawan

    Atas kedatangan Deon yang secara tiba-tiba, Kikan cukup terkejut. Keningnya mengerut dan berangsur-angsur menjaga jarak. Sementara itu, lelaki dengan sweater yang telah mendapatkan pukulan keras dari Deon, kini menatap dengan tajam penuh intimidasi.“Sialan. Siapa lo?! Berani-beraninya lo memukul gue!” tegas lelaki dengan sweater.Deon mengangkat sebelah alisnya, lalu berkata, “Siapa aku nggak penting. Yang jelas, kamu udah bertindak kasar sama cewek. Kamu itu cowok, bukan banci, kan?!”Mendengar tanggapan Deon tersebut, sang lelaki dengan sweater lantas tertawa terbahak-bahak.“Sialan. Baru kali ini gue nemuin orang yang berani sama gue. Lo belum tahu siapa gue, hah?!”

  • I'm the Director   Ingatan Terakhir Tentang Pertarungan

    Deon terakhir kali mengingat bahwa dirinya telah menyelesaikan pertarungan dengan Aldrikov, juga Kikan yang memberikan ucapan selamat padanya. Kini, saat lelaki ini terbangun, entah mengapa dia terlihat sangat kebingungan.“Di mana aku?” tanya Deon sambil beranjak duduk. Dia melirik ke sekitar ruangan yang tak cukup luas tempatnya berada saat ini.Selang beberapa saat, matanya berhenti pada perempuan yang terlihat membatu.“Anggraini? Apa aku ada di rumah sakit?” tanya Deon kesekian kalinya.“Deon! Syukurlah lo udah sadar!”Tanpa menjawab pertanyaan sang lelaki, Anggraini lantas memeluk tubuh Deon yang dipenuhi oleh perba

  • I'm the Director   Akulah Pemenangnya

    Semua persiapan telah dilakukan oleh Deon dan Aldrikov. Kini, keduanya saling tatap satu sama lain.“Aku yang menang, Tua Bangka!”Keduanya melesat dengan sangat cepat. Deon menggerakkan tangannya secara vertikal, tetapi Aldrikov melompat begitu tinggi hingga melewati tubuh Deon. Hal ini membuat lelaki bertubuh atletis ini tersentak kaget. Dia kehilangan momentum. Alhasil, ketika berbalik badan, tangan Aldrikov telah siap melukai wajah dan perutnya.Walau begitu, Deon tak tinggal diam. Tak ingin kalah cepat, dia memutar kedua tangannya ke arah kanan dan berhasil menangkis serangan lawan. Sayangnya, entakan yang begitu kuat membuat Deon terempas beberapa meter.“Kamu terlalu percaya diri.”

  • I'm the Director   Kikan Menjadi Wasit

    Deon dan Aldrikov menoleh ke sumber suara. Keduanya tercengang karena melihat bahwa Kikan-lah yang memiliki suara menggelegar barusan. Deon mengerutkan kening, lalu meningkatkan kewaspadaan. Baginya, tidak mungkin perempuan sadis ini tidak ikut campur dalam pertarungannya.“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau mengganggu pertarunganku dengan si tua bangka ini?!” tegas Deon dengan tatapan yang begitu tajam.Kikan lantas tertawa bergelak mendengar dugaan Deon.“Nggak juga. Aku datang nggak untuk mengganggu jalannya pertarunganmu dengan Aldrikov.”Sambil mengangkat sebelah alisnya, Deon bertanya, “Lalu? Apa yang kamu inginkan?”

  • I'm the Director   Aliran Elang Pemangsa

    “B-bang … sat!”Tubuh Deon lemas seketika. Anggraini terbelalak kaget karena merasakan cairan kental memenuhi tangannya. Dia lihat, lalu air matanya pun keluar begitu banyak.“DEON!”Di titik ini, napas Deon mulai tak beraturan. Dia seperti orang yang kedinginan, tetapi udara yang masuk ke mulutnya sangat terbatas. Bahkan saat Anggraini menjadi lemas, Deon tidak mampu menopang beban tubuhnya hingga harus tergeletak di tanah.Dengan posisi berbaring, Deon menyaksikan wajah pria paruh baya yang masih mengacungkan pistol ke arahnya. Sang lawan menyeringai, lalu berkata, “Saya sudah mengatakannya padamu. Kamu akan mati di tempat ini.”

  • I'm the Director   Usaha Tak Mengkhianati Hasil

    Ketika pria berambut panjang hendak pergi bersama para anak buahnya yang bertugas membawa Deon, sebuah suara menghentikannya.“Serahkan Deon sama gue!”Pria paruh baya berbalik badan. Yang terlihat ialah seorang perempuan yang sedang membawa dua pistol di tangan dan dua pedang yang terselip di punggung.“Oh, bukankah kamu ….” Pria tersebut tidak melanjutkan kalimatnya. Namun, dia pun tertawa kemudian.“Ya, ya. Saya pernah mendengar desas-desus kalau salah satu senjata pembunuh Tyrex ikut bergabung ke Bruno. Dan tentu saja, yang mereka maksud adalah kamu. Kamulah pengkhianatnya.”Perempuan yang tak lain ialah Melind

  • I'm the Director   Gugurnya Harapan

    Mendengar pernyataan pria berambut panjang, tatapan Deon semakin serius. Baginya, sekarang basa-basi tidak lagi diperlukan. Entah benar atau tidak bahwa para anggota Bruno tengah bertempur dengan anak buah si pemasok senjata ini.“Kalau gitu, kita buktiin di sini siapa yang lebih hebat.”Ketika Deon hendak menyiapkan kuda-kuda, pria berambut panjang berkata, “Tidak perlu.”Selang beberapa saat pria tersebut memberikan sinyal pada salah satu anak buahnya. Deon semakin waspada. Namun, dia tidak cukup cekat dalam menghindari sebuah peluru yang kemudian dilesatkan oleh anak buah si pemasok senjata. Alhasil, timah panas menancap di bahu sebelah kanan Deon.“Sialan!” jerit Deon sambil m

  • I'm the Director   Tangkas Pemberani

    Tidak mudah bagi Deon untuk melakukan pergerakan saat ini. Bahwa keadaan tubuhnya dipenuhi luka dan juga para anak buah pria berambut panjang terlihat siap dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Untuk itu, Deon hanya menatap ke arah sang lawan. Sesekali bergantian menatap Anggraini yang sedang dalam keadaan tertodong senjata.“Akhirnya, kami menemukanmu. Sebelum jadi mayat di sini, ada baiknya kita bicara beberapa patah kata,” ucap pria berambut panjang sambil berjalan mondar-mandir.Deon berusaha bangkit meski tubuhnya masih terasa pegal dan sakit. Tidak dipungkiri ada beberapa tulang yang patah akibat dirinya yang menggelinding di bukit terjal ini.“Oh, aku kira kalian nggak bisa berbasa-basi. Ternyata, sama aja.”

DMCA.com Protection Status