Share

Scene 4

Author: Rose Marberry
last update Last Updated: 2020-09-02 10:40:59

Cheryl berdandan begitu cantik hari ini, demi bertemu pangeran berkuda putih cewek berisik itu memakai lipstick, eye shadow, mascara, blush on, dan bedak tebal 2 centi. Cheryl merasa dirinya sudah seperti wanita panggilan.

Cheryl tampil lebih girly, padahal Cheryl manusia super cuek yang tidak peduli dengan penampilannya. Cheryl memakai blouse maroon dipadukan dengan mid long skirt, dengan memakai sneakers putih. Cheryl begitu percaya diri, ia yakin si tampan akan terpincut. Cheryl mengurai rambutnya yang lurus panjang.

Tampilan begitu cantik, tapi lagi-lagi mereka berakhir mengenaskan di fakultas Teknik. Cheryl dan Mawar duduk di bangku fakultas dibawah pohon pinus yang tinggi. Mawar sibuk makan, ya Mawar tanpa makanan, ibarat ikan tanpa air. Sebelum mereka berakhir mengenaskan, Mawar sudah membeli jajanan satu kantung hitam penuh. Malah makanan itu sudah habis, dan Mawar berencana ingin membeli lagi, Mawar memelihara cacing Alaska besar-besar yang rakus di dalam perutnya.

Cheryl mendengus pasrah, padahal semalam ia sudah bertekad harus tahu nama dan nomor handphone si tampan. Jika begini, harapan Cheryl pupus.

Total mereka menunggu 2 jam, dan Cheryl hanya menunggu sambil mendengarkan lagu Selena Gomez. Mata kuliah pertama, dosen tidak masuk dan kesempatan buat Cheryl, menjalankan misi. Cheryl sudah bertekad tidak akan menyerah sampai mission complete.

"Aku ngantuk." Mawar menyandarkan kepalanya di bahu Cheryl.

"Beli jajan sana." Mawar akhirnya pergi lagi ke kedai. Tante yang berjualan sudah kenal Mawar, cewek itu langganan belanja paling banyak. 

Mawar sedang memilih jajanan.

"Benar kan, kita jumpa lagi." Seseorang berbicara dari belakang, hampir berbisik dan wajahnya tepatnya di tengkuk Mawar, membuatnya merinding. Dengan cepat Mawar berbalik, pangeran Cheryl tersenyum padanya begitu manis. Tanpa sadar, Mawar menelan salivanya. Karena tak ingin terlibat terlalu jauh, Mawar mengambil ancang-ancang, Mawar menghitung pergerakannya, terpaksa ia harus mendorong pujaan hati Cheryl. Dengan kekuatan angin, Mawar mendorong lelaki itu dan berlari sekuat mungkin. Biarlah dianggap tak sopan, Mawar tak ingin membiarkan perasaannya makin melebar dan menyakiti hati yang lain, Mawar akan mengorbankan perasaannya demi sahabatnya.

"Anjir.... jumpa hantu." Mawar masih mengatur napasnya satu-satu. Mawar menarik napas panjang dan menghembuskan, mengatur kagi detak jantungnya yang nyaris copot.

"Pasti hantunya ganteng." Gurau Cheryl. Mawar langsung terdiam, ucapan asal Cheryl benar.

"Jadi, mau nunggu?" Cheryl memperhatikan ekspresi temannya yang seperti orang ketakutan. Seperti melihat hantu sebenarnya.

"Lo meragukan keyakinan seorang kembaran Kaia Garber, apapun yang aku inginkan harus tercapai. Apalagi dia begitu tampan, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya." Mawar tenggelam dalam ambisi Cheryl yang begitu besar. Mawar yakin, si tampan itu pasti luluh dan mau, Cheryl memang cantik. Ia begitu periang, menutupi semua luka yang ia dapatkan dari bayi hinga sekarang. Mawar begitu kagum pada Cheryl yang pandai menutupi semua luka yang ia alami.

Mawar sering ke rumah Cheryl, namun hanya kekosongan dan kehampaan yang ada dalam rumah itu. Suasana hangat, dalam rasa kekeluargaan tidak tergambar disana.

"Ya, aku juga berharap seperti itu."

"Makasih Mawar." Cheryl memeluk sahabatnya. Hanya Mawar yang begitu pengertian, dan hatinya begitu luas. Cheryl bersyukur bisa mengenal Mawar. Dia--- Mawar manusia paling berhati mulia yang pernah ia kenal. Semua orang kenal Mawar, karena orang yang tidak segan menolong siapapun, dan ia pandai mencairkan suasana. Jika ada perkumpulan, akan terasa ramai jika Mawar bergabung.

"Eh, bukannya tadi kamu mau beli jajan?"

"Oh, lupa bawa duit." Mawar nyengir. Cheryl mendengus kesal.

"Beli sana." Perintah Cheryl. Siapa sih yang tidak mau berteman dengan model manusia seperti Mawar? Dia yang belanja, pakai uang pribadi, dia yang capek. Sungguh, betapa mulianya seorang Mawar. Ia tidak pelit.

"Capek lah."

Sebenarnya, Mawar ingin bilang ke Cheryl, kalau sang pangeran yang mereka tunggu ia jumpai di kedai. Tapi, Mawar malas untuk berjumpa dengan lelaki itu lagi.

"Aku lapar."

"Gila lu. Satu kantong udah habis, dan sekarang lapar?"

"Hehehe. Belum masuk nasi." Prinsip hidup Mawar, hidup untuk makan.

"Yaudah ke kantin." Kedua sahabat itu ke kantin, yang kebetulan berhadapan dengan Fakultas Teknik.

"Gila! Ramai bangat." Cheryl mendesah lesu. Masalah ramai tidak apa, inti permasalahan, saking ramainya kantin, tidak sedikiti pun, tersisa bangku, untuk sekedar satu pantat duduk disana.

Cheryl dan Mawar berdiri di pintu masuk kantin, sambil melihat peluang mereka bisa duduk atau tidak. Sebenarnya, kantin ada beberapa, tapi kantin Bahagia, menjadi kantin favorit di kampus, dan paling lengkap menu makanan.

"Hai..." Cheryl langsung memandang tak suka. Dia--- Sandra, teman satu jurusan beda kelas. Sandra dan Mawar lumayan dekat, karena mereka satu organisasi. Kalian penasaran, Cheryl ikut organisasi apa? Cheryl mengikuti organisasi, merenungi nasib, di kamar sendirian, di temani Meredith, yang kadang ia koyak dan dipungut kembali.

"Kantin ramai ya."

"Iya nih."

"Aku tahu, tempat makan, yang rekomended untuk anak kos, murah dan enak-enak."

"Kuy-kuy." Cheryl hanya diam, karena ia merasa tersisihkan. Cheryl tak pernah suka, Mawar berteman dengan orang lain, kecuali dirinya. Cheryl ingin, perhatian Mawar terpusat padanya.

"Ayo Cher." Cheryl mengikuti langkah, Mawar dan Sandra, yang sudah sibuk membahas kegiatan organisasi mereka.

Ketiganya menuju cafe, bukan cafe yang mengusung tema setengah restoran, walau bukan restoran yang mewah. Setidaknya sesuai kantong mahasiswa.

Mawar memarkirkan mobilnya yang berwarna merah. Cheryl hanya diam, selain karena tidak paham arah pembahasan. Ia sedikit tak suka pada Sandra. Cheryl bisa melihat bahwa, Sandra type orang yang suka merebut hak orang lain.

"Nah ini tempatnya." Ketiganya mulai memesan makanan.

Sandra hanya memesan salad buah, ia sedang dalam program diet. Mawar memesan ayam geprek kuli, alias double tambah nasi dua piring. Cheryl kadang merasa, cowok bisa ilfeel melihat porsi makan Mawar yang kelewatan.

"Aku pesan es buah aja." Melihat menu makanan yang banyak, Cheryl kenyang duluan.

"Alah, sok diet Cher. Nanti makanan aku juga yang ludes." Cheryl hanya nyegir. Dan memandang tak suka pada Sandra. Cheryl ingin bilang pada Mawar, bahwa tak usah berteman dengan Sandra.

Pesanan masing-masing datang. Cheryl memesan es buah, Sandra salad buah, Mawar nasi dan ayam geprek double porsi, plus jus mangga dan air mineral satu botol.

Karena Cheryl ketularan Mawar, sudah dipastikan ia juga makan bar-bar seperti Mawar. Dalam sekali teguk, es buah itu tandas, sisa es batu. Cheryl mulai mendekati Mawar, berniat mengacau Mawar.

Sandra hanya terdiam, dia baru tahu kalau dua sahabat yang tak beres ini, sudah pada tahap jauh dan intim persahabatan mereka. Sandra memasukan apel sepotong dan mayonaise dalam mulutnya sambil terus memperhatikan, Cheryl dan Mawar yang berebut ayam. Sandra hanya bisa geleng-geleng.

"Itu tulangku!" Tukas Cheryl. Ia baru saja ingin merasakan tulang ayam, yang ada bagian tulang lunak, malah diambil Mawar duluan.

"Tulang aku!"

"Tulang aku!" Cheryl memegang tulang itu, dan mengetuk kepala Mawar. Sandra seperti melihat dua anak anjing yang rebutan tulang. Mereka sudah dewasa, seharusnya mereka tidak melakukan hal memalukan ini. Hanya saja, Sandra belum paham, mode persahabatan seperti apa dua orang ini.

Mawar dan Cheryl masih seperti anjing dan kucing yang tengah berebutan tulang.

Karena kesal Mawar memasukan semua ayam itu dalam mulutnya. Otormatis ia merasa kepedasan. Cheryl meneguk habis jus mangga Mawar. Mawar jadi berang, tadi sok-sok tidak mau, sekarang Cheryl merebut makanan miliknya.

"Anjiirr... Cher. Kira-kira dong, ku bilang pesan sama tak mau. Sekarang rebut barang orang."

Cheryl mengunyah ayam itu dengan cuek, masih dengan mulut penuh, Cheryl mendengar suara orang tertawa. Dan melihat Sandra yang tidak melepas padangannya dari pemandangan di depan.

Cheryl pun refleks menoleh, demi apa sang pengeran datang ke tempat makan yang sama. Lelaki berwajah tampan itu, memakai kemeja hitam, menambah kesan maskulin dan begitu jantan. Menyadari mulut yang penuh makanan, Cheryl langsung berlari ke wastafel, ia membuang semua makanan itu. Cheryl merasa, ia dan si tampan saling menatap beberapa detik.

Moment yang sangat sial bagi Cheryl. Cheryl kumur berkali-kali di wastafel, dengan nasi dan ayam yang mengambang di wastafel, membuat wastafel tak berdosa itu sumbat. Tak menghiraukan wastafel yang sumbat, Cheryl berkaca. Make up yang ia pakai belum luntur.

Cheryl merapikan poninya, memastikan tidak salah orbit. Sempurna. Bibir tipis dan mungil itu terlihat memerah karena kepedasan. Cheryl tersenyum ke arah kaca. Ia siap memperjuangkan masa depannya.

Dengan gaya anggun, Cheryl kembali ke tempat duduknya. Mawar dengan cuek membersihkan tulang-tulang yang ia makan, dan bekas Cheryl. Mawar dan Cheryl tidak jijik, jika mereka bertukaran makanan dari mulut ke mulut. Mawar sengaja makan dengan cara yang lebih menjijikan, agar pangeran Cheryl tidak menganggu diriny lagi, dan fokus ke Cheryl. Mawar ingin Cheryl bahagia.

"Kau udah tahu kan, pangeran aku?" Cheryl membanggakan diri. Sandra mengernyit, Cheryl punya pacar?

"Nah, Sandra kenalin, pacar aku yang pakai kemeja hitam yang lagi main HP." Sandra menelan salivanya kasar. Demi apa, seorang Juna kepincut dengan Cheryl si cacing betina?

Sandra kenal Juna, ia sering bermain bersama teman-temannya, dan dalam tongkorkongan itu ada Juna. Setahu Sandra, Juna jomblo. Tentu saja jomblo yang elegant, banyak sekali para gadis mengejar dan mendekati Juna, hanya saja, lelaki itu tak pernah menggapi, tak ada yang nyantol di hatinya. Walau sekarang, Juna sudah menemukan seorang tambatan hatinya, tinggal menunggu saat yang tepat, agar Juna bisa memilikinya seutuhnya.

"Kok bisa kenal?" Sandra memperhatikan Cheryl lagi. Secara fisik memang cantik, tapi kok bisa? Dan jika mereka pacaran, kenapa Juna tidak menghampiri Cheryl?

"Kau kenal dia kan?" Mode songong Cheryl keluar.

"Kenal." Cheryl tersenyum cerah, matanya membola. Yuhuu... saatnya membongkar identitas si tampan yang sok misterius.

"Ok, kalau kau kenal. Pasti tahu namanya kan? Siapa namanya?" Sandra mengangkat alisnya, pacaran tapi tak kenal nama? Apa yang ia lupakan disini?

"Jadi siapa namanya?" Cheryl memainkan alisnya. Dia memang cantik, tapi Cheryl kelewat bar-bar dan berisik, dan hanya Mawar yang bertahan berteman bersama Cheryl.

"Joko." Entah ide darimana, mendadak Sandra ingin mengerjai Cheryl.

"Apa?"

"Nama dia Joko." Cheryl menoleh ke si tampan, sedikit bulu kuduknya meremang. Seriusan, si tampan namanya seperti itu?

Cheryl sudah ilfeel duluan, haruskah ia menyerah, karena nama si tampan tak sesuai ekspektasinya?

***

Mampos kau Cher, Ilfeel duluan.

Ini pengelaman nyata gaes... emak dunia nyata, emang gak beda jauh sama si Cheryl, macam cacing kepanasan. Jadi, emak yg ngejar si tampan itu.

Emak yg ngajak kenal duluan, emak ngajak foto, norak yekan XD.

Karena emak gak tahu nama, teman emak bilang si tampan itu namanya Joko. Asli, gak terima otak emak, mustahil muka tampan nama Joko. Walau bisa, cuman jaman sekarang Nama Joko itu langka, dalam artian itu nama orang tua dulu.

Awalnya ilfeel duluan, kayak gak mau suka lagi. Tapi ngebayang mukanya tetap suka :V 

Related chapters

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 5

    Joko.Nama yang begitu menganggu Cheryl. Apa benar begitu? Jika itu kenyataan, apa Cheryl bisa menerima nama itu. Atau Sandra berbohong, jika Joko itu nama orang tua si tampan.Hari ini, Cheryl nekat lagi ke fakultas Teknik. Demi pujaan hati.Cheryl ingin menanyakan langsung ke sang empunya, jika benar, Cheryl akan pikir-pikir lagi, untuk menerima kekurangan nama lelaki itu. Tapi Cheryl yakin, bukan itu namanya. Penampilannya, bukan orang biasa. Cheryl bisa melihat, tampilan Juna a.k.a Joko, seperti orang kaya.Mawar jengah, dan sudah lelah dengan pengejaran dan kegigihan Cheryl, namun hasilnya nihil. Sebenarnya, Mawar sudah tahu namanya. Namun, ia malas memberitahu Cheryl. Biarkan saja, agar Cheryl berusaha lebih keras lagi, walau ujungnya ia yang disusahkan.Mawar memakan kacang berbalur coklat dengan tak berselera. Mereka bolos mata kuliah Essay Writing. Kebetulan yang mengajar Mam Nani

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 6

    C : abang bohong -_-. Yang jumpa di tempat print kampus. J : maaf, saya memang nggak pernah ke tempat print kampus. Kamu salah orang. C : abang nggak lucu. Jangan gini dong, nanti aku sedih. Hiks, abang jahat :'( J : lah, saya bicara kenyataan. Cheryl bingung, dengan jawaban ini. Dia salah orang atau si tampan itu memang tak berminat padanya sama sekali.C : ini Juna kan? J : iya. C : semester 5? J : iya. C : abang jurusan teknik kan? J : ya dek. Teknik itu banyak. C : coba abang kirim foto abang. J : entar, aku dipelet lagi. C : kagaaa

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 7

    Pencarian Cheryl belum berakhir. Setelah, ia mempertaruhkan harga dirinya dan berakhir nyasar, membuat Cheryl tidak kapok. Tapi Cheryl semakin bersemangat, agar sang pujaan hati jatuh ke pelukannya.Kuliah tetap jalan, walau Cheryl tetap bolos demi memperjuangakan cintanya. Dan Mawar selalu mengorbankan dirinya.Mawar dan Cheryl tebar pesona di fakultas teknik, siapa tahu mereka cadangan cogan yang lain. Sungguh, Cheryl tidak mengerti dengan dirinya yang bertramsformasi menjadi cewek ganjen. Tapi ia menikmati ini semua, Cheryl ingin melupakan masalah yang menimpanya di rumah. Tak diakui.Cheryl meniup-niup poninya. Masih dalam proses menunggu, entah sampai kapan. Sedangkan Mawar fokus ke ponselnya, sesekali ia tersenyum. Tapi, Cheryl tak peduli pada kegiatan Mawar, ia ingin secepatnya menemui si tampan itu."Aku ke kedai dulu ya." Mawar pergi, Cheryl masih duduk disana."Jangan, suntuk. Ik

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 8

    Saatnya menebar pesona.Berbekal info dari Galvin, hari ini Cheryl berencana menemui sang pangeran berkuda poni. Jadi, Juna dan kawan-kawan, akan mabar alias main game bersama di cafe yang pernah Cheryl kunjungi dan berakhir sial. Dan hari ini Cheryl mencoba mencari peruntungan lain.Semenjak punya crush, Cheryl jadi rajin berdandan sekarang. Bahkan gadis itu, memakai lipstik berwarna pink yang lumayan menyilaukan mata, saking tebalnya."Emuah." Cheryl berpose ala-ala selebgram yang berfoto sambil memanyunkan bibir. Mawar jengah, melihat tingkah sahabatnya. Jadi, Cheryl memaksa Mawar agar mereka berjumpa kali ini. Cheryl harus menemui Juna langsung dan menyatakan perasaannya. Entah Cheryl bisa atau tidak, kita saksikan saja nanti bersama. Tapi, satu yang Cheryl yakini, Juna akan jatuh ke pelukannya."Udah cantik belum ya?" Sepanjang perjalanan, Cheryl berkaca, bahkan ia membenarkan bedaknya dengan jumlah y

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 9

    Patah hati.Patah hati bisa membawa dampak, bagi orang yang mengalami. Ada yang patah hati, berevolusi menjadi manusia jadi-jadian. Dalam artian, berubah menjadi manusia sukses. Berawal dari patah hati, mereka merangkak bangkit demi balas dendam akan sakit hati. Ada yang berubah jadi psikopat ketika mereka mengalami patah hati yang hebat.Dan Cheryl tidak termasuk diantara manusia-manusia itu. Gadis itu hanya meringkuk seharian sampai semalaman di kasur. Menangis ya ia menangis. Juna mematahkan semua tulangnya, hingga ke tulang belakang sampai tulang sumsum. Luar biasa. Bahkan, sekedar makan ia tak berselera.Bahkan, Cheryl merasa Meredith tak mampu menampung semua keluh kesahnya yang dirasa begitu pahit. Meredith tak sanggup.Cheryl masih menangis di kasur dengan pakaiannya yang belum diganti selama 4 hari. Patah hati yang begitu hebat.Cheryl masih ingat, ketika Juna keluar ia menangis d

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 10

    Chatting antara Cheryl dan Galvin semakin intens. Galvin merupakan lelaki yang begitu perhatian, dan sopan.Banyak hal receh yang Galvin lakukan demi membuat Cheryl tertawa, minimal gadis itu tersenyum malu. Bahkan, gadis itu melupakan Juna. Walau, di dalam hatinya tetap tertanam nama Juna disana. Ia merasa, Tuhan tak adil. Kenapa, Tuhan tak mengirim Galvin duluan. Hingga ia tak perlu berjumpa dengan Juna yang mematahkan semua hati dan tulangnya.Siang ini Galvin mengajak Cheryl berjumpa. Nongkrong seperti anak muda yang lain. Tapi, Galvin bilang akan ada Juna disana, jadi Cheryl harus mengajak Mawar.Cheryl juga sudah berjanji, hingga pulang kuliah, mereka bisa pergi kesana. Cheryl ingin berdamai, dan menerima semuanya atau minimal Juna terpukau melihat sikapnya. Karena Cheryl yakin, lambat-laun, Juna akan melihat dirinya.Cheryl ingin ia terlihat elegant di mata Juna sekarang. Walau ia pernah merendahkan

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 11

    Cheryl mengembungkan pipinya kesal. Ia menatap Sandra penuh permusuhan. Cheryl tak suka, saat Sandra seperti berusaha menarik perhatian Juna. Tapi, cowok itu tidak terpengaruh sama sekali."Perang dagang memang mengkhawatirkan. Takutnya, bisa berujung ke perang politik dan perang sebenarnya. Huuu.. ngeri sih, kalau semua negara udah gerak, bayangkan Rusia mihak ke China. Amerika gandengan dengan Korea Utara." Berkali-kali Cheryl mengembangkan hidungnya, karena jengah. Ia tak suka melihat cara Sandra yang berusaha membuat Juna terpukau pada kecerdasannya.Semua orang hanya diam. Sandra yang memimpin pembicaraan. Harusnya dia salah alamat. Para cowok yang berada disini semuanya jurusan teknik, siapa anak teknik yang mau mengurus politik? Cheryl tahu, Sandra berusaha agar ia terlihat cerdas dan berwawasan luas di mata semua lelaki.Mawar bermain ponsel sambil tersenyum seperti orang gila, sambil menyeruput minumannya. Sedangk

    Last Updated : 2020-09-02
  • I WAS NEVER YOURS   Scene 12

    Cheryl mengajak ingin ikut ke rumah Mawar. Cewek itu ingin main bersama Jasmine, atau melihat Jared-- Abang Mawar yang tampan. Tapi, tujuan utama Cheryl ingin bertemu Jevi. Cewek berisik itu, ingin merasakan kehangatan seorang ayah.Cheryl begitu excited, dia akan merasakan apa itu rumah saat berada di rumah sahabatnya. Dan rumah Mawar, banyak makanan, jadi Cheryl bebas makan."Semalam Ibu sama Jasmine buat ice cream." Mata kucing mendadak menyala. Benar-benar surga kedebgarannya."Buat banyak 'kan? Aku mau makan sendiri satu kotak." Pekik Cheryl riang. Di rumah Mawar ia akan merasakan sebagai seorang ratu, anggap rumah sendiri, kehangatan, dan makanan yang berlimpah."Buat 2 aja.""Yah..." Cheryl mendesah kecewa."Nanti bagi sama Jasmine aja. Kan dia yang buat, bisa heboh serumah kalau dia nggak dapat. Manjanya naudzubillah tuh anak." Cheryl tersenyum sekilas pada Mawar.

    Last Updated : 2020-09-02

Latest chapter

  • I WAS NEVER YOURS   Fun Facts

    1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 40 (Tamat)

    Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 39

    Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 38

    Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 37

    Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 36

    "Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 35

    1 tahun berlalu."Anak mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu mami lagi? Udah bahagia disana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl."Ah, mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, mami datang untuk pertama kalinya kesini. Ini bukan hal yang mudah nak. Tapi, perlahan mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, mami sebagai mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali megingat memori l

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 34

    "Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta, diperoleh selama masa persidangan dari keterangan saksi-saksi, maupun keterangan terdakwa beserta barang bukti yang ada, diketahui pada hari Sabtu, tanggal 21 November sekitar pukul 11.34, berdekatan antara persimpangan jalan Garuda menuju jalan Elang terdakwa Komar mengendarai kendaraan roda empat, telah menabarak seorang perempuan bernama Cheryl Anastasia yang sedang menyeberang jalan ---"Mawar langsung keluar ruang dari persidangan, tak sanggup mendengar lebih lanjut. Membuat dirinya makin terpuruk dan hancur disaat bersamaan. Harusnya ia ada, disana untuk menemani Juna, karena laki-laki itu yang menjadi saksi hingga berlanjut sampai persidangan hari ini, dan putusan bersalah.Delisha juga ikut, tapi tak berani masuk ke dalam, wanita hanya menunggu di luar, dengan kain selempang yang menutupi kepalanya, pakaian ciri khas orang sedang berduka.Mawar menutup mulutnya, dan langsu

  • I WAS NEVER YOURS   Scene 33

    Tiga Minggu, Mawar berani mengunjungi makam sahabatnya. Tiga Minggu terakhir adalah masa terberatnya, masa-masa ia berada ada hidup yang paling bawah. Kepergian Cheryl membawa duka yang mendalam bagi semua orang yang ditinggalkan.Sekarang, perkumpulan mereka tak lagi seperti dulu. Semuanya tak lagi sama, hanya ada kekosongan yang mereka rasakan.Mawar sedang berjongkok di depan makam Cheryl, sambil menerawang kosong. Tak ada yang ia buat, selain terduduk dalam waktu yang tak bisa ia tentukan kapan ia bisa menerima takdir kejam ini.Cheryl Anastasia.Seorang gadis periang, dengan menyimpan banyak luka di hatinya. Tapi, ia bertingkah konyol demi menghibur orang lain."Berapa lama nggak jumpa?" tanya Mawar sambil memegang nisan tersebut. Ya, matanya masih bengkak menangis terus siang dan malam. Terkadang, Mawar terbangun di tengah malam dan menangis seperti orang gila, membuat semua keluarga

DMCA.com Protection Status