Share

Scene 11

Author: Rose Marberry
last update Last Updated: 2020-09-02 10:47:25

Cheryl mengembungkan pipinya kesal. Ia menatap Sandra penuh permusuhan. Cheryl tak suka, saat Sandra seperti berusaha menarik perhatian Juna. Tapi, cowok itu tidak terpengaruh sama sekali.

"Perang dagang memang mengkhawatirkan. Takutnya, bisa berujung ke perang politik dan perang sebenarnya. Huuu.. ngeri sih, kalau semua negara udah gerak, bayangkan Rusia mihak ke China. Amerika gandengan dengan Korea Utara." Berkali-kali Cheryl mengembangkan hidungnya, karena jengah. Ia tak suka melihat cara Sandra yang berusaha membuat Juna terpukau pada kecerdasannya.

Semua orang hanya diam. Sandra yang memimpin pembicaraan. Harusnya dia salah alamat. Para cowok yang berada disini semuanya jurusan teknik, siapa anak teknik yang mau mengurus politik? Cheryl tahu, Sandra berusaha agar ia terlihat cerdas dan berwawasan luas di mata semua lelaki.

Mawar bermain ponsel sambil tersenyum seperti orang gila, sambil menyeruput minumannya. Sedangk

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 12

    Cheryl mengajak ingin ikut ke rumah Mawar. Cewek itu ingin main bersama Jasmine, atau melihat Jared-- Abang Mawar yang tampan. Tapi, tujuan utama Cheryl ingin bertemu Jevi. Cewek berisik itu, ingin merasakan kehangatan seorang ayah.Cheryl begitu excited, dia akan merasakan apa itu rumah saat berada di rumah sahabatnya. Dan rumah Mawar, banyak makanan, jadi Cheryl bebas makan."Semalam Ibu sama Jasmine buat ice cream." Mata kucing mendadak menyala. Benar-benar surga kedebgarannya."Buat banyak 'kan? Aku mau makan sendiri satu kotak." Pekik Cheryl riang. Di rumah Mawar ia akan merasakan sebagai seorang ratu, anggap rumah sendiri, kehangatan, dan makanan yang berlimpah."Buat 2 aja.""Yah..." Cheryl mendesah kecewa."Nanti bagi sama Jasmine aja. Kan dia yang buat, bisa heboh serumah kalau dia nggak dapat. Manjanya naudzubillah tuh anak." Cheryl tersenyum sekilas pada Mawar.

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 13

    Cheryl menyobek kertas tulisan Mawar. Gadis itu menyimpan kertas itu di dalam branya, karena di bajunya tak ada saku. Cheryl melipat kecil dan memasukan ke dalam.Cheryl tentu shock, selama ini Mawar berpura-pura mengejek dirinya dan Juna, padahal ia menyukai Juna. Sudah sedalam apa, Mawar menyukai Juna?Gadis itu terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak tahu, harus berbuat apa. Cheryl tidak bisa membenci Mawar, Mawar segalanya. Tapi kenapa harus Juna? Apa tak ada lelaki lain di dunia ini? Bahkan, Mawar bisa suka Aldo, Galvin, Esam, dan cowok lain di kelas mereka. Kenapa harus Juna? Why?Perasaan Mawar pada Juna merupakan sebuah bencana, ia tak mungkin membenci Mawar. Hanya Mawar yang ia punya di dunia ini, orang yang selalu mengerti dirinya. Cheryl menunduk dan meremas rambutnya, tak mengerti dengan takdir hidupnya tak berkesudahan. Gadis itu terisak, ia tak mungkin melupakan perasaannya pada Juna, lelaki itu cinta pert

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 14

    "Woi ngomong!" Mawar menarik baju Cheryl, seperti orang yang mengajak tempur. Cheryl abai. Sudah seminggu lebih, gadis itu mengabaikan sahabatnya. Bahkan, Cheryl tidak berangkat bersama Mawar. Cheryl berangkat bersama maminya. Entah kenapa, mengingat moment ini, air mata Cheryl selalu ingin tumpah. Ia bahagia."Loe kenapa sih?" Mawar masih menarik baju Mawar. Gadis itu menepis tangan sahabatnya--mantan sahabat."Lepasin Mawar. Nanti baju aku koyak." Cheryl mencoba bersabar. Dengan berbicara pelan."Ngomong dulu setan! Kau kenapa, jadi aneh gini?" Mawar tak terima. Cheryl menatap Mawar. Ia sayang Mawar, tapi Cheryl belum bisa menerima kenyataan, Mawar menyimpan perasaan pada Juna. Kenapa harus lelaki itu?"Proses pendewasaan." Sahut Cheryl asal."Gegayaan pakai dewasa. Nonton bokep biar dewasa!" Semprot Mawar. Ia sudah sangat gerah dengan sikap Cheryl. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 15

    Kedua manusia dalam ruangan itu sama-sama terkejut. Mawar hanya menganga, sambil menutup mulutnya. Air mata Cheryl turun sambil memegangi pipinya yang ditampar Mawar. Oleh orang yang paling ia percaya di muka bumi ini."Bahkan, hanya karena seorang laki-laki yang nggak tahu hatinya buat siapa, tapi kamu nampar aku!" Air mata Cheryl meluruh. Bukan karena tamparan itu, tapi ia sakit hati, seolah Mawar lebih memilih Juna dibanding dirinya."Kau yang lancang! Kenapa buka privasi orang?!""Tapi aku temukan jawaban! Kenapa Mawar harus berpura-pura, Kalau memang suka sama Juna?""Karena, aku mau menghargai perasaan kau! Kamu egois Cheryl! Tidak pernah pahami aku, yang tahunya aku adalah manusia serba bisa yang bisa dipakai sesuka hati!" Mawar menyuarakan segala keluh kesah yang ia simpan, selama ia berteman dengan Cheryl."Bukan gitu...""Diam!" Bentak Mawar."Ak

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 16

    Tangan Cheryl gemetaran membaca pesan itu. Ia sampai mengipasi wajahnya, matanya memanas. Katakan ia lebay, Juna yang hanya bisa ia gapai dalam mimpi, bahkan dalam mimpi saja Juna terlihat kejam, tiba-tiba mengirimi Cheryl pesan cinta, seolah besok kiamat."Anjer... anjer..." Cheryl mengucek matanya, ia sedang tidak bermimpi, ini bukan Juna KW, bukan Mimi Peri, bukan Tinkerbell, ini Juna asli, pangeran berkuda poni."Ah... ya ampun. Gila! Ini gila! Astaga!" Cheryl masih menampar pipinya, ia sedang tidak bermimpi. Dengan norak, Cheryl menciumi benda pipih itu berkali-kali, layaknya ia mencium Juna. Seandainya, Juna ada di depannya, ia akan jadi gadis paling bahagia di galaksi Bima Sakti."Hufh..." Cheryl menghembuskan napas gusar, dan meniup-niup poninya. Ia memegang pipinya yang masih terasa hangat."Aku bisa demam betulan. Demam rindu, hihi." Gadis itu terkikik. Mengambil ponselnya dan duduk jongkok di uj

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 17

    Layaknya orang berkencan pertama kali, rasa canggung itu pasti tercipta. Rasa itu hadir, karena ketidakmampuan mencairkan suasana.Cheryl hanya misuh-misuh di samping Juna. Jika boleh memilih, Cheryl akan bersama Aldo yang menyebalkan, tetapi seru, walau hanya diisi dengan perdebatan unfaedah. Juna sibuk memainkan ponsel, sedangkan Cheryl di samping, hanya bisa memainkan daun-daun kering. Sambil menunggu Juna membuka percakapan.Semenjak kenalan tersebut, Mawar dan Aldo memilih pergi, dan membiarkan Cheryl dan Juna untuk proses pendekatan."Rumah abang dimana?" Tanya Cheryl canggung. Cheryl menggigit lidahnya, dan mencubit tubuhnya sendiri. Bodoh sekali! Kenapa harus pertanyaan unfaedah seperti itu, yang keluar dari mulut mungilnya?Juna memandang Cheryl lekat. Jika tidak dipaksa dan bukan permintaan Mawar, Juna menginginkan Cheryl menjadi adiknya, bukan terjebak di situasi seperti ini! Cheryl menahan napa

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 18

    Degup jantung Cheryl, berdetak tak karuan. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, peluhnya yang besar-besar mengalir dari kening hingga seluruh wajah. Bahkan, lehernya seketika merasa keram sesaat. Ia sesak napas."Ayo." Ajak Juna. Gadis bar-bar itu menggeleng, dan ingin pulang. Ia tak mau, ada acara memalukan, dan mendapat penolakan. Cheryl selalu trauma, jika ia mendapat penolakan."Udah." Juna menggengam tangan Cheryl, dan membawa masuk cewek itu ke rumahnya. Juna menuruti permintaan Cheryl, agar bertemu calon mertua, bahkan Cheryl tak menyiapkan apa-apa. Ia tidak membawa kue atau buah tangan yang semacamnya.Keadaan rumah Juna sepi. Cheryl masuk ke dalam, dan melihat perabotan mahal di ruang tamu Juna. Rumah Juna tak terlalu besar, tapi terlihat interiornya meneriakan, mewah dan mahal.Cheryl melihat ada seorang anak kecil cantik, berumur sekitar 6-7 tahun, sedang bermain boneka. Cheryl tersenyum

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 19

    Cheryl dan Juna kewalahan, bagaimana menghadapi Faaza yang sedang tantrum. Bocah cantik itu tak mau Cheryl pergi. Cheryl tak mungkin terus-terusan di rumah orang, sedangkan ia punya rumah dan tak ingin menganggu yang lain, yang penting ia sudah bertamu ke calon mertua."Ikut..." bahkan Faaza terduduk di tanah, dan melempar apa saja yang bisa ia raih dan melemparnya. Cheryl merasa tak enak hati, sudah membuat anak orang seperti ini. Jujur, rasanya berat meninggalkan Faaza, semacam ada tarikan bahwa ia dan Faaza bisa menjadi partner bermain yang pas. Cheryl bisa mengajarkan Faaaza, biar mengajak Faaza bermain, bisa membuat bocah cantik itu tertawa."Abang antar aja. Nggak papa, nanti Mamah yang tenangkan.""T-tapi tante, saya nggak tega." Faaza yang sedang tantrum mendekat ke arah Cheryl, memeluk gadis itu dan tak ingin melepaskan Cheryl. Cheryl melirik ke arah Juna yang diam, melihat ke arah Mamah Juna yang juga kewalahan m

    Last Updated : 2020-09-02

Latest chapter

  • I WAS NEVER YOURS   Fun Facts

    1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 40 (Tamat)

    Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 39

    Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 38

    Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 37

    Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 36

    "Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 35

    1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 34

    "Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 33

    Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga

DMCA.com Protection Status