Pencarian Cheryl belum berakhir. Setelah, ia mempertaruhkan harga dirinya dan berakhir nyasar, membuat Cheryl tidak kapok. Tapi Cheryl semakin bersemangat, agar sang pujaan hati jatuh ke pelukannya.
Kuliah tetap jalan, walau Cheryl tetap bolos demi memperjuangakan cintanya. Dan Mawar selalu mengorbankan dirinya.
Mawar dan Cheryl tebar pesona di fakultas teknik, siapa tahu mereka cadangan cogan yang lain. Sungguh, Cheryl tidak mengerti dengan dirinya yang bertramsformasi menjadi cewek ganjen. Tapi ia menikmati ini semua, Cheryl ingin melupakan masalah yang menimpanya di rumah. Tak diakui.
Cheryl meniup-niup poninya. Masih dalam proses menunggu, entah sampai kapan. Sedangkan Mawar fokus ke ponselnya, sesekali ia tersenyum. Tapi, Cheryl tak peduli pada kegiatan Mawar, ia ingin secepatnya menemui si tampan itu.
"Aku ke kedai dulu ya." Mawar pergi, Cheryl masih duduk disana.
"Jangan, suntuk. Ikut aja." Cheryl menyusul Mawar. Kedua sahabat itu, berjalan sambil berpelukan layaknya sepasang kekasih, saking intimnya, mereka bisa dibilang pasangan lesbian. Untung saja, orientasi keduanya masih normal. Cheryl suka memeluk Mawar, baginya Mawar itu malaikat.
Cheryl dan Mawar, masuk ke dalam kedai.
"Dek." Cheryl berbalik, ia melihat seorang lelaki tampan berdiri disana. Siapa? Memang, banyak yang mengenal dirinya, hanya saja, Cheryl susah mengingat nama orang, kecuali orang itu benar-benar berjasa dalam hidupnya.
"Cheryl 'kan?" Lelaki itu bertanya lagi. Cheryl memperhatikan penampilannya, tampan juga. Kenapa akhir-akhir ini, Cheryl banyak menjumpai lelaki tampan? Apa mereka baru keluar dari persembunyian?
"Iya." Jawab Cheryl memasang wajah jutek. Jika orang tak dikenal, orang akan mengenal Cheryl sebagai gadis sombong. Jika sudah mengenal Cheryl, mereka akan tahu, bagaimana urakannya Cheryl, seperti cacing.
"Abang Galvin. Kita tetangga dulu." Lelaki yang bertubuh tegap dan tinggi itu tersenyum. Galvin mengenal Cheryl. Dulu mereka tetangga, hanya saja Cheryl jarang bergaul dan keluar rumah, sehingga ia tak mengenal siapa saja tetangganya dulu.
"Oh iya."
"Hai, aku Floren. Ini Cheryl, temanku lagi jomblo dia. Abang juga 'kan?" Entah datang dari mana, Mawar sok akrab, seolah sudah mengenal Galvin selama bertahun-tahun. Galvin tersenyum pada Mawar.
"Oh hai."
"Nama dia Mawar." Koreksi Cheryl. Entah kenapa, dia tak mau orang-orang memanggil sahabatnya dengan nama aslinya, semuanya hanya boleh memanggilnya sebut saja Mawar.
"Dih, nama gue cantik-cantik dipanggil Mawar. Kau harus tahu Cher, buat nama tuh susah, potong kambing, potong sapi, malah ada yang potong tikus."
"Emang ada?" Ujar Cheryl polos, ia menoleh pada Mawar yang tertawa terbahak-bahak, menertawakan kepolosan Cheryl yang kelewatan.
"Adalah." Sebenarnya, bukan itu yang membuat Cheryl pura-pura bego. Cheryl tahu, sangat tahu. Hanya saja, Cheryl tahu, namanya pasti tak pernah potong kambing. Bahkan, namanya hanya sekedar nama tanpa arti. Cheryl tahu, kehidupannya tak pernah normal seperti yang lain.
Cheryl tak pernah merasakan, masa kecil yang bahagia seperti kehidupan Mawar yang sempurna. Hidup Cheryl dipenuhi luka dan tanda tanya, kapan ia bahagia?
Cheryl menarik napas panjang, sampai kapan ia akan menyiksa dirinya dengan terus membandingkan dirinya? Bukankah, setiap orang memiliki takdir tersendiri?
"Oh iya, abang fakultas teknik ya?" Hati boleh bersedih, tapi misi tetap dijalankan bukan?
"Iya." Senyum Cheryl langsung terbit begitu cerah. Inilah kesempatan untuknya.
"Ok biar afdol. Kita kenalan ulang, aku Cheryl, mahasiswa semester 3, jurusan Sastra Inggris." Cheryl menyodorkan tangannya.
"Galvin, semester 5, Teknik Elektro."
"Berarti abang kenal Juna?" Mawar terbatuk. Cheryl kesal melihat tingkah aneh Mawar. Dih, dasar sahabat tidak mendukung, Cheryl sedang modus sekarang, agar dang pangeran berkuda poni jatuh ke pelukannya.
"Kenal. Kita satu geng." Cheryl mengedipkan matanya ke Mawar. Aha, semesta mendukungnya sekarang. Sebentar lagi, Juna menjadi miliknya. Cheryl yakin, Juna juga memendam perasaan yang sama.
"Hehehe, jodoh tak kemana." Guman Cheryl. Ia mengambil ponselnya.
"Bagi nomor abang. Kita boleh temanan 'kan?"
"Boleh, siapa yang nggak mau temanan sama cewek cantik." Pipi Cheryl bersemu merah.
"Uhuk-uhuk... aduh, dadaku sakit. Aduh, potek hati dah." Cheryl mendegus kesal. Ia menendang Mawar. Karena sakit, Mawar memijak kaki Cheryl dengan sepatu mahalnya. Cheryl hanya memakai sepatu pantofel biasa, harga paling murah.
"Sialan sakit!" Adu Cheryl kesakitan. Mawar memeletkan lidahnya ke arah sahabatnya.
"Yaudah, abang pergi dulu ya. Nanti hubungin abang." Cheryl mengambil lagi ponselnya, dan menggengam erat ponsel itu, jangan sampai hilang, karena ada sesuatu berharga disana.
"Bye abang. Nanti aku chat." Teriak Cheryl. Banyak orang yang memperhatikan tingkah noraknya.
"Yuhuu... demi apa, sebentar lagi pangeran gue, akan jadi milik Cheryl seutuhnya." Mawar hanya diam. Ia turut bahagia, jika Cheryl bahagia. Itu semacam semboyan hidup Mawar, bahagia bila melihat sahabatnya bahagia.
"Jom balik." Akhirnya, seorang Cheryl bisa belajar dengan tenang, bahkan Cheryl begitu khusyuk menyimak, ketika dosen kesayangannya bertanya, Cheryl hanya memberi senyuman termanis. Karena ia tak pernah memerhatikan apa yang diucapkan dosen. Cheryl melamun, ya melamun sangat jauh.
Jika kalian penasaran, Cheryl melamun apa, Cheryl membayangkan tempat apa saja yang akan mereka singgahi, honeymoon mereka nanti, ya sejauh itu. Cheryl bahkan, sudah membayangkan nama-nama anak yang akan ia beri. Ya, kehaluan gadis itu sudah melampaui batas.
Cheryl diam-diam mengeluarkan ponselnya. Dan mulai mencari nama Galvin.
C : hai-hai. Aku lagi senang, hihi. Aku Cheryl, mahasiswa paling cantik di kelas :P.
G : nggak belajar dek?
C : belajar kok bang. Abang lagi masuk juga?
G : nggak. Masuk jam 3 nanti.
C : abang lagi sama Juna?
G : Juna pergi tadi.
C : calon suamiku, ngapain?
G : biasa, nongkrong.
C : hihi. Boleh minta nomor Juna?
G : Juna.....
"Yes." Sorak Cheryl. Tanpa sadar, seisi kelas memperhatikan Cheryl yang cekikikan sedari tadi. Semua orang sudah sangat mengenal gadis itu, jadi mereka hanya bisa geleng-geleng. Meninggalkan Mawar, yang kepalang malu karena kelakuan ajaib sahabatnya. Mawar hanya menunduk ketika semua teman-temannya memperhatikan Cheryl seperti ingin memakan Cheryl setengah hidup, karena kesal.
"Kenapa sih kalian?" Cheryl bodoh. Sudah tahu salah, ia malah bertanya dengan suara keras. Seisi kelas geleng-geleng lagi.
"Kenapa Cheryl?" Tanya dosen, yang menjadikan Cheryl anak kesayangan.
"Nggak papa mam." Cheryl nyegir. Karena kelewatan, Mawar akhirnya mencubit Cheryl. Mawar pura-pura menulis. Sang dosen sedang berceramah di depan, Cheryl sibuk dengan dunianya.
"Jadi sudah ngerti 'kan? Tugasnya malam ini terakhir jam 8. Cari video tentang budaya negara Uganda, bagaimana cara mereka bersalaman. Tuliskan kesimpulan. Kalin tahu, mam sangat hafal bagi mahasiswa yang copas-copas. Itu mam kasih nilai E, jangan coba-coba copas, setiap website mam kunjungi." Cheryl sudah keringat dingin, dia adalah salah satu pelaku copy paste tugas dari internet. Bahkan, semester kemarin dengan dosen yang berbeda dan dosean yang sangat detail masalah tugas, Cheryl mendapat nilai C. Untung saja, ia tak dapat nilai E, hingga mengulang di semester berikutnya.
Cheryl mengode pada Mawar. Mawar termasuk yang rajin, karena sepulang kuliah ia langsung mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas, awal-awal waktu. Dan itu tidak berlaku bagi Cheryl, Cheryl lebih suka 'the power of kepepet' ya cewek cantik berambut panjang itu, akan mengerjakam 1 jam sebelum deadline. Hasilnya, asal-asalan dan tentu saja, hasil copy paste dari internet. Bahkan, Cheryl tak sempat membaca apa yang ia buat. Prinsipnya, 'yang penting kumpul'.
"Buat sekarang aja ya. Aku bawa laptop, kita bisa pakai wifi kampus." Entah kesadaran dari mana, Cheryl ingin mengerjakan sekarang. Ini juga salah satu modus, karena Mawar yang akan mengerjakan, dan Cheryl menunggu hasil, 'submit done'. Harus bersyukur seperti apalagi hidup Cheryl karena ada Mawar disana. Cheryl ingin menjadikan Mawar panutan, namun usia Mawar sepantaran.
Cheryl selalu berpikir, beruntung sekali lelaki yang berhasil mendapatkan hati Mawar. Mawar begitu cerdas, rajin, keluarga yang harmonis, tidak pelit, kaya. Semua kesempurnaan ada pada sosok Mawar. Seolah Tuhan, begitu tersenyum bahagia ketika mencipatkan Mawar. Tidak bagi Cheryl, ia merasa ia hidup di dunia ini karena kutukan. Bagaimana ia tak pernah diakui orang tua kandungnya, dan sampai detik ini, Cheryl tak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Bahkan, sebatas nama saja Cheryl tak tahu.
Membayangkan wajah ayah biologis saja, otak Cheryl tidak sampai kesana, seolah Cheryl disuruh membayangkan bagaimana surga dan neraka. Cheryl sendiri, sering menerka-nerka berapa usia ayah kandungnya. Apa ia seumuran dengan maminya? Apa lebih tua? Tapi berapa? Otak Cheryl tidak bisa memproses itu semua.
Cheryl menutup matanya. Ah sudah, kenapa ia terus larut dalam hidupnya. Cheryl ingin bahagia, tapi masalah hidup dan keluarganya, selalu menghantui hari-harinya. Cheryl merasa tak nyaman.
Karena kebaikan dan kemurahan hati Mawar. Tugas Cheryl selesai sebelum deadline. Sebuah prestasi yang patut diperhitungkan. Kalian tahu, apa yang dilakukan Cheryl ketika Mawar sedang serius membuat tugas untuk mereka? Cheryl menganggu Mawar. Sudahlah, tidak membantu, menyusahkan, dan sekarang Cheryl merusuh Mawar. Beruntung stok kesabaran Mawar berisi satu pabrik penuh, yang ia produksi sendiri, khusus menghadapi tingkah ajaib Cheryl.
Florenca Rosea. Artinya bunga mawar. Sebagai bunga indah dan penyejuk mata, begitu arti Mawar pada hidup Cheryl. Ia sebagai pelengkap, penyejuk jiwa Cheryl. Cheryl tanpa Mawar seperti kopi tanpa gula.
"Aku sayang Mawar. Semoga persahabatan kita sampai tua."
"Kalau mau berteman sampai tua. Minimal kita berteman selama 7 tahun." Cheryl menghitung, ia baru setahun lebih mengenal Mawar. Berarti Cheryl masih berhutang 6 tahun ke depan, agar bisa berteman dengan Mawar selamanya.
"Bagi aku, kita udah kenal sepanjang hidup kita." Cheryl merasa, sudah mengenal Mawar seumur hidupnya, dalam artian sudah mengenal lama, bukan setahun ia kenal. Karena keakraban dan keintiman mereka yang melebihi batas.
"Ya-ya." Jawab Mawar malas. Mata kuliah selesai. Tapi Cheryl dan Mawar belum pulang. Mawar bilang, masih di kampus, Cheryl yang jadi parasit Mawar hanya mengikut. Karena ia juga, malas berada di rumah. Tak ada gambaran 'home sweet home' bagi Cheryl. Di mata Cheryl, 'my home was hell'.
"Oh astaga, bagaimana mungkin. Aku melupakan pangeran berkuda poni aku." Cheryl dengan sigap, mencari ponselnya. Ia mengubek-ngubek tasnya dan menemukan nama Juna disana. Akhirnya, Cheryl menyimpan nama itu dengan kontak : Pangeran Berkuda Poni.
"Sini biar aku yang kirim pesan." Cheryl memberi ponselnya pada Mawar yang senyum-senyum mesem, seperti orang yang sedang kasmaran.
C : hai, aku masa depanmu ^^. Ku harap kamu bisa mengenalku. Jaga hatinya buat aku ^^.
Cheryl hanya melotot, tak menyangka Mawar akan sealay itu. Kalau dirinya wajar, karena ia memang lebay.
"Ih, kenalan dulu. Nanti dikira, aku perempuan ganjen yang chat dia." Protes Cheryl. Harusnya ia memperkenalkan diri dengan baik.
"Sama aja. Dia tuh, jarang nomornya orang tahu. Jadi, pasti dia kenal, lagian kawannya abang tadi udah bilang, kalau dia bagi nomor buat Cheryl." Cheryl bernapas lega dan tersenyum.
"Ah... Mawar.. nggak sabar, punya pacar beneran." Cheryl memeluk Mawar.
"Semoga dia balas." Ujar Mawar. Tak berselang lama, ponsel Cheryl berbunyi. Notifikasi khusus dari pangeran berkuda poni.
P : .
Cheryl dan Mawar hanya mendesah kecewa, mendapat pesan titik sebiji. Tapi Cheryl yakin, itu kode dari Juna, bahwa ia juga menginginkan Cheryl.
Semoga saja.
___________________________
Akhirnya ada feel juga :). Walau part ini gaje. Soalnya mau nulis mereka feelnya ilang terus. Padahal pengen cepatin mereka, biar masuk konflik biar greget. Soalnya, ini konfliknya agak nyesek dikit emak buatnya, hehehe. Emak suka nyiksa tokoh utama, hahaha.
Jangan percaya dengan wajah emak yang sok ngaku baby face, tapi jiwa psikopat, ahaha. Emak ketawa jahat.
See you❤. Doakan moodnya bagus terus, biar bisa nulis terus.
Saatnya menebar pesona.Berbekal info dari Galvin, hari ini Cheryl berencana menemui sang pangeran berkuda poni. Jadi, Juna dan kawan-kawan, akan mabar alias main game bersama di cafe yang pernah Cheryl kunjungi dan berakhir sial. Dan hari ini Cheryl mencoba mencari peruntungan lain.Semenjak punya crush, Cheryl jadi rajin berdandan sekarang. Bahkan gadis itu, memakai lipstik berwarna pink yang lumayan menyilaukan mata, saking tebalnya."Emuah." Cheryl berpose ala-ala selebgram yang berfoto sambil memanyunkan bibir. Mawar jengah, melihat tingkah sahabatnya. Jadi, Cheryl memaksa Mawar agar mereka berjumpa kali ini. Cheryl harus menemui Juna langsung dan menyatakan perasaannya. Entah Cheryl bisa atau tidak, kita saksikan saja nanti bersama. Tapi, satu yang Cheryl yakini, Juna akan jatuh ke pelukannya."Udah cantik belum ya?" Sepanjang perjalanan, Cheryl berkaca, bahkan ia membenarkan bedaknya dengan jumlah y
Patah hati.Patah hati bisa membawa dampak, bagi orang yang mengalami. Ada yang patah hati, berevolusi menjadi manusia jadi-jadian. Dalam artian, berubah menjadi manusia sukses. Berawal dari patah hati, mereka merangkak bangkit demi balas dendam akan sakit hati. Ada yang berubah jadi psikopat ketika mereka mengalami patah hati yang hebat.Dan Cheryl tidak termasuk diantara manusia-manusia itu. Gadis itu hanya meringkuk seharian sampai semalaman di kasur. Menangis ya ia menangis. Juna mematahkan semua tulangnya, hingga ke tulang belakang sampai tulang sumsum. Luar biasa. Bahkan, sekedar makan ia tak berselera.Bahkan, Cheryl merasa Meredith tak mampu menampung semua keluh kesahnya yang dirasa begitu pahit. Meredith tak sanggup.Cheryl masih menangis di kasur dengan pakaiannya yang belum diganti selama 4 hari. Patah hati yang begitu hebat.Cheryl masih ingat, ketika Juna keluar ia menangis d
Chatting antara Cheryl dan Galvin semakin intens. Galvin merupakan lelaki yang begitu perhatian, dan sopan.Banyak hal receh yang Galvin lakukan demi membuat Cheryl tertawa, minimal gadis itu tersenyum malu. Bahkan, gadis itu melupakan Juna. Walau, di dalam hatinya tetap tertanam nama Juna disana. Ia merasa, Tuhan tak adil. Kenapa, Tuhan tak mengirim Galvin duluan. Hingga ia tak perlu berjumpa dengan Juna yang mematahkan semua hati dan tulangnya.Siang ini Galvin mengajak Cheryl berjumpa. Nongkrong seperti anak muda yang lain. Tapi, Galvin bilang akan ada Juna disana, jadi Cheryl harus mengajak Mawar.Cheryl juga sudah berjanji, hingga pulang kuliah, mereka bisa pergi kesana. Cheryl ingin berdamai, dan menerima semuanya atau minimal Juna terpukau melihat sikapnya. Karena Cheryl yakin, lambat-laun, Juna akan melihat dirinya.Cheryl ingin ia terlihat elegant di mata Juna sekarang. Walau ia pernah merendahkan
Cheryl mengembungkan pipinya kesal. Ia menatap Sandra penuh permusuhan. Cheryl tak suka, saat Sandra seperti berusaha menarik perhatian Juna. Tapi, cowok itu tidak terpengaruh sama sekali."Perang dagang memang mengkhawatirkan. Takutnya, bisa berujung ke perang politik dan perang sebenarnya. Huuu.. ngeri sih, kalau semua negara udah gerak, bayangkan Rusia mihak ke China. Amerika gandengan dengan Korea Utara." Berkali-kali Cheryl mengembangkan hidungnya, karena jengah. Ia tak suka melihat cara Sandra yang berusaha membuat Juna terpukau pada kecerdasannya.Semua orang hanya diam. Sandra yang memimpin pembicaraan. Harusnya dia salah alamat. Para cowok yang berada disini semuanya jurusan teknik, siapa anak teknik yang mau mengurus politik? Cheryl tahu, Sandra berusaha agar ia terlihat cerdas dan berwawasan luas di mata semua lelaki.Mawar bermain ponsel sambil tersenyum seperti orang gila, sambil menyeruput minumannya. Sedangk
Cheryl mengajak ingin ikut ke rumah Mawar. Cewek itu ingin main bersama Jasmine, atau melihat Jared-- Abang Mawar yang tampan. Tapi, tujuan utama Cheryl ingin bertemu Jevi. Cewek berisik itu, ingin merasakan kehangatan seorang ayah.Cheryl begitu excited, dia akan merasakan apa itu rumah saat berada di rumah sahabatnya. Dan rumah Mawar, banyak makanan, jadi Cheryl bebas makan."Semalam Ibu sama Jasmine buat ice cream." Mata kucing mendadak menyala. Benar-benar surga kedebgarannya."Buat banyak 'kan? Aku mau makan sendiri satu kotak." Pekik Cheryl riang. Di rumah Mawar ia akan merasakan sebagai seorang ratu, anggap rumah sendiri, kehangatan, dan makanan yang berlimpah."Buat 2 aja.""Yah..." Cheryl mendesah kecewa."Nanti bagi sama Jasmine aja. Kan dia yang buat, bisa heboh serumah kalau dia nggak dapat. Manjanya naudzubillah tuh anak." Cheryl tersenyum sekilas pada Mawar.
Cheryl menyobek kertas tulisan Mawar. Gadis itu menyimpan kertas itu di dalam branya, karena di bajunya tak ada saku. Cheryl melipat kecil dan memasukan ke dalam.Cheryl tentu shock, selama ini Mawar berpura-pura mengejek dirinya dan Juna, padahal ia menyukai Juna. Sudah sedalam apa, Mawar menyukai Juna?Gadis itu terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tidak tahu, harus berbuat apa. Cheryl tidak bisa membenci Mawar, Mawar segalanya. Tapi kenapa harus Juna? Apa tak ada lelaki lain di dunia ini? Bahkan, Mawar bisa suka Aldo, Galvin, Esam, dan cowok lain di kelas mereka. Kenapa harus Juna? Why?Perasaan Mawar pada Juna merupakan sebuah bencana, ia tak mungkin membenci Mawar. Hanya Mawar yang ia punya di dunia ini, orang yang selalu mengerti dirinya. Cheryl menunduk dan meremas rambutnya, tak mengerti dengan takdir hidupnya tak berkesudahan. Gadis itu terisak, ia tak mungkin melupakan perasaannya pada Juna, lelaki itu cinta pert
"Woi ngomong!" Mawar menarik baju Cheryl, seperti orang yang mengajak tempur. Cheryl abai. Sudah seminggu lebih, gadis itu mengabaikan sahabatnya. Bahkan, Cheryl tidak berangkat bersama Mawar. Cheryl berangkat bersama maminya. Entah kenapa, mengingat moment ini, air mata Cheryl selalu ingin tumpah. Ia bahagia."Loe kenapa sih?" Mawar masih menarik baju Mawar. Gadis itu menepis tangan sahabatnya--mantan sahabat."Lepasin Mawar. Nanti baju aku koyak." Cheryl mencoba bersabar. Dengan berbicara pelan."Ngomong dulu setan! Kau kenapa, jadi aneh gini?" Mawar tak terima. Cheryl menatap Mawar. Ia sayang Mawar, tapi Cheryl belum bisa menerima kenyataan, Mawar menyimpan perasaan pada Juna. Kenapa harus lelaki itu?"Proses pendewasaan." Sahut Cheryl asal."Gegayaan pakai dewasa. Nonton bokep biar dewasa!" Semprot Mawar. Ia sudah sangat gerah dengan sikap Cheryl. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada
Kedua manusia dalam ruangan itu sama-sama terkejut. Mawar hanya menganga, sambil menutup mulutnya. Air mata Cheryl turun sambil memegangi pipinya yang ditampar Mawar. Oleh orang yang paling ia percaya di muka bumi ini."Bahkan, hanya karena seorang laki-laki yang nggak tahu hatinya buat siapa, tapi kamu nampar aku!" Air mata Cheryl meluruh. Bukan karena tamparan itu, tapi ia sakit hati, seolah Mawar lebih memilih Juna dibanding dirinya."Kau yang lancang! Kenapa buka privasi orang?!""Tapi aku temukan jawaban! Kenapa Mawar harus berpura-pura, Kalau memang suka sama Juna?""Karena, aku mau menghargai perasaan kau! Kamu egois Cheryl! Tidak pernah pahami aku, yang tahunya aku adalah manusia serba bisa yang bisa dipakai sesuka hati!" Mawar menyuarakan segala keluh kesah yang ia simpan, selama ia berteman dengan Cheryl."Bukan gitu...""Diam!" Bentak Mawar."Ak
1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati
Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa
Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si
Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta
Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta
"Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o
1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l
"Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu
Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga