Share

Scene 5

Penulis: Rose Marberry
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-02 10:42:34

Joko.

Nama yang begitu menganggu Cheryl. Apa benar begitu? Jika itu kenyataan, apa Cheryl bisa menerima nama itu. Atau Sandra berbohong, jika Joko itu nama orang tua si tampan.

Hari ini, Cheryl nekat lagi ke fakultas Teknik. Demi pujaan hati.

Cheryl ingin menanyakan langsung ke sang empunya, jika benar, Cheryl akan pikir-pikir lagi, untuk menerima kekurangan nama lelaki itu. Tapi Cheryl yakin, bukan itu namanya. Penampilannya, bukan orang biasa. Cheryl bisa melihat, tampilan Juna a.k.a Joko, seperti orang kaya.

Mawar jengah, dan sudah lelah dengan pengejaran dan kegigihan Cheryl, namun hasilnya nihil. Sebenarnya, Mawar sudah tahu namanya. Namun, ia malas memberitahu Cheryl. Biarkan saja, agar Cheryl berusaha lebih keras lagi, walau ujungnya ia yang disusahkan.

Mawar memakan kacang berbalur coklat dengan tak berselera. Mereka bolos mata kuliah Essay Writing. Kebetulan yang mengajar Mam Nani. Seorang dosen cantik, yang menjadikan Cheryl mahasiswa kesayangan. Mam Nani, sering memberi Cheryl uang dan selalu memberi nilai lebih pada Cheryl. Padahal Cheryl terkenal pemalas di kelas. Dan Cheryl bukanlah, mahasiswa otak encer, namun gadis seperti cacing kepanasan ini, tak pernah menyadari jika ia memiliki kekurangan. Malah, Mawar mahasiswa yang aktif di kelas.

Cheryl dan Mawar menunggu di bangku pohon pinus seperti biasanya, yang sudah dibuat bangku dari semen, dengan meja berbentuk bundar.

Cheryl menyeruput yogurt dengan lesu, sambil menopang kepalanya.

"Demi apa, hari-hari kuliah gini terus." Kilah Mawar.

"Dengar ya, Mawar, melati, semuanya busuk. Ini akan kita jadikan kenangan yang takkan kita lupa sampai tua. Apalagi, nanti aku jadikan, bahan cerita buat obrolan di ranjang nanti, sama suami." Otak Cheryl sudah berkelana ke masa depan. Bagaimana Joko menjadi suaminya. Dan mereka berbagi cerita bersama semasa muda. Cheryl akan bercerita, bagaimana perjuangannya untuk mendapatkan suaminya nanti. Cheryl tentu akan ingat, karena ada Meredith yang selalu mendengar keluh kesah Cheryl, dan menyimpan buku itu hingga tua.

"Aelah, bahasa lu, ketinggian. Aku juga yang disusahkan." Mawar mendengus kesal.

"Jadi Mawar nggak ikhlas?" Tanya Cheryl dengan mendramatisasi keadaan. Ia pura-pura memasang wajah melas.

"Basi!" Mawar menarik rambut Cheryl. Jengah, melihat tingkah temannya.

"Sialan!" Cheryl menepis tangan Mawar. Yang ada, Mawar menarik rambut sahabatnya kuat. Tak terima dengan perlakuan Mawar, Cheryl membalas dengan menarik rambut Mawar kuat. Keduanya, saling menarik rambut masing-masing lawan.

"Kau nggak tahu, aku itu lebih cantik dari Mawar." Ujar Cheryl berapi-api.

Mawar tersenyum meremehkan Cheryl, layaknya si antagonis yang bisa berbicara dalam hati. "Gue juga cantik! Bahkan, cantikkan aku kemana-mana."

"Aku cantik tujuh turunan."

"Cewek cantik, tapi dada rata, biasanya nggak laku di mata cowok." Bisik Mawar. Ya, Mawar memiliki kelebihan badan yang nyaris sempurna bagi idaman lelaki. Cheryl sempat melirik ke buah dadanya yang rata. Benar-benar rata.

Cheryl menjadi panas, Mawar sering membanggakan dirinya.

"Sialan!" Maki Cheryl. Ia menarik rambut Mawar kuat, tarikan Mawar juga tak kalah kuat.

"Aw... sakit."

"Mampus, rasakan!" Cheryl menarik rambut Mawar lagi. Keduanya saling menatap penuh permusuhan. Keadaan memanas, Mawar mengirimkan sinyal api, begitu juga Cheryl ingin menyemburkan api ke sahabatnya.

Kekuatan dari mana, Cheryl berhasil membanting Mawar ke tanah. Badan Cheryl lebih kurus dari tubuh Mawar yang semok.

"Jahat kau! Lihat aja, aku akan implan payudara."

"Hahaha, implan itu, isinya cuman air." Emosi dengan ejekan Mawar, Cheryl menarik sekuat mungkin.

"Aww... udah-udah." Teriak Mawar.

"Dek?"

Deg! Cheryl berbalik, dan rupanya aksi bar-bar mereka, disaksikan banyak orang. Cheryl merapikan bajunya, dan mengelurkan tangannya ke sahabatnya untuk bangun.

Cheryl menepuk-nepuk bajunya. Dan ia bisa melihat sang pujaan hati berada di kerumunan itu, menatapnya dengan tatapan kosong. Aish, gagal.

Mawar merapikan rambutnya, dan bajunya dari kotoran yang menempel di bajunya. Mawar bisa melihat, tatapan Juna hanya tertuju padanya. Apa ia boleh geer?

"Abang!" Pekik Cheryl, ketika melihat sang pujaan hati berbelok arah.

"Cheryl kan?" Cheryl mengangkat alisnya. Ada mahasiswa dari jurusan lain yang mengenalnya. Sebenarnya ia tak asing dengan wajahnya, tapi lupa nama.

"Iya."

"Abang, Essam. Lupa ya? Kita kan dulu satu sekolah." Cheryl nyegir. Dia cepat lupa orang, hanya ingat sekilas wajahnya. Cheryl payah mengingat nama orang, apalagi semua nama ia pelesetkan.

"Oh iya." Ingatan Cheryl kembali ke masa lalu, ah Essam ini kakak kelas waktu SMP, ketika Cheryl yang masih kelas VII dan banyak kakak kelas yang menyatakan rasa suka padanya, namun Cheryl tidak pernah menanggapi. Cheryl tak pernah jatuh cinta selama hidupnya, dan ini pertama kalinya ia jatuh cinta. Tapi sepertinya, ia harus berdarah-darah dulu, berhasil.

Bola terang muncul di kepala Cheryl. Bukannya mereka satu fakultas, berarti?

"Ah, iya. Cheryl ingat, abang yang dulu itu. Ya-ya ingat." Cheryl menjadi sok akrab.

"Oh iya, abang sekelas sama Joko?" Mawar menutup mulutnya. Ia nyaris tertawa keras. Demi apa, Cheryl begitu bodoh dan polos?

"Joko siapa?" Essam heran. Sejak kapan, di kelasnya ada nama Joko? Joko Tingkir? Joker?

"Joko kawan abang."

"Siapa ya? Nggak ada namanya Joko di kelas." Sandra sialan! Ingin rasanya, Cheryl menyiram wajah Sandra yang menyebalkan itu pakai air keras.

"Itu loh bang, yang paling ganteng di kelas."

"Abang lah." Cheryl tertawa. Essam bukannya jelek-jelek bangat, tapi ia bukan type Cheryl. Dan bukan mereka yang Cheryl harapkan. Hanya si Joko itu, yang berhasil membuat hati Cheryl berbunga-bunga.

"Kalau ganteng, semua ganteng. Kan teknik, rata-rata cowok semua."

"Pokoknya yang ada huruf J." Mawar akhirnya membuka suara. Takkan menemukan titik terang, jika keogeban Cheryl melampui batas.

"Juna?" Mawar mengangguk. Juna? Nama yang begitu indah. Mendengar namanya saja, semakin membuat Cheryl jatuh cinta. Apalagi Juna menjadi miliknya.

"Yes, Juno. Abang sekelas kan?" Essam mengangguk.

"Iya. Oh iya, kalian tadi kenapa? Pasti rebutan cowok ya?" Cheryl tertawa keras. Mawar melihat Cheryl, tiba-tiba ia terdiam. Apa jadinya seandainya Cheryl tahu, apa yang ia rasakan sekarang, mereka menyukai satu orang. Dan, sekarang Mawar mengubur perasaannya jauh-jauh.

"Ahaha. Teori dari mana bang? Tahu nggak, Mawar sukanya sama yang tua. Yang muda dia nggak suka." Essam tersenyum. Cheryl yang dewasa, terlihat semakin memukau. Tawa dan suara Cheryl, dan keceriaannya, membuat siapa saja bisa jatuh cinta padanya.

"Oh iya, boleh minta nomor HP abang?" Cheryl tersenyum penuh setan. Modus boleh bukan? Dengan begini, jalan menuju pelaminan semakin mudah. Maksudnya, jalan menuju pelukan sang pujaan hati, semakin terbuka lebar.

"Ah, harusnya abang yang minta nomor Cheryl."

Lelaki itu tersenyum. Dan mengeluarkan ponselnya. Cheryl menyebutkan nomor ponselnya.

"Langsung kirim pesan ke Cheryl ya bang."

"Oh iya, makasih ya bang." Cheryl menarik tangan Mawar segera pergi dari sana. Satu langkah, sudah terbuka. Tinggal menunggu langkah selanjutnya.

Mawar berlari ke arah kelasnya. Tadi mereka bolos dengan alasan ijin ke toilet. Semoga saja, tas itu tak dibuang.

______________________________

Kelas telah bubar, dan teman-teman kelas Cheryl membentuk koloni masing-masing dan kebayankan memilih ke kantin.

Mawar dan Cheryl duduk di belakang fakultas, tepat di bawah pohon ketapang.

Benar saja, sudah ada pesan yang masuk.

E : save, Essam.

C : Abang, kalian lagi belajar ya?

Tak berselang lama, pesan itu sudah dibaca dan dibalas.

E : iya.

C : Juna belajar juga?

E : iya.

C : kirim salam ke Juno. Bilang belajar yang serius, biar cepat lamar aku hihihi.

Cheryl nyegir, ia membayangkan wajah tampan Juna, yang sedang serius belajar.

E : Juno? Joko?

C : hehehe, typo bang. Aku lebih suka manggil Juno.

E : Mau abang fotoin Juna?

Cheryl semakin cekikikan. Semesta sedang mendukungnya sekarang. Di rumah, ia boleh merasakan neraka. Yang penting di kampus ia berbahagia. Apalagi ada sang pujaan hati.

C : Boleh XD

Picture recieved.

Terlihatlah, gambaran seorang lelaki yang sedang serius memperhatikan penjelasan dosen. (Gambarnya ghoib. Wkwkwk)

Padahal gambar yang dikirim, gambar keadaan satu kelas. Cheryl langsung memasang story di sosial media milliknya.

Pujaan hati serius bangat elah. Jangan fokus ke mereka, fokus padaku saja.

#sedangberbunga #indahnyajatuhcinta #masadepan #menanti

Mawar yang melihat Cheryl berubah jadi manusia narsis, seketika ingin muntah. Mawar khawatir, kehaluan Cheryl berlebihan, dan akhirnya sahabatnya kecewa. Hidup Cheryl sudah kelam, jangan sampai nasib percintaannya sama.

F : ditunggu kabar baiknya.

Mawar membalas pesan itu. Cheryl tak menghiraukan dan sibuk berbalas pesan dengan Essam.

C : boleh dong, minta nomor Juno ^^

E : Juna....

Rasanya Cheryl ingin menari zumba, demi keberhasilannya.

Cheryl langsung menyimpan kontak itu dengan nama : masa depan, ayah dari anakku, pangeran berkuda poni.

"Demi apa, aku udah dapat nomornya."

"Seriusan?" Cheryl dengan bangga pamer nama alay itu. Mawar memutar bola matanya. Ia ingin Cheryl bahagia, tapi Mawar takut, suatu hari Cheryl dikecewakan.

"Yaudah kirim pesan sekarang." Perintah Mawar, ia penasaran bagaimana respon Juna. Apa lelaki itu melayani Cheryl?

"Ckckck. Dia pasti romantis bangat. Kenapa nggak dari dulu aja." Cheryl menggigit tasnya dengan gemas. Membayangkan, wajah tampan Juna yang terkekeh karena gombalan recehnya. Cheryl mengehentak-hetakkan kakinya.

"Ah... Mawar, kayaknya aku nikah muda deh. Kalau udah jadian, aku nggak mau pacaran lama-lama langsung lamaran aja." Ingin Mawar mengetuk kepala Cheryl pakai sepatu mahal yang ia pakai. Bagaimana mungkin, Cheryl si cacing kepanasan, sudah berpikir jauh ke arah sana. Mengurus dirinya saja, belum benar.

"Iyain biar cepat."

"Ah... aku senang." Cheryl memeluk Mawar dengan sangat erat.

"Yaudah, kirim pesan sana." Kesadaran Cheryl kembali. Ia memgambil ponselnya dan mengirim pesan ke pangerannya yang berkuda poni.

"Kayak mana bilangnya?" Cheryl bingung, untuk memulai chat bersama gebetan. Dirinya tak pernah menyukai orang dulu. Biasanya, banyak pesan dari banyak lelaki random yang ingin berkenalan dengannya.

"Hai masa depan. Aku ramal, sepuluh tahun lagi, akan ada anak kecil yang memanggilku Ibu dan memanggil kamu ayah." Celutuk Mawar asal. Cheryl mengerucutkan bibirnya.

"Hai, aku Cheryl. Si cantik dan menawan, yang membuatmu bertekuk lutut."

"Mending yang aku punya."

"Ok, Hai aku Cheryl. Kamu Juna 'kan? Junawan dari doa-doaku." Cheryl dan Mawar tertawa bersama, betapa konyolnya mereka.

"Aha! Tenang, dedek Cheryl ini, otaknya selalu encer dan cerdas."

C : hai, aku Cheryl. Yang kemarin nggak sengaja megang tytyd kamu. Masih ingat 'kan?

"Anjir... Cher. Kenapa harus bawa tytyd?"

"Biar dia langsung ingat." Cheryl nyegir.

"Yang ada cowok malah ilfeel. Ah, ogeb lo kelewatan." Omel Mawar. Ia yakin, Juna langsung merinding, ada cewek cantik yang berotak mesum seperti itu. Harusnya Cheryl malu, dan tak perlu mengungkit kejadian gila itu. Namun, sahabatnya yang tak beres, malah mengungkit masalah yang merusak reputasi dan harga dirinya sebagai wanita.

"Pasti dia senyum mesem. Gue kan cantik." Cheryl mengibaskan rambutnya. Entah kenapa, Cheryl begitu yakin, Juna juga jatuh cinta pada pandangan pertama seperti dirinya.

Ting!

Bunyi pesan masuk. Cheryl yakin, itu dari pangeran berkuda poni. Karena sebelumnya, telah ia setting nada dering khusus.

J : tytyd? Maaf, Kamu salah orang, aku nggak pernah skidapap.

Wajah Cheryl langsung turun ke bawah. Asli malu!

_____________________________

Ikutin terus, kebodohan Cheryl. Emak pengen buat, karakter cewek yang tak tahu malu, dan ogebnya kelewatan macem Cheryl.

E : Mawar, bilangin teman lu. Malu emak, nulis lu, masih kecil otaknya dah mesum -_-

M : dih, gue nggak pernah temanan ama dia.

C : ah... aku direbutin. Tapi moonmaap, dedek Cheryl cuman mau babang Juno.

(Emak dan Mawar langsung boker)

See you <3

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tita Zetta Amanda
hahaha...lucu Cheryl
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 6

    C : abang bohong -_-. Yang jumpa di tempat print kampus. J : maaf, saya memang nggak pernah ke tempat print kampus. Kamu salah orang. C : abang nggak lucu. Jangan gini dong, nanti aku sedih. Hiks, abang jahat :'( J : lah, saya bicara kenyataan. Cheryl bingung, dengan jawaban ini. Dia salah orang atau si tampan itu memang tak berminat padanya sama sekali.C : ini Juna kan? J : iya. C : semester 5? J : iya. C : abang jurusan teknik kan? J : ya dek. Teknik itu banyak. C : coba abang kirim foto abang. J : entar, aku dipelet lagi. C : kagaaa

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 7

    Pencarian Cheryl belum berakhir. Setelah, ia mempertaruhkan harga dirinya dan berakhir nyasar, membuat Cheryl tidak kapok. Tapi Cheryl semakin bersemangat, agar sang pujaan hati jatuh ke pelukannya.Kuliah tetap jalan, walau Cheryl tetap bolos demi memperjuangakan cintanya. Dan Mawar selalu mengorbankan dirinya.Mawar dan Cheryl tebar pesona di fakultas teknik, siapa tahu mereka cadangan cogan yang lain. Sungguh, Cheryl tidak mengerti dengan dirinya yang bertramsformasi menjadi cewek ganjen. Tapi ia menikmati ini semua, Cheryl ingin melupakan masalah yang menimpanya di rumah. Tak diakui.Cheryl meniup-niup poninya. Masih dalam proses menunggu, entah sampai kapan. Sedangkan Mawar fokus ke ponselnya, sesekali ia tersenyum. Tapi, Cheryl tak peduli pada kegiatan Mawar, ia ingin secepatnya menemui si tampan itu."Aku ke kedai dulu ya." Mawar pergi, Cheryl masih duduk disana."Jangan, suntuk. Ik

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 8

    Saatnya menebar pesona.Berbekal info dari Galvin, hari ini Cheryl berencana menemui sang pangeran berkuda poni. Jadi, Juna dan kawan-kawan, akan mabar alias main game bersama di cafe yang pernah Cheryl kunjungi dan berakhir sial. Dan hari ini Cheryl mencoba mencari peruntungan lain.Semenjak punya crush, Cheryl jadi rajin berdandan sekarang. Bahkan gadis itu, memakai lipstik berwarna pink yang lumayan menyilaukan mata, saking tebalnya."Emuah." Cheryl berpose ala-ala selebgram yang berfoto sambil memanyunkan bibir. Mawar jengah, melihat tingkah sahabatnya. Jadi, Cheryl memaksa Mawar agar mereka berjumpa kali ini. Cheryl harus menemui Juna langsung dan menyatakan perasaannya. Entah Cheryl bisa atau tidak, kita saksikan saja nanti bersama. Tapi, satu yang Cheryl yakini, Juna akan jatuh ke pelukannya."Udah cantik belum ya?" Sepanjang perjalanan, Cheryl berkaca, bahkan ia membenarkan bedaknya dengan jumlah y

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 9

    Patah hati.Patah hati bisa membawa dampak, bagi orang yang mengalami. Ada yang patah hati, berevolusi menjadi manusia jadi-jadian. Dalam artian, berubah menjadi manusia sukses. Berawal dari patah hati, mereka merangkak bangkit demi balas dendam akan sakit hati. Ada yang berubah jadi psikopat ketika mereka mengalami patah hati yang hebat.Dan Cheryl tidak termasuk diantara manusia-manusia itu. Gadis itu hanya meringkuk seharian sampai semalaman di kasur. Menangis ya ia menangis. Juna mematahkan semua tulangnya, hingga ke tulang belakang sampai tulang sumsum. Luar biasa. Bahkan, sekedar makan ia tak berselera.Bahkan, Cheryl merasa Meredith tak mampu menampung semua keluh kesahnya yang dirasa begitu pahit. Meredith tak sanggup.Cheryl masih menangis di kasur dengan pakaiannya yang belum diganti selama 4 hari. Patah hati yang begitu hebat.Cheryl masih ingat, ketika Juna keluar ia menangis d

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 10

    Chatting antara Cheryl dan Galvin semakin intens. Galvin merupakan lelaki yang begitu perhatian, dan sopan.Banyak hal receh yang Galvin lakukan demi membuat Cheryl tertawa, minimal gadis itu tersenyum malu. Bahkan, gadis itu melupakan Juna. Walau, di dalam hatinya tetap tertanam nama Juna disana. Ia merasa, Tuhan tak adil. Kenapa, Tuhan tak mengirim Galvin duluan. Hingga ia tak perlu berjumpa dengan Juna yang mematahkan semua hati dan tulangnya.Siang ini Galvin mengajak Cheryl berjumpa. Nongkrong seperti anak muda yang lain. Tapi, Galvin bilang akan ada Juna disana, jadi Cheryl harus mengajak Mawar.Cheryl juga sudah berjanji, hingga pulang kuliah, mereka bisa pergi kesana. Cheryl ingin berdamai, dan menerima semuanya atau minimal Juna terpukau melihat sikapnya. Karena Cheryl yakin, lambat-laun, Juna akan melihat dirinya.Cheryl ingin ia terlihat elegant di mata Juna sekarang. Walau ia pernah merendahkan

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 11

    Cheryl mengembungkan pipinya kesal. Ia menatap Sandra penuh permusuhan. Cheryl tak suka, saat Sandra seperti berusaha menarik perhatian Juna. Tapi, cowok itu tidak terpengaruh sama sekali."Perang dagang memang mengkhawatirkan. Takutnya, bisa berujung ke perang politik dan perang sebenarnya. Huuu.. ngeri sih, kalau semua negara udah gerak, bayangkan Rusia mihak ke China. Amerika gandengan dengan Korea Utara." Berkali-kali Cheryl mengembangkan hidungnya, karena jengah. Ia tak suka melihat cara Sandra yang berusaha membuat Juna terpukau pada kecerdasannya.Semua orang hanya diam. Sandra yang memimpin pembicaraan. Harusnya dia salah alamat. Para cowok yang berada disini semuanya jurusan teknik, siapa anak teknik yang mau mengurus politik? Cheryl tahu, Sandra berusaha agar ia terlihat cerdas dan berwawasan luas di mata semua lelaki.Mawar bermain ponsel sambil tersenyum seperti orang gila, sambil menyeruput minumannya. Sedangk

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 12

    Cheryl mengajak ingin ikut ke rumah Mawar. Cewek itu ingin main bersama Jasmine, atau melihat Jared-- Abang Mawar yang tampan. Tapi, tujuan utama Cheryl ingin bertemu Jevi. Cewek berisik itu, ingin merasakan kehangatan seorang ayah.Cheryl begitu excited, dia akan merasakan apa itu rumah saat berada di rumah sahabatnya. Dan rumah Mawar, banyak makanan, jadi Cheryl bebas makan."Semalam Ibu sama Jasmine buat ice cream." Mata kucing mendadak menyala. Benar-benar surga kedebgarannya."Buat banyak 'kan? Aku mau makan sendiri satu kotak." Pekik Cheryl riang. Di rumah Mawar ia akan merasakan sebagai seorang ratu, anggap rumah sendiri, kehangatan, dan makanan yang berlimpah."Buat 2 aja.""Yah..." Cheryl mendesah kecewa."Nanti bagi sama Jasmine aja. Kan dia yang buat, bisa heboh serumah kalau dia nggak dapat. Manjanya naudzubillah tuh anak." Cheryl tersenyum sekilas pada Mawar.

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 13

    Cheryl menyobek kertas tulisan Mawar. Gadis itu menyimpan kertas itu di dalam branya, karena di bajunya tak ada saku. Cheryl melipat kecil dan memasukan ke dalam.Cheryl tentu shock, selama ini Mawar berpura-pura mengejek dirinya dan Juna, padahal ia menyukai Juna. Sudah sedalam apa, Mawar menyukai Juna?Gadis itu terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak tahu, harus berbuat apa. Cheryl tidak bisa membenci Mawar, Mawar segalanya. Tapi kenapa harus Juna? Apa tak ada lelaki lain di dunia ini? Bahkan, Mawar bisa suka Aldo, Galvin, Esam, dan cowok lain di kelas mereka. Kenapa harus Juna? Why?Perasaan Mawar pada Juna merupakan sebuah bencana, ia tak mungkin membenci Mawar. Hanya Mawar yang ia punya di dunia ini, orang yang selalu mengerti dirinya. Cheryl menunduk dan meremas rambutnya, tak mengerti dengan takdir hidupnya tak berkesudahan. Gadis itu terisak, ia tak mungkin melupakan perasaannya pada Juna, lelaki itu cinta pert

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-02

Bab terbaru

  • I WAS NEVER YOURS   Fun Facts

    1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 40 (Tamat)

    Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 39

    Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 38

    Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 37

    Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 36

    "Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 35

    1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 34

    "Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 33

    Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga

DMCA.com Protection Status