Home / CEO / I'm the Director / Tim Elit Bruno

Share

Tim Elit Bruno

Author: Momoy
last update Last Updated: 2021-05-04 08:16:01

Melinda yang melihat bahwa pisau si pria berambut mohawk menancap di punggung Deon, begitu saja menarik Deon, lalu menghajar pria berambut mohawk. Hanya satu pukulan yang mengentak, pria berambut mohawk menahan rasa sakit di dadanya.

Sementara itu, Deon mencabut pisau tersebut, lalu menggenggamnya dengan sangat erat sambil menatap sang anak buah.

“Berhenti, Melinda!” perintah Deon. Melinda yang hendak menghajar pria itu lagi pun urung. Dia memberikan jalan untuk Deon yang berjalan sambil berwajah bengis.

“M-mau apa lo?!” tanya pria berwajah bengis. Dia terlihat harap-harap cemas, beringsut-ingsut mundur.

Sambil menatap dua anak buahnya yang berada di belakang si pria berambut mohawk, Deon ber

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I'm the Director   Kisah Masa Lalu Melinda

    Deon dan Roki tersentak kaget atas perlakuan Anggraini pada Melinda. Sementara itu, Melinda kini saling menatap dengan Anggraini.“Apa-apaan ini, Anggraini?! Kenapa kamu menampar Melinda tanpa sebab?!” tanya Deon dengan nada tegas.Lelaki bertubuh atletis ini melihat ada sebuah api kebencian di mata sang perempuan. Dia tak begitu tahu apa yang menyebabkan Anggraini sangat membenci Melinda. Berbeda dengan Roki yang walaupun membenci Melinda juga, tetapi dia sama sekali tidak melakukan hal kasar pada sang perempuan.“Anggraini! Jawab aku! Kenapa kamu tiba-tiba menampar Melinda?!”Dengan tatapan yang amat tajam, Anggraini menatap Deon, lalu menjawab, “Gue nggak suka kalau dia ada di sini.

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Rencana Jahat

    Kening Deon mengerut setelah mendengar pernyataan Melinda barusan.“Apa maksudmu pernah bertemu denganku bukan sebagai Bruno?”Lantas, Melinda hanya tersenyum miring, lalu berjalan menuju pintu kamar. Dia terdiam sejenak dan berkata, “Entahlah. Mungkin cuma perasaan gue aja.”Perempuan itu pun keluar dari kamar Deon. Akan tetapi, sang lelaki masih memikirkan ucapan Melinda. Bisa jadi yang Melinda lihat adalah diri Deon yang dulu sebelum dia benar-benar lupa siapa dirinya.“Apa jangan-jangan dia ketemu sama diriku yang dulu sebelum aku benar-benar lupa ingatan kayak sekarang?” batin Deon. Dia segera merebahkan diri, lalu kedua matanya terpejam.

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Beraksi!

    “Cewek jalang! Ngapain lo di kamar Deon?!” tanya Anggraini dengan nada membentak setelah melihat bahwa perempuan yang ada di ranjang sang lelaki ialah Melinda.Melinda tertawa renyah, lalu beranjak bangkit dari ranjang. Dia hanya mengenakan gaun yang sangat tipis. Oleh karena itu, terlihat jelas lekukan tubuhnya yang sintal.“Seharusnya gue yang tanya sama lo, lo ngapain ke kamar Deon? Dan … lo apain Deon?” Melinda bertanya dengan tenang. Dia mendekati Anggraini, lalu menatapnya lebih dekat.Anggraini menggertakkan giginya. Di titik ini, Deon menggerak-gerakkan kepalanya, lalu ia angkat dari pundak sang perempuan. Sang lelaki berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dilihatnya Melinda di hadapan dengan pakaian minim, Deon mengerutkan keni

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Strategi Sederhana

    Ketika Deon berusaha meresapi pernyataan Melinda tentang seorang perempuan yang jauh lebih sadis darinya itu, sang lelaki mendapatkan sebuah bayangan samar.“Bayangan apa lagi ini?” batin Deon.“Jangan melamun! Kita sedang di dalam perjalanan dan mobil lo lajuin dengan kecepatan yang tinggi,” tegur Melinda.Deon pun kembali berkonsentrasi menyetir, menambah kecepatan mobil hingga tak lebih dari 15 menit, mereka tiba di tempat tujuan.“Jangan deket-deket sama bangunan kosong itu. Kita cari tempat aman untuk parkir mobil,” ucap Melinda kemudian.Seperti yang Melinda katakan, Deon mencari tempat yang aman dan cukup renggang

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Perempuan Bergaun Merah

    Deon menelan ludahnya sendiri. Dia sungguh tidak percaya bahwa perempuan bernama Melinda ini pada akhirnya mengkhianatinya.“Mel—”Deon tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Kepalanya dipukul dengan gagang pistol oleh sang perempuan.“Gue nggak menyuruh lo ngomong! Diem lo!” bentak Melinda dengan nada tinggi di dekat telinga Deon.Seketika itu, rahang Deon mengeras. Dia menggertakkan giginya karena merasa ingin sekali menghantam wajah Melinda.“Okay! Baiklah. Apa yang kamu inginkan?” tanya Deon kemudian.Melinda mengangkat satu sudut bibirnya. Sementara itu,

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Kikan Anastasya

    Sang perempuan bergaun merah bertepuk tangan sambil tersenyum lebar. Dia pun berdiri di hadapan Deon dan Melinda dengan hanya berjarak satu meter.“Sialan! Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit kayak gini?!” batin Deon sambil memegangi kepalanya. “Dan … siapa cewek di dalam pikiranku ini?”Melinda terlihat sangat tegang. Sementara itu, sang perempuan dengan lipstik merah memiringkan senyuman.“Aku sangat terkesan denganmu, Melinda. Aku pikir seperti inilah caramu berpikir. Mengkhianati Tyrex dan Ayah yang sudah membesarkanmu sejak kecil. Kamu memang perempuan nggak tahu diuntung!” tegasnya dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.Melinda menelan ludahnya sendiri. Sedangkan, Deon

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Bukan Tandingan

    “Kalian urus si Melinda tengik. Sedangkan, aku akan melawan cowok yang terlihat tampan dan menarik itu.” Kikan tersenyum lebar sambil menatap Deon.Tepat ketika para anggota Tyrex mendengar perintah sang ketua, Melinda diserang dari berbagai sisi. Sementara itu, Deon mau tak mau harus siap melawan Kikan dengan senjata chainsaw miliknya.“Menarik!” seru Deon sambil menghindari setiap serangan Kikan. Sebisa mungkin, Deon harus menjaga jarak dari sang lawan. Kalau tidak, tentu saja bagian tubuhnya bisa terluka dengan tingkat yang tinggi.“Kamu cepat juga!”Kikan mempercepat gerakan tangannya. Menurut Deon, lawannya saat ini asal serang saja karena tidak ada target pasti yang ingin di

    Last Updated : 2021-05-04
  • I'm the Director   Kekuatan Sebenarnya

    “Perketat keamanan di luar gedung!” titah Kikan dengan suara menggelegar. Pria bertopi koboi secepatnya menghubungi anggota lain yang berjaga di luar gedung.“Perketat keamanan di luar!”“Kami diserang! Komplotan Bruno dengan persenjataan lengkap sedang mengamuk!”Mendengar pengakuan dari salah satu anggota di luar melalui alat komunikasi radio, kening Kikan mengerut. Semakin tajam dia menatap Deon.“Cowok sialan! Kamu cerdik juga!”Di titik ini, Deon pun tertawa terbahak-bahak. Dengan kilat, dia menepis tangan Kikan, lalu menyerangnya dengan tendangan memutar. Sang perempuan berhasil dirubuhkan. Deon tak berh

    Last Updated : 2021-05-04

Latest chapter

  • I'm the Director   Jangan Ikut Campur!

    Kikan tetap menarik lengan Deon sampai akhirnya keluar dari bar dan tiba di sebuah gang sempit. Dengan sangat keras, Kikan mengempaskan punggung Deon pada dinding. Perempuan ini menumpu kedua tangannya di antara kepala sang lelaki.“Ada apa ini?!” Deon bertanya dengan penuh penekanan.“Jangan ikut campur urusanku!” tegas Kikan dengan tatapan yang begitu tajam. Tak sedikit pun dia mengalihkan pandangan dari mata Deon.“Oh, gitu. Okay, aku sadar kalau itu bukan urusanku. Tapi, seorang laki-laki nggak akan tinggal diam saat melihat perempuan sedang tersiksa di depannya,” pungkas Deon, santai.“Tersiksa?! Apa aku terlihat tersiksa?! Dasar bodoh!”

  • I'm the Director   Kedatangan Deon Sebagai Pahlawan

    Atas kedatangan Deon yang secara tiba-tiba, Kikan cukup terkejut. Keningnya mengerut dan berangsur-angsur menjaga jarak. Sementara itu, lelaki dengan sweater yang telah mendapatkan pukulan keras dari Deon, kini menatap dengan tajam penuh intimidasi.“Sialan. Siapa lo?! Berani-beraninya lo memukul gue!” tegas lelaki dengan sweater.Deon mengangkat sebelah alisnya, lalu berkata, “Siapa aku nggak penting. Yang jelas, kamu udah bertindak kasar sama cewek. Kamu itu cowok, bukan banci, kan?!”Mendengar tanggapan Deon tersebut, sang lelaki dengan sweater lantas tertawa terbahak-bahak.“Sialan. Baru kali ini gue nemuin orang yang berani sama gue. Lo belum tahu siapa gue, hah?!”

  • I'm the Director   Ingatan Terakhir Tentang Pertarungan

    Deon terakhir kali mengingat bahwa dirinya telah menyelesaikan pertarungan dengan Aldrikov, juga Kikan yang memberikan ucapan selamat padanya. Kini, saat lelaki ini terbangun, entah mengapa dia terlihat sangat kebingungan.“Di mana aku?” tanya Deon sambil beranjak duduk. Dia melirik ke sekitar ruangan yang tak cukup luas tempatnya berada saat ini.Selang beberapa saat, matanya berhenti pada perempuan yang terlihat membatu.“Anggraini? Apa aku ada di rumah sakit?” tanya Deon kesekian kalinya.“Deon! Syukurlah lo udah sadar!”Tanpa menjawab pertanyaan sang lelaki, Anggraini lantas memeluk tubuh Deon yang dipenuhi oleh perba

  • I'm the Director   Akulah Pemenangnya

    Semua persiapan telah dilakukan oleh Deon dan Aldrikov. Kini, keduanya saling tatap satu sama lain.“Aku yang menang, Tua Bangka!”Keduanya melesat dengan sangat cepat. Deon menggerakkan tangannya secara vertikal, tetapi Aldrikov melompat begitu tinggi hingga melewati tubuh Deon. Hal ini membuat lelaki bertubuh atletis ini tersentak kaget. Dia kehilangan momentum. Alhasil, ketika berbalik badan, tangan Aldrikov telah siap melukai wajah dan perutnya.Walau begitu, Deon tak tinggal diam. Tak ingin kalah cepat, dia memutar kedua tangannya ke arah kanan dan berhasil menangkis serangan lawan. Sayangnya, entakan yang begitu kuat membuat Deon terempas beberapa meter.“Kamu terlalu percaya diri.”

  • I'm the Director   Kikan Menjadi Wasit

    Deon dan Aldrikov menoleh ke sumber suara. Keduanya tercengang karena melihat bahwa Kikan-lah yang memiliki suara menggelegar barusan. Deon mengerutkan kening, lalu meningkatkan kewaspadaan. Baginya, tidak mungkin perempuan sadis ini tidak ikut campur dalam pertarungannya.“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau mengganggu pertarunganku dengan si tua bangka ini?!” tegas Deon dengan tatapan yang begitu tajam.Kikan lantas tertawa bergelak mendengar dugaan Deon.“Nggak juga. Aku datang nggak untuk mengganggu jalannya pertarunganmu dengan Aldrikov.”Sambil mengangkat sebelah alisnya, Deon bertanya, “Lalu? Apa yang kamu inginkan?”

  • I'm the Director   Aliran Elang Pemangsa

    “B-bang … sat!”Tubuh Deon lemas seketika. Anggraini terbelalak kaget karena merasakan cairan kental memenuhi tangannya. Dia lihat, lalu air matanya pun keluar begitu banyak.“DEON!”Di titik ini, napas Deon mulai tak beraturan. Dia seperti orang yang kedinginan, tetapi udara yang masuk ke mulutnya sangat terbatas. Bahkan saat Anggraini menjadi lemas, Deon tidak mampu menopang beban tubuhnya hingga harus tergeletak di tanah.Dengan posisi berbaring, Deon menyaksikan wajah pria paruh baya yang masih mengacungkan pistol ke arahnya. Sang lawan menyeringai, lalu berkata, “Saya sudah mengatakannya padamu. Kamu akan mati di tempat ini.”

  • I'm the Director   Usaha Tak Mengkhianati Hasil

    Ketika pria berambut panjang hendak pergi bersama para anak buahnya yang bertugas membawa Deon, sebuah suara menghentikannya.“Serahkan Deon sama gue!”Pria paruh baya berbalik badan. Yang terlihat ialah seorang perempuan yang sedang membawa dua pistol di tangan dan dua pedang yang terselip di punggung.“Oh, bukankah kamu ….” Pria tersebut tidak melanjutkan kalimatnya. Namun, dia pun tertawa kemudian.“Ya, ya. Saya pernah mendengar desas-desus kalau salah satu senjata pembunuh Tyrex ikut bergabung ke Bruno. Dan tentu saja, yang mereka maksud adalah kamu. Kamulah pengkhianatnya.”Perempuan yang tak lain ialah Melind

  • I'm the Director   Gugurnya Harapan

    Mendengar pernyataan pria berambut panjang, tatapan Deon semakin serius. Baginya, sekarang basa-basi tidak lagi diperlukan. Entah benar atau tidak bahwa para anggota Bruno tengah bertempur dengan anak buah si pemasok senjata ini.“Kalau gitu, kita buktiin di sini siapa yang lebih hebat.”Ketika Deon hendak menyiapkan kuda-kuda, pria berambut panjang berkata, “Tidak perlu.”Selang beberapa saat pria tersebut memberikan sinyal pada salah satu anak buahnya. Deon semakin waspada. Namun, dia tidak cukup cekat dalam menghindari sebuah peluru yang kemudian dilesatkan oleh anak buah si pemasok senjata. Alhasil, timah panas menancap di bahu sebelah kanan Deon.“Sialan!” jerit Deon sambil m

  • I'm the Director   Tangkas Pemberani

    Tidak mudah bagi Deon untuk melakukan pergerakan saat ini. Bahwa keadaan tubuhnya dipenuhi luka dan juga para anak buah pria berambut panjang terlihat siap dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Untuk itu, Deon hanya menatap ke arah sang lawan. Sesekali bergantian menatap Anggraini yang sedang dalam keadaan tertodong senjata.“Akhirnya, kami menemukanmu. Sebelum jadi mayat di sini, ada baiknya kita bicara beberapa patah kata,” ucap pria berambut panjang sambil berjalan mondar-mandir.Deon berusaha bangkit meski tubuhnya masih terasa pegal dan sakit. Tidak dipungkiri ada beberapa tulang yang patah akibat dirinya yang menggelinding di bukit terjal ini.“Oh, aku kira kalian nggak bisa berbasa-basi. Ternyata, sama aja.”

DMCA.com Protection Status