Share

Bab 6

Penulis: AlphaGirl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 21:26:16

Di sudut klub yang agak sepi, Alvaro duduk sambil mengaduk minumannya dengan wajah serius. Anton, Bagas, dan Rafa duduk di depannya dengan ekspresi penuh penasaran serta wajah yang siap mengejeknya, siap untuk mengulik kejadian barusan.

Bagas:

“Al, sumpah, tadi lu kenapa bisa kelepasan gitu? Lu biasanya dingin banget, tapi tadi... wah, itu mah bukan Alvaro yang gue kenal.” Bagas cekikikan sambil menunjuk Alvaro dengan gelasnya.

Anton:

“Eh, gue ngerti kenapa. Gue udah bilang ke lu tadi, kan? Lu tuh udah tertarik sama dia dari awal. Dari pas ketemu dia di jalan.”

Rafa:

“Ketemu di jalan? Maksud lu?”

Anton langsung duduk lebih dekat ke Rafa dan Bagas, sambil nyengir lebar.

Anton:

“Jadi gini, tadi siang si Al ini ketemu sama cewek itu di jalan. Gue sama dia lagi naik mobil, terus ada cewek jalan kaki, keliatan capek banget. Nah, Al ini tiba-tiba nyuruh gue pelanin mobil, terus dia mandangin cewek itu lama banget. Bahkan sampai kantor gue langsung cari tahu latar belekang gadis itu”

Bag
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • I Want You, Om Duda   Bab 1

    "Mama menyesal kalian berdua hidup!""Mama nyesel!" teriak Tina, ibu Lea dan Ara."Kenapa punya anak harus hidup, sih?" amarahnya semakin memuncak.Lea dan Ara, kakak beradik itu, hanya bisa menunduk sambil menangis mendengar amukan ibu mereka."Ma-Mama, maafin Lea, Ma. Maafin Lea," isak Lea, air mata mengalir deras di pipinya."Kenapa kamu harus hidup, Lea?!" tanya sang ibu dengan penuh kebencian, menarik rambut Lea dengan kasar."Kenapa harus hidup!" jeritnya lagi sambil mendorong Lea hingga jatuh ke lantai."Kamu juga!" lanjutnya kepada Ara, "Kamu cuma bikin Mama susah. Dasar penyakitan!" teriak Tina penuh emosi.Ara hanya bisa menangis di pelukan kakaknya. Mereka berdua tidak pernah melawan ketika ibu mereka marah. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menerima semua siksaan itu.Kehidupan mereka tidak seperti anak-anak lain. Setiap kali Tina pulang dari kerja, Lea dan Ara harus menghadapi amukan dan kekerasannya.Lea hanya bisa berharap suatu saat ibunya akan berubah. Tidak lagi meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • I Want You, Om Duda   Bab 2

    Leah berjalan cepat menuju pintu restoran, tapi tangan Tina dengan cepat mencengkeram lengannya."Leah, kamu apa-apaan sih?!" teriak Tina dengan nada tinggi, wajahnya memerah menahan emosi.Leah menoleh tajam, matanya berkaca-kaca. "Mama yang apa-apaan?! Kenapa tega banget mau 'jual' aku ke om-om hidung belang tadi? Mama tega?!" Suaranya pecah, meluapkan rasa kecewa yang sudah menumpuk.Tina menarik napas panjang, berusaha menahan amarahnya. "Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Leah! Mama nggak pengin kamu hidup kekurangan. Kalau kamu nikah sama suami yang banyak uang, kamu bakal bahagia.""Bahagia, Ma? Bahagiaaaa? Itu bukan bahagia aku, tapi bahagia Mama! Apa sih yang Mama dapat dari om-om itu sampai tega ngorbanin aku? Aku anak Mama, bukan barang yang bisa dijual-beli!" Air mata Leah akhirnya jatuh, membasahi pipinya."Leah..." Tina mencoba mendekati, tapi Leah mundur selangkah, tubuhnya gemetar."Kenapa harus aku, Ma? Aku udah ngelakuin semuanya buat Mama, buat adek. Aku kerja ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • I Want You, Om Duda   Bab 3

    Pagi itu, udara dingin masih menyelimuti.Lea tiba di rumah dengan langkah berat. Jam menunjukkan pukul lima subuh, tubuhnya terasa remuk, tapi pikirannya jauh lebih kusut. Setelah malam yang melelahkan di rumah Manda dan pertengkaran sengit dengan ibunya, dia menarik napas panjang, berharap bisa meredakan kekacauan di dalam dirinya.Begitu membuka pintu, Lea kaget melihat Ara duduk di ruang tamu, setengah mengantuk tapi jelas sedang menunggunya."Kaak, baru pulang?" Ara menyapa dengan suara lembut, matanya sembap tapi ada rasa lega di wajahnya.Lea melepas sepatunya dengan malas, menaruhnya asal di rak. "Iya. Kamu ngapain bangun sepagi ini, Ra? Kan masih pagi banget," tanyanya, suaranya datar meski jelas ada kelelahan di situ.Ara tersenyum kecil, lalu mengangkat dua kotak makan yang sudah dia siapkan. "Aku bikinin sarapan. Kakak pasti capek, kan? Nih, roti bakar sama telur. Ada susu juga. Biar Kakak nggak tambah lemes."Lea terdiam. Meski dia nggak pernah nunjukin sisi lembutnya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • I Want You, Om Duda   Bab 4

    Di dalam klinik sekolah yang hening, Bastian duduk di kursi dekat ranjang Leah sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Leah masih terbaring, mencoba memulihkan tenaganya. Tiba-tiba, suara pintu yang dibuka dengan kasar memecah keheningan.“LEAAAHHH!!” teriak seorang cewek dengan suara melengking.Bastian langsung melompat dari kursinya, hampir saja menjatuhkan tas Leah. “Astaga, apaan sih?!”Manda, sahabat Leah, masuk dengan wajah panik. Rambutnya sedikit berantakan, dan dia membawa tas selempang yang hampir melorot dari pundaknya. “Leah! Lo kenapa pingsan? Kok gue baru tahu?! Siapa yang ngabarin gue telat banget?! Gila ya, ini tuh serius banget, Leah! Gue pikir lo udah mati!”Leah yang baru saja membuka matanya langsung memijat pelipisnya. “Manda, lo bisa nggak sih nggak heboh? Gue masih hidup, nih. Santai aja kali.”Manda nggak peduli. Dia mendekat ke ranjang dan memeriksa Leah dari kepala sampai kaki, seperti dokter amatir. “Lo pucet banget, sumpah! Lo sakit apa? Kok bisa pingsan? Lo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • I Want You, Om Duda   Bab 5

    Malam itu, Leah dan Manda bersiap untuk menjalani malam yang mereka yakin akan penuh dengan gemerlap dan kegilaan. Kamar Manda yang biasanya berantakan kini jadi ajang fashion show dadakan. Leah berdiri di depan cermin besar, mematut diri dalam gaun merah merona yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Belahan dadanya yang menggoda, punggung terbuka, dan lipstik merahnya membuat Leah tampak seperti dewi malam."Mand, gue keliatan terlalu mencolok nggak sih?" Leah nanya sambil muter-muter depan cermin.Manda, yang lagi sibuk ngolesin highlighter di tulang pipinya, melirik Leah dan langsung melongo. "Leah, sumpah! Lo kayak mau jalan di red carpet Grammy, cuy! Gila, body lo tuh gitar Spanyol banget! Kalau gue cowok, udah nggak mikir dua kali buat deketin lo!"Leah ngakak kecil, tapi tetap kelihatan puas dengan pujian itu. "Lo juga nggak kalah, Mand. Outfit lo tuh... wow. Hitam, ketat, dan... ya ampun, itu rok atau kain sisa?!"Manda ketawa ngakak. "Eh, ini fashion, Leah! Lo nggak ngerti. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05

Bab terbaru

  • I Want You, Om Duda   Bab 6

    Di sudut klub yang agak sepi, Alvaro duduk sambil mengaduk minumannya dengan wajah serius. Anton, Bagas, dan Rafa duduk di depannya dengan ekspresi penuh penasaran serta wajah yang siap mengejeknya, siap untuk mengulik kejadian barusan.Bagas: “Al, sumpah, tadi lu kenapa bisa kelepasan gitu? Lu biasanya dingin banget, tapi tadi... wah, itu mah bukan Alvaro yang gue kenal.” Bagas cekikikan sambil menunjuk Alvaro dengan gelasnya.Anton: “Eh, gue ngerti kenapa. Gue udah bilang ke lu tadi, kan? Lu tuh udah tertarik sama dia dari awal. Dari pas ketemu dia di jalan.”Rafa: “Ketemu di jalan? Maksud lu?”Anton langsung duduk lebih dekat ke Rafa dan Bagas, sambil nyengir lebar.Anton: “Jadi gini, tadi siang si Al ini ketemu sama cewek itu di jalan. Gue sama dia lagi naik mobil, terus ada cewek jalan kaki, keliatan capek banget. Nah, Al ini tiba-tiba nyuruh gue pelanin mobil, terus dia mandangin cewek itu lama banget. Bahkan sampai kantor gue langsung cari tahu latar belekang gadis itu”Bag

  • I Want You, Om Duda   Bab 5

    Malam itu, Leah dan Manda bersiap untuk menjalani malam yang mereka yakin akan penuh dengan gemerlap dan kegilaan. Kamar Manda yang biasanya berantakan kini jadi ajang fashion show dadakan. Leah berdiri di depan cermin besar, mematut diri dalam gaun merah merona yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Belahan dadanya yang menggoda, punggung terbuka, dan lipstik merahnya membuat Leah tampak seperti dewi malam."Mand, gue keliatan terlalu mencolok nggak sih?" Leah nanya sambil muter-muter depan cermin.Manda, yang lagi sibuk ngolesin highlighter di tulang pipinya, melirik Leah dan langsung melongo. "Leah, sumpah! Lo kayak mau jalan di red carpet Grammy, cuy! Gila, body lo tuh gitar Spanyol banget! Kalau gue cowok, udah nggak mikir dua kali buat deketin lo!"Leah ngakak kecil, tapi tetap kelihatan puas dengan pujian itu. "Lo juga nggak kalah, Mand. Outfit lo tuh... wow. Hitam, ketat, dan... ya ampun, itu rok atau kain sisa?!"Manda ketawa ngakak. "Eh, ini fashion, Leah! Lo nggak ngerti. S

  • I Want You, Om Duda   Bab 4

    Di dalam klinik sekolah yang hening, Bastian duduk di kursi dekat ranjang Leah sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Leah masih terbaring, mencoba memulihkan tenaganya. Tiba-tiba, suara pintu yang dibuka dengan kasar memecah keheningan.“LEAAAHHH!!” teriak seorang cewek dengan suara melengking.Bastian langsung melompat dari kursinya, hampir saja menjatuhkan tas Leah. “Astaga, apaan sih?!”Manda, sahabat Leah, masuk dengan wajah panik. Rambutnya sedikit berantakan, dan dia membawa tas selempang yang hampir melorot dari pundaknya. “Leah! Lo kenapa pingsan? Kok gue baru tahu?! Siapa yang ngabarin gue telat banget?! Gila ya, ini tuh serius banget, Leah! Gue pikir lo udah mati!”Leah yang baru saja membuka matanya langsung memijat pelipisnya. “Manda, lo bisa nggak sih nggak heboh? Gue masih hidup, nih. Santai aja kali.”Manda nggak peduli. Dia mendekat ke ranjang dan memeriksa Leah dari kepala sampai kaki, seperti dokter amatir. “Lo pucet banget, sumpah! Lo sakit apa? Kok bisa pingsan? Lo

  • I Want You, Om Duda   Bab 3

    Pagi itu, udara dingin masih menyelimuti.Lea tiba di rumah dengan langkah berat. Jam menunjukkan pukul lima subuh, tubuhnya terasa remuk, tapi pikirannya jauh lebih kusut. Setelah malam yang melelahkan di rumah Manda dan pertengkaran sengit dengan ibunya, dia menarik napas panjang, berharap bisa meredakan kekacauan di dalam dirinya.Begitu membuka pintu, Lea kaget melihat Ara duduk di ruang tamu, setengah mengantuk tapi jelas sedang menunggunya."Kaak, baru pulang?" Ara menyapa dengan suara lembut, matanya sembap tapi ada rasa lega di wajahnya.Lea melepas sepatunya dengan malas, menaruhnya asal di rak. "Iya. Kamu ngapain bangun sepagi ini, Ra? Kan masih pagi banget," tanyanya, suaranya datar meski jelas ada kelelahan di situ.Ara tersenyum kecil, lalu mengangkat dua kotak makan yang sudah dia siapkan. "Aku bikinin sarapan. Kakak pasti capek, kan? Nih, roti bakar sama telur. Ada susu juga. Biar Kakak nggak tambah lemes."Lea terdiam. Meski dia nggak pernah nunjukin sisi lembutnya ke

  • I Want You, Om Duda   Bab 2

    Leah berjalan cepat menuju pintu restoran, tapi tangan Tina dengan cepat mencengkeram lengannya."Leah, kamu apa-apaan sih?!" teriak Tina dengan nada tinggi, wajahnya memerah menahan emosi.Leah menoleh tajam, matanya berkaca-kaca. "Mama yang apa-apaan?! Kenapa tega banget mau 'jual' aku ke om-om hidung belang tadi? Mama tega?!" Suaranya pecah, meluapkan rasa kecewa yang sudah menumpuk.Tina menarik napas panjang, berusaha menahan amarahnya. "Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Leah! Mama nggak pengin kamu hidup kekurangan. Kalau kamu nikah sama suami yang banyak uang, kamu bakal bahagia.""Bahagia, Ma? Bahagiaaaa? Itu bukan bahagia aku, tapi bahagia Mama! Apa sih yang Mama dapat dari om-om itu sampai tega ngorbanin aku? Aku anak Mama, bukan barang yang bisa dijual-beli!" Air mata Leah akhirnya jatuh, membasahi pipinya."Leah..." Tina mencoba mendekati, tapi Leah mundur selangkah, tubuhnya gemetar."Kenapa harus aku, Ma? Aku udah ngelakuin semuanya buat Mama, buat adek. Aku kerja ba

  • I Want You, Om Duda   Bab 1

    "Mama menyesal kalian berdua hidup!""Mama nyesel!" teriak Tina, ibu Lea dan Ara."Kenapa punya anak harus hidup, sih?" amarahnya semakin memuncak.Lea dan Ara, kakak beradik itu, hanya bisa menunduk sambil menangis mendengar amukan ibu mereka."Ma-Mama, maafin Lea, Ma. Maafin Lea," isak Lea, air mata mengalir deras di pipinya."Kenapa kamu harus hidup, Lea?!" tanya sang ibu dengan penuh kebencian, menarik rambut Lea dengan kasar."Kenapa harus hidup!" jeritnya lagi sambil mendorong Lea hingga jatuh ke lantai."Kamu juga!" lanjutnya kepada Ara, "Kamu cuma bikin Mama susah. Dasar penyakitan!" teriak Tina penuh emosi.Ara hanya bisa menangis di pelukan kakaknya. Mereka berdua tidak pernah melawan ketika ibu mereka marah. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menerima semua siksaan itu.Kehidupan mereka tidak seperti anak-anak lain. Setiap kali Tina pulang dari kerja, Lea dan Ara harus menghadapi amukan dan kekerasannya.Lea hanya bisa berharap suatu saat ibunya akan berubah. Tidak lagi meny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status