Share

Scene 15

Penulis: Rose Marberry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kedua manusia dalam ruangan itu sama-sama terkejut. Mawar hanya menganga, sambil menutup mulutnya. Air mata Cheryl turun sambil memegangi pipinya yang ditampar Mawar. Oleh orang yang paling ia percaya di muka bumi ini.

"Bahkan, hanya karena seorang laki-laki yang nggak tahu hatinya buat siapa, tapi kamu nampar aku!" Air mata Cheryl meluruh. Bukan karena tamparan itu, tapi ia sakit hati, seolah Mawar lebih memilih Juna dibanding dirinya.

"Kau yang lancang! Kenapa buka privasi orang?!"

"Tapi aku temukan jawaban! Kenapa Mawar harus berpura-pura, Kalau memang suka sama Juna?"

"Karena, aku mau menghargai perasaan kau! Kamu egois Cheryl! Tidak pernah pahami aku, yang tahunya aku adalah manusia serba bisa yang bisa dipakai sesuka hati!" Mawar menyuarakan segala keluh kesah yang ia simpan, selama ia berteman dengan Cheryl.

"Bukan gitu..."

"Diam!" Bentak Mawar.

"Ak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nindy
kenapa bnyak typonya thor...cheryl sama mawar kadang kebalik nulisnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 16

    Tangan Cheryl gemetaran membaca pesan itu. Ia sampai mengipasi wajahnya, matanya memanas. Katakan ia lebay, Juna yang hanya bisa ia gapai dalam mimpi, bahkan dalam mimpi saja Juna terlihat kejam, tiba-tiba mengirimi Cheryl pesan cinta, seolah besok kiamat."Anjer... anjer..." Cheryl mengucek matanya, ia sedang tidak bermimpi, ini bukan Juna KW, bukan Mimi Peri, bukan Tinkerbell, ini Juna asli, pangeran berkuda poni."Ah... ya ampun. Gila! Ini gila! Astaga!" Cheryl masih menampar pipinya, ia sedang tidak bermimpi. Dengan norak, Cheryl menciumi benda pipih itu berkali-kali, layaknya ia mencium Juna. Seandainya, Juna ada di depannya, ia akan jadi gadis paling bahagia di galaksi Bima Sakti."Hufh..." Cheryl menghembuskan napas gusar, dan meniup-niup poninya. Ia memegang pipinya yang masih terasa hangat."Aku bisa demam betulan. Demam rindu, hihi." Gadis itu terkikik. Mengambil ponselnya dan duduk jongkok di uj

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 17

    Layaknya orang berkencan pertama kali, rasa canggung itu pasti tercipta. Rasa itu hadir, karena ketidakmampuan mencairkan suasana.Cheryl hanya misuh-misuh di samping Juna. Jika boleh memilih, Cheryl akan bersama Aldo yang menyebalkan, tetapi seru, walau hanya diisi dengan perdebatan unfaedah. Juna sibuk memainkan ponsel, sedangkan Cheryl di samping, hanya bisa memainkan daun-daun kering. Sambil menunggu Juna membuka percakapan.Semenjak kenalan tersebut, Mawar dan Aldo memilih pergi, dan membiarkan Cheryl dan Juna untuk proses pendekatan."Rumah abang dimana?" Tanya Cheryl canggung. Cheryl menggigit lidahnya, dan mencubit tubuhnya sendiri. Bodoh sekali! Kenapa harus pertanyaan unfaedah seperti itu, yang keluar dari mulut mungilnya?Juna memandang Cheryl lekat. Jika tidak dipaksa dan bukan permintaan Mawar, Juna menginginkan Cheryl menjadi adiknya, bukan terjebak di situasi seperti ini! Cheryl menahan napa

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 18

    Degup jantung Cheryl, berdetak tak karuan. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, peluhnya yang besar-besar mengalir dari kening hingga seluruh wajah. Bahkan, lehernya seketika merasa keram sesaat. Ia sesak napas."Ayo." Ajak Juna. Gadis bar-bar itu menggeleng, dan ingin pulang. Ia tak mau, ada acara memalukan, dan mendapat penolakan. Cheryl selalu trauma, jika ia mendapat penolakan."Udah." Juna menggengam tangan Cheryl, dan membawa masuk cewek itu ke rumahnya. Juna menuruti permintaan Cheryl, agar bertemu calon mertua, bahkan Cheryl tak menyiapkan apa-apa. Ia tidak membawa kue atau buah tangan yang semacamnya.Keadaan rumah Juna sepi. Cheryl masuk ke dalam, dan melihat perabotan mahal di ruang tamu Juna. Rumah Juna tak terlalu besar, tapi terlihat interiornya meneriakan, mewah dan mahal.Cheryl melihat ada seorang anak kecil cantik, berumur sekitar 6-7 tahun, sedang bermain boneka. Cheryl tersenyum

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 19

    Cheryl dan Juna kewalahan, bagaimana menghadapi Faaza yang sedang tantrum. Bocah cantik itu tak mau Cheryl pergi. Cheryl tak mungkin terus-terusan di rumah orang, sedangkan ia punya rumah dan tak ingin menganggu yang lain, yang penting ia sudah bertamu ke calon mertua."Ikut..." bahkan Faaza terduduk di tanah, dan melempar apa saja yang bisa ia raih dan melemparnya. Cheryl merasa tak enak hati, sudah membuat anak orang seperti ini. Jujur, rasanya berat meninggalkan Faaza, semacam ada tarikan bahwa ia dan Faaza bisa menjadi partner bermain yang pas. Cheryl bisa mengajarkan Faaaza, biar mengajak Faaza bermain, bisa membuat bocah cantik itu tertawa."Abang antar aja. Nggak papa, nanti Mamah yang tenangkan.""T-tapi tante, saya nggak tega." Faaza yang sedang tantrum mendekat ke arah Cheryl, memeluk gadis itu dan tak ingin melepaskan Cheryl. Cheryl melirik ke arah Juna yang diam, melihat ke arah Mamah Juna yang juga kewalahan m

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 20

    Cheryl ingin menyendiri, karena pesan sang mami. 'Jangan dekatin anak itu' semua orang seperti tak pernah setuju ia menyukai Juna, tapi perasaan tak membohongi apapun.Tiba-tiba pipi Cheryl memanas, apa ia sudah gila jika membayangkan ketampanan ayah Juna membuat Cheryl mesem-mesem seperti orang tak waras. Ayah Juna sangat tampan, jika Ayah Juna menawarkan, Cheryl bahkan mau menjadi sugar baby orang tua itu.Juna boleh membuka diri padanya, tapi Cheryl tahu, hati Juna terkunci entah pada siapa. Belum lagi, Cheryl menutup matanya kalau Mawar menyimpan perasaan pada Juna, Cheryl tak tahu, Mawar sudah membuang perasaan itu atau masih menyimpannya.Sebenarnya Cheryl ingin merenungi nasib sendirian, tapi ia tahu, ia butuh Mawar agar mendapat sedikit pencerahan.Cheryl masih menyeruput smooth strawberry miliknya, ketika melihat musuh bebuyutan masuk. Si bujang a.k.a Aldo resek! Cheryl harus menarik kata-katanya

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 21

    "Buat bekal sebulan." Cheryl menyodorkan sekotak tisue pada Juna yang sudah ia ikat pakai pita berwarna pink.Ketiga cowok ganteng itu akan melaksanakan Kerja Praktek, untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama 5 semester. Juna dan teman-teman memakai seragam khas jurusannya berwarna biru gelap, yang membuat Cheryl memekik norak karena semuanya nampak keren di matanya. Karena tak ada hal yang bisa ia beri, Cheryl berlari ke kedai dan membeli tisu, dengan filosofi yang sangat sederhana sekali : ketika Juna berkeringat, ia bisa memakai tisu untuk menyeka keringatnya. Karena setahu Cheryl, jurusan Teknik Elektro ujungnya pasti keluar keringat karena berkutat dengan alat berat."Abang?" goda Galvin menaik-turunkan alisnya. Cheryl dengan malu-malu mengambil sebotol minuman isotonik buat Galvin, agar cowok itu kuat kerjanya. Cheryl masih malu, dan baru ingat statusnya telah berganti, walau tak ada yang berubah dari aktivitasnya, da

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 22

    'Mami egois'Akhirnya Cheryl bisa menuangkan apa yang ia rasakan. Keresahan selama 19 tahun ia menghirup udara, bisa ia utarakan tanpa rasa takut, walau harus mendapat tamparan yang sadis dari Delisha. Bagi Cheryl semuanya sepadan. Maminya berlebihan, perempuan dewasa itu tak pernah Peduli padanya dan saat ia sedikit peduli, tak serta merta membuatnya mengontrol seluruh kehidupan Cheryl.Cheryl sedikit menangis, tapi ia merasa sudah cukup air matanya selama ini, Delisha memang tak pernah menerima dirinya seutuhnya. Cheryl kadang menyadari ia hanya anak pungut yang takkan pernah dianggap sampai kapan pun.Cheryl sedang berkaca sambil merasakan pipinya yang memanas. Cheryl butuh sosok pelindung seseorang yang siap mendengar keluh kesahnya. Seseorang yang selalu ada, saat ia butuh. Seseorang yang bisa meminjamkan dadanya untuk tempat menguatkan semuanya. Dan hanya Juna yang Cheryl pikirkan sekarang. Cheryl menutup matanya, ka

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 23

    "Jadi?" tanya Cheryl bersandar di motor the one."Siap menjalani kisah kita?" tanya cowok itu. Cheryl mengangguk. Apa salahnya mencoba. Ia akan mencoba lelaki ini dalam hidupnya, walau tahu ujungnya akan kecewa."Mau jalan-jalan?" tanya the one. Cheryl mengangguk. Cheryl melihat ke ujung ada Mawar yang berdiri disana, gadis itu mengode pada Mawar menyuruh pulang, ia akan melaksanakan kencan hari ini."Eh tapi, gimana praktik abang?""Gampang." Cheryl mengangguk. The one menghidupkan motornya, Cheryl yang kepayahan memakai dress menyesal salah memilih kostum, harusnya ia memakai celana.Gadis itu berusaha menutup dress dari tiupan angin, motor itu melaju membelah jalanan, Cheryl tak tahu, kemana the one membawanya pergi. Sebenarnya ingin memeluk, tapi rasa ragu kembali muncul. Akhirnya Cheryl hanya memegang ujung jaket the one, sambil menghirup aroma maskulin. Bau khas cowok yang membuat si

Bab terbaru

  • I WAS NEVER YOURS   Fun Facts

    1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 40 (Tamat)

    Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 39

    Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 38

    Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 37

    Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 36

    "Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 35

    1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 34

    "Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 33

    Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga

DMCA.com Protection Status