'Mami egois'
Akhirnya Cheryl bisa menuangkan apa yang ia rasakan. Keresahan selama 19 tahun ia menghirup udara, bisa ia utarakan tanpa rasa takut, walau harus mendapat tamparan yang sadis dari Delisha. Bagi Cheryl semuanya sepadan. Maminya berlebihan, perempuan dewasa itu tak pernah Peduli padanya dan saat ia sedikit peduli, tak serta merta membuatnya mengontrol seluruh kehidupan Cheryl.
Cheryl sedikit menangis, tapi ia merasa sudah cukup air matanya selama ini, Delisha memang tak pernah menerima dirinya seutuhnya. Cheryl kadang menyadari ia hanya anak pungut yang takkan pernah dianggap sampai kapan pun.
Cheryl sedang berkaca sambil merasakan pipinya yang memanas. Cheryl butuh sosok pelindung seseorang yang siap mendengar keluh kesahnya. Seseorang yang selalu ada, saat ia butuh. Seseorang yang bisa meminjamkan dadanya untuk tempat menguatkan semuanya. Dan hanya Juna yang Cheryl pikirkan sekarang. Cheryl menutup matanya, ka
"Jadi?" tanya Cheryl bersandar di motor the one."Siap menjalani kisah kita?" tanya cowok itu. Cheryl mengangguk. Apa salahnya mencoba. Ia akan mencoba lelaki ini dalam hidupnya, walau tahu ujungnya akan kecewa."Mau jalan-jalan?" tanya the one. Cheryl mengangguk. Cheryl melihat ke ujung ada Mawar yang berdiri disana, gadis itu mengode pada Mawar menyuruh pulang, ia akan melaksanakan kencan hari ini."Eh tapi, gimana praktik abang?""Gampang." Cheryl mengangguk. The one menghidupkan motornya, Cheryl yang kepayahan memakai dress menyesal salah memilih kostum, harusnya ia memakai celana.Gadis itu berusaha menutup dress dari tiupan angin, motor itu melaju membelah jalanan, Cheryl tak tahu, kemana the one membawanya pergi. Sebenarnya ingin memeluk, tapi rasa ragu kembali muncul. Akhirnya Cheryl hanya memegang ujung jaket the one, sambil menghirup aroma maskulin. Bau khas cowok yang membuat si
"Em..." guman Cheryl norak. Gadis itu sedang makan roti lapis dengan berbagai campuran. Dan memang rasanya sangat enak atau Cheryl yang sedang kelaparan, ekpresi Cheryl menunjukan keduanya, kelaparan dan juga menikmati makanan saking enaknya.Kencan lagi.Sudah berapa kali, Cheryl dan the one kencan. Semenjak hari itu, hidup keduanya tak lagi sepi, apalagi the one yang selalu mengajak Cheryl berkeliling dan menjelajahi seluruh pelosok daerah. Mereka akan pergi ketika Cheryl selesai kuliah atau the one yang sudah pulang dari praktiknya.Cheryl sedang duduk di bangku kayu dengan meja bulat besar yang menjadi pemisah dirinya dan the one. Mereka berada di bawah naungan payung besar berwarna pelangi. Cheryl sedang makan roti dan the one hanya minum capucino panas cangkir kecil, sambil menghisap rokok. Jujur, Cheryl benci orang merokok, mencium bau rokok saja, gadis itu sudah pusing—berhubung the one selalu membuatnya baha
Cheryl menyeka ingusnya. Entah sudah berapa banyak tisu yang habis, bahkan bajunya menjadi sasaran. Untuk ia mengeluarkan lendir bening tersebut, dan juga bantalnya sampai bercorak karena bekas air matanya.Cheryl akhirnya bangun dan memungut kembali diary usang yang ia lempari. Sakit! Cheryl merasa dipermainkan, dan hatinya dijadikan lelucon oleh semua orang. Apa ia terlihat begitu menyedihkan, hingga Juna harus berpura-pura seperti itu?"Meredith..." lirih Cheryl memeluk diary. Tak ada yang benar-benar mengerti dirinya kecuali Meredith. Bahkan ia tak mengerti dengan dirinya sendiri."Sumpah jahat!" Cheryl masih tergugu, sambil menggeleng. Masih tak percaya, semua hal ini terjadi padanya. Jahat! Hanya itu yang bisa ia lakukan. Yang ia butuhkan sekarang hanya menangis, dan menumpahkan apa yang ia rasakan. Saat pengakuan teman-temannya, Cheryl hanya menganga dan berdiri.Air yang masih belum ia sentuh Chery
Kebencian itu membunuh!Dan ini jelas. Kebencian telah melumpuhkan seluruh sendi-sendi Cheryl. Gadis itu merasa dunianya berhenti sekarang. Terpuruk lagi untuk kesekian kalianya. Biasanya, Cheryl bisa mentolerir rasa sakit, tapi kali ini tak ada lagi penawarnya. Cheryl benci semua orang! Bahkan, dirinya sendiri ia benci. Gadis itu hanya mampu menangis, entah sudah berapa liter air mata mengalir.Cheryl terisak, tertawa, dan menangis lagi. Kata-kata Mawar merasuk hingga relung hatinya, tak bersisa. Hingga tak ada celah, agar ia bisa menyaring mana yang fakta, dan mana yang ujaran kebencian. Bagi Cheryl perkataan Mawar sangat pantas untuk dirinya. Ia anak jalang! Walau bagi Cheryl maminya bukan jalang, artinya Cheryl anak haram, yang kotor, penuh dosa. Ia terlahir dalam keadaan kotor, dan akan selalu begitu.Cheryl menarik napas begitu panjang. Sekarang sudah malam, ia enggan untuk makan, mandi, bahkan menghidupkan lampu kam
"Anak jalang, akan tetap jadi jalang!" ucapan Mawar terus tergiang-ngiang di kepala Cheryl, seperti kaset rusak. Dan terus menganggunya.Dan disini Cheryl sekarang, berdiri kaku seperti orang bodoh, dengan pakaian yang begitu minim, di atas paha. Mawar bukan lagi sahabatnya, tapi seorang musuh yang ingin menjatuhkan Cheryl.Cheryl memakai rok yang sangat pendek begitu ketat, jika gadis itu menunduk, maka akan kelihat isi dalamnya. Dan di depannya ada Juna. Sebenarnya, Cheryl tak ingin melakukan ini semua, tapi karena Mawar mengancamnya, akhirnya ia mengalahn. Jujur, setelah kejadian akhir-akhir ini, Cheryl tak lagi memikirkan nasib percintannya, apalagi Juna. Bisa dibilang, Cheryl mati rasa.Cheryl memandangi Juna yang duduk, sambil memegang minuman isotonik."H-hai." sapa Cheryl gugup, sambil memainkan jarinya. Juna menatap Cheryl, laki-laki itu bangun, membuka jaketnya dan memakaikan di paha Cheryl yang
Cheryl tetaplah Cheryl. Keras kepala. Walau Delisha mati-matian menahan Cheryl agar jangan dekat dengan Juna, gadis itu tetap pada pendiriannya. Cheryl tak terlalu mengharap Juna jadi kekasihnya. Dekat dengan Juna dan lelaki itu tersenyum padanya setiap saat tanpa ada unsur paksaan menjadi satu anugerah terindah buat Cheryl.Jika memang Juna tidak bisa lebih dari seorang teman, Cheryl tidak mempermasalahkan hal itu. Jika pertemanan mereka sekarang membuat keduanya sama-sama nyaman. Juna legowo, begitu juga Cheryl. Cheryl merasa masih terlalu muda untuk merasa putus asa dengan kisah cintanya. Akan ada pangeran berkuda putih sesungguhnya, bukan pangeran berkuda poni yang Cheryl khayalkan. Asal, Cheryl dan Juna berteman semuanya sudah cukup.Semenjak dekat, Cheryl jadi mengetahui sifat asli Juna. Lelaki itu sangat lembut, dan begitu menghormati wanita. Gambaran lelaki sempurna yang diimpikan Cheryl, apa mau dikata hati Juna tak bisa dipaksa.
"Jadi abang tahu ini?" tanya Cheryl dengan suara nyaris hilang. Juna hanya mengangguk."Jadi kita saudara?" Juna hanya menanggapi dengan tertawa kecil.Cheryl lega, walau ia belum bisa menerima begitu saja semuanya. Bagaimana mungkin, orang yang ia naksir dan sukai selama hampir satu tahun belakang dan mendapati kenyataan ini.Cheryl masih marah pada Delisha. Entah beralasan atau tidak, gadis itu belum bisa kembali berpijak ke bumi atas apa yang telah menimpanya sekarang. Ia--Cheryl Anastasia crush ke Arjuna Raftali. Yang berkali-kali tidak meliriknya, selalu menganggapnya seperti debu. Ternyata ini alasannya, berarti selama ini Juna melakukan hal yang benar. Cheryl kagum, terhadap sikap dewasa Juna.Cheryl tidak sakit hati, tapi otak dangkalnya masih belum percaya semua ini. Saat maminya bilang itu, Cheryl hanya terdiam dia sofa hijau tersebut dalam waktu yang tak bisa ditentukan, hingga semua tubuhnya ma
Orang bilang pertemuan itu sesuatu yang mereka tunggu-tunggu. Orang bilang pertemuan itu momentum sakral yang membuat hati siapa saja membuncah bahagia, terharu atau menangis sedih karenanya.Cheryl hanya terduduk disana, sambil memegang minuman dingin dan beberapa dessert yang sudah ia pesan. Tak ada perasaan yang membuncah saat ia harus menunggu dan berkenalan dengan ayah kandungnya secara resmi. Semuanya terasa hambar bagi Cheryl. Mungkin, rasa sakit dan pengabaian yang ia rasakan sejak masih kecil hingga sekarang membuat ia kurang bersimpati pada sesama.Cheryl menurunkan wajahnya pada red Velvet cake berwarna merah dan putih tersebut, sambil memainkan krimnya. Gadis itu menopang kepalanya.Di belakang Cheryl pojokan sana sudah ada Juna dan Delisha yang bergabung dan memperhatikan bagaimana moment terharu itu nanti. Saat Cheryl tak kuasa menahan tangisannya, melihat orang yang membuatnya bisa hadir ke dunia.
1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati
Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa
Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si
Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta
Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta
"Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o
1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l
"Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu
Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga