Beranda / CEO / I Love You Mr. Muren / CHAPTER_7 SIAPA DIA?

Share

CHAPTER_7 SIAPA DIA?

Penulis: Audrey_16
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan pimpinan saya, Nona." Gunn kembali membungkuk untuk meminta maaf.

"A-apa? P-pimpinan? Jadi pria badas itu pimpinan Anda?"

"Ya. Nona."

"Wuah, luar biasa. Ternyata ada juga pimpinan yang memiliki tabiat buruk seperti dia. Dan kenapa Anda begitu betah berada di samping orang sepertinya?"

Gunn lengkungkan sudut bibir ke atas, membentuk sebuah senyum. Cukup memahami kekesalan Aruhi. "Maaf Nona, jika kejadian ini membuat Nona merasa tidak nyaman."

"Tidak apa-apa," balas Aruhi masih bisa tersenyum hingga membuat Gunn semakin merasa tidak enak. Bahkan ia tidak memiliki kata lagi untuk di ucapkan, sebab sadar jika sikap Muren memang sudah membuat gadis di hadapannya merasa tidak nyaman. Tepatnya kesal, dan mungkin marah.

"Baiklah. Selamat siang," pamit Gunn sebelum melangkah pergi. Bersamaan dengan seorang karyawan toko yang terlihat berjalan menghampiri Aruhi.

"Maaf, Nona."

"Ya?!"

"Sepertinya kami tidak menemukan anting yang sama persis seperti milik Anda," ucap karyawan toko kembali meletakkan anting milik Aruhi di atas counter.

"Tapi bukankah Anda mengatakan jika memiliki anting yang sama persis dengan ini?"

"Maaf Nona, kami pikir anting ini hanya anting biasa. Tapi sepertinya ini hanya bisa di dapat jika melakukan pemesanan khusus untuk membuatnya."

Aruhi menarik napas panjang dan melepaskannya dengan perlahan. Gadis itu tersenyum sekilas sebelum kembali memasang wajah muram. "Baiklah, terima kasih," ucapnya.

Ternyata tidak mudah untuk mencari yang sama persis seperti antingnya yang hilang. Dan jika memang antingnya hanya bisa di dapatkan kembali dengan cara memesannya terlebih dulu, bukankah ia tidak perlu mengelilingi seluruh toko di kota ini lagi untuk mencarinya? Selain akan membuang waktunya, ia juga akan sangat kelelahan dan berakhir pulang larut malam lagi.

"Ah, ini cukup melelahkan," keluh Aruhi hampir menangis. 

Ia bahkan masih berdiri di tempatnya dengan kepala tertunduk hingga beberapa menit sebelum memutuskan untuk keluar dari sana. Mungkin ia akan sedikit terhibur jika kembali ke restaurant dan bertemu Night, tidak bisa ia pungkiri jika selama ini hanya pria itu yang selalu bisa menghiburnya. Dan seolah saling memiliki ikatan batin, ponselnya kembali berdering dengan nama 'Malam' yang tertera di layar ponselnya.

"Night."

"Kau baik-baik saja?" Satu pertanyaan dari Night yang membuatnya benar-benar ingin menangis, bahkan ia belum menceritakan apa pun pada Night, tapi sepertinya pria itu sudah bisa menebak jika ia sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Aku tidak menemukannya." Aruhi melangkah keluar dari toko, berjalan lambat mengintari trotoar yang sebagian permukaannya di penuhi dedaunan kering, sebelum memutuskan untuk duduk di sebuah kursi di pinggiran taman sambil meluruskan kedua kakinya yang mulai keram.

"Lalu di mana kau sekarang?"

"Taman."

"Tunggu aku di sana. Aku akan menjemputmu."

Panggilan telpon terputus. Aruhi kembali menarik napas berat, memangku kedua tangan sambil menengada, mengabaikan dedaunan maple kering berguguran yang di terpa angin dan mengenai wajahnya. Ia hanya memejamkan mata sambil menikmati hembusan angin menyapa wajahnya yang tampak bercahaya saat terkena pantulan sinar lampu taman yang terkadang timbul dari balik dedaunan kala angin meniupnya.

Dan di detik berikutnya, terlihat mobil yang melintas dengan perlahan melewatinya, bersamaan dengan tatapan mata tajam dari seseorang yang tengah duduk menyenderkan tubuh di jok depan, dengan pandangan yang sekilas tertuju ke arahnya yang masih dengan posisinya.

"Apa kau sudah mendapatkan cincin yang sesuai dengan keinginanmu?" tanya Gunn, sang pengendara mobil yang baru saja melintas.

"Tidak, aku akan kembali nanti," balas Muren, menatap kaca spion yang masih memantulkan bayangan Aruhi yang tengah melamun di sana. Hingga banyangan itu menghilang, dan Muren yang kembali memejam.

"Apa kau butuh bantuan?"

"Tidak, Gunn. Terima kasih." Muren menjawab sebelum mengeluarkan benda mungil dari balik saku jas dan menatapnya.

"Apa kau masih memikirkan pemilik anting itu?" Gunn melirik sekilas ke arah Muren yang masih menatap benda di tangannya.

"Yah, aku merasa jika pernah melihat pemilik anting ini." Muren kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Haruskah kita ke klub untuk memastikannya?"

"Apa kau masih mengira jika pemilik anting ini salah satu wanita di klub, Gunn?"

"Yah, aku rasa begitu."

"Tapi aku pikir tidak."

"Kenapa kau bisa berpikir demikian?" tanya Gunn.

"Entahlah. Aku hanya merasa jika pemilik anting ini adalah seorang yang berbeda, sangat menggambarkan sisi feminin, seorang yang sederhana, dan .... "

"Cantik," potong Gunn. "Berlian menggambarkan sosok yang cantik dan elegant. Sepertinya kau sudah mendapatkan gambaran tentang sosok sang pemilik anting," sambungnya kembali melirik Muren.

Suasana kembali hening hingga beberapa menit.

"Kapan kau akan melamar Ellena?" tanya Gunn membuyarkan lamunan Muren.

"Akhir pekan ini."

"Apa kau sudah mempersiapkan semuanya?"

"Aku bahkan belum mendapatkan lokasi yang tepat." Muren kembali memasukkan anting tersebut ke dalam saku jasnya.

"Bagaimana jika restaurant di tempat biasa? Aku yang akan mengurus semuanya."

"Ide yang bagus, aku serahkan padamu, Gunn."

"Baiklah, usai bertemu klien sore ini, aku akan mengurusnya."

"Ya," angguk Muren mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan mulai memeriksa semua notifikasi di sana. Bahkan sekilas pria itu terlihat tersenyum saat membaca beberapa pesan singkat yang mungkin saja itu pesan dari kekasihnya.

Sedang di pinggiran taman, tidak jauh dari sana tampak mobil lain terlihat berhenti tepat di depan Aruhi yang mulai memaksakan diri untuk tetap tersenyum seperti biasa agar tidak membuat seseorang itu khawatir, meski tak berlangsung lama sebelum senyuman itu menghilang dan berganti dengan wajah yang kembali terlihat murung.

"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Night berjalan menghampiri dan langsung duduk di samping Aruhi.

"Mengurangi sesak."

"Sesak? Apa sesuatu telah terjadi?" Night menatap wajah Aruhi yang masih menengada, seolah langit pekat adalah hal yang paling menarik saat ini.

"Entahlah, ada banyak hal yang terjadi hari ini, tapi tak satupun yang menyenangkan bagiku."

"Bisa kau menceritakan salah satunya? Mungkin saja itu bisa mengurangi beban yang kau rasakan saat ini."

"Aku hanya ingin bersandar dan tak ingin bercerita," balas Aruhi yang tanpa aba-aba langsung menyenderkan kepalanya di bahu lebar Night. Dan entah mengapa ia selalu merasa nyaman dengan posisi itu.

"Baiklah, jika kau merasa itu lebih baik." Night mengusap kepala gadis itu lembut dan tidak ingin bertanya apa pun lagi. Sebab ia tahu jika Aruhi pasti akan menceritakan semuanya jika ia merasa lebih baik. Hingga beberapa menit berlalu saat mereka duduk dalam hening.

"Night."

"Ya?"

"Apa kau pernah bertemu seseorang yang memiliki sikap sangat menyebalkan?" tanya Aruhi yang masih menyenderkan kepalanya di bahu Night.

"Aku rasa sering."

"Lalu? Apa kau pernah berpikir untuk menghajar mereka?"

Night menyunggingkan senyum, merasa lucu dengan pertanyaan Aruhi. Bagaimana bisa ia memiliki keinginan itu jika yang memiliki sikap menyebalkan adalah kebanyakan perempuan yang menginginkannya tapi terkadang membuatnya kesal.

"Aku rasa, iya."

"Lalu?"

"Sayangnya aku belum pernah melakukannya," balas Night santai.

"Ah, seharusnya kau menghajar saja mereka."

"Apa orang itu benar-benar menyebalkan?" tanya Night tidak terduga, ia bahkan bisa menebak dengan muda apa yang sudah di lalui Aruhi seharian ini hanya dengan mendengarkannya saja .

"Hah?!" Aruhi mendongak, menatap wajah dagu Night.

"Orang yang sebenarnya sangat ingin kau hajar. Apa dia benar-benar sangat menyebalkan?"

 "Ya. Dia sangat menyebalkan." Aruhi mengangkat kepala, dan memilih menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi bersamaan dengan ingatan yang kembali tertuju kepada sosok Muren yang baru saja di temuinya beberapa saat lalu. Pria itu berhasil membuatnya kesal, tapi tidak cukup membuatnya merasa sangat marah. Meski itu terdengar aneh tapi itulah yang ia rasakan saat ini. Ia hanya kesal tapi tidak marah.

 "Siapa dia?" 

---

Bab terkait

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_8 MARI BERCINTA.

    "Aku tak mengenalnya. Aku bahkan tidak tahu namanya," balas Aruhi yang memang tidak mengetahui apa pun tentang Muren."Tapi dia sudah membuatmu kesal?" tanya Night yang hanya di balas anggukan oleh Aruhi. "Sungguh?""Ya.""Apa yang terjadi?""Maksudnya?""Mengapa ia menjadi sangat menyebalkan? Apa kalian pernah terlibat masalah sebelumnya? Atau ada hal lain?" "Aku sendiri bahkan tidak mengerti kenapa aku jadi sangat sensitif, apa karena aku kesal sebab ia tak mengingatku? Lalu kenapa? Aku juga bukan orang penting yang harus ia ingat. Apa diam-diam aku mengharapkan kata terima kasih darinya? Ah, ini gila. Kenapa aku jadi sangat konyol," batin Aruhi."Aruhi, apa benar kalian berdebat?"Aruhi terbangun dari lamunan, balas menatap Night yang sejak tadi menatapnya seolah sangat menantikan jawaban darinya dengan segera. Ia juga tidak menyangka jika reaksi Night akan lebih serius dari apa yang ia pikirkan."Hanya kesalahan pahaman aku rasa, tapi tetap saja dia sangat menyebalkan.""Apa dia

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_9 SESUATU YANG BERBEDA

    Ellena membuka kancing kemeja Muren satu persatu sebelum menatap pria itu yang juga tengah menatapnya sambil mengusap bibirnya lembut."No. Ellen," tolak Muren memegangi kedua tangan Ellena yang bahkan sudah berhasil membuka seluruh kancing bajunya hingga menampakkan tubuh sempurna penuh otot yang membuat jantung Ellena semakin bergemuruh menahan hasrat."Tapi aku sangat menginginkanmu malam ini, Muren." Ellena sedikit memohon sebelum mengecup dada Muren dan menyesap niplle miliknya, bersamaan dengan suara desahan rendah yang terdengar keluar dari mulut sang pria yang langsung meraih tengkuk leher Ellena dan melumati bibir itu dengan penuh gairah selama beberapa detik."Kita akan melakukannya nanti," bisik Muren merapikan rambut Ellena."But, I really want to make love to you.""Bisakah kau bersabar? Aku berjanji, kita akan melakukannya nanti. Setelah aku sudah melamarmu, Ellena.""Melamarku?" Alis Ellena mengernyit, cukup terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya."Yah, aku akan

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_10 KEMBALI MENGINGATNYA

    "Ya." Muren mengangguk pelan sambil memijat tengkuk lehernya yang sudah menegang sejak tadi."Lalu? Ada apa lagi kali ini? Bukankah seharusnya malam ini kau melamar Ellena? Aku bahkan sudah menyiapkan semuanya, dan cukup terkejut ketika kau membatalkannya begitu saja.""Ellen berangkat ke Swiss." Muren menjawab dengan nada pelan."A-apa?""Ellen berangkat ke Swiss." Muren mengulang kalimatnya sekali lagi meski dengan nada yang masih sama."Lagi?"Tidak menjawab, Muren hanya menganggukkan kepala pelan sebelum kembali meneguk minumannya yang tersisa."Berapa lama?" tanya Gunn."Tiga bulan.""Bukan waktu yang singkat. Dan kau membiarkannya?" tanya Gunn dengan ekspresi yang cukup serius kali ini."Memang apa yang harus aku lakukan? Mencegahnya? Aku bukan suaminya.""Tapi kau ....""Aku masih kekasihnya, Gunn. Aku rasa aku masih tak memiliki hak untuk itu," potong Muren.Gunn mengangguk paham atas jawaban yang keluar dari mulut Muren, meski ia masih tidak mengerti dengan apa yang ada di da

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_11 FLASHBACK 1

    Dengan langkah yang sedikit di percepat, Aruhi berjalan mengintari pelataran kampus yang sudah mulai terlihat sepi. Menyelesaikan tugas di perpustakaan yang menumpuk cukup menyita waktu hingga membuatnya harus menghabiskan waktu selama berjam-jam di dalam perpustakaan dan berakhir pulang larut malam."Good job, Ruhi. Kau bisa ketinggalan Bus lagi malam ini, dan seharusnya kau berlari sekarang, bukannya bersantai. Oh Tuhan, ini melelahkan."Kembali mengeluh meski tak memiliki pilihan lain dan memang ia harus berlari sekarang agar lekas sampai ke halte bus tepat waktu. Meski sepertinya kali ini gadis berkuncir itu kurang beruntung, sebab bus terakhir baru saja berlalu sebelum ia sampai ke Halte, dan itu cukup menjengkelkan."Heeii! Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Tuaan ... TUAN ...!"Aruhi berteriak keras, masih berlari mengejar bus yang semakin melaju hingga perlahan menghilang dari pandangannya yang mulai kabur oleh peluh. Hingga akhirnya menyerah dan memutuskan untuk berhenti b

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_12 FLASHBACK 2

    "Ini terlalu dingin ...." Suara keluhan dari pria di sampingnya terdengar serak sambil meringkuk dengan posisi yang sudah berubah, yang tadinya duduk bersandar di sandaran kursi penumpang kini berpindah posisi jadi berbaring tepat di atas pangkuan Aruhi, seolah kedua paha gadis itu sudah menjadi bantal ternyamannya saat ini. "Ah, jangan buat aku membangunkanmu dengan satu pukukan, Tuan. Bangunlah," pinta Aruhi di antara takut dan kesal. Sedang sang pria tak mendengar bahkan semakin pulas di atas pangkuannya, "Tuan, bangun sekarang juga, jika tidak aku akan benar-benar memukulmu, percayalah. Kepalan tanganku bisa membuatmu kesakitan." "Ada apa, Nona?" tanya sang pemilik taksi sambil melirik ke arah Aruhi yang kembali memejam. "Jauhkan pemabuk ini dariku!" "Hah?!" "Singkirkan dia dariku sekarang juga." Sang pemilik taksi mengalihkan pandangan ke arah sang pria yang masih pulas di pangkuan Aruhi. "M-maaf, Nona. Bisakah Anda bersabar?" "Apa?" "Bertahanlah sebentar lagi

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_13 KISAH YANG TERLUPAKAN

    Rolls Royce melaju dengan kecepatan tinggi melintasi jalan besar kota Manhattan di pukul sebelas malam, suasana masih tak begitu sepi, sebab pengendara masih terlihat berlalulalang kecuali para pejalan kaki yang hanya terlihat beberapa dengan langkah mereka yang tergesa seolah sedang memburu waktu. Namun, di antara beberapa di sana. Perhatian sang pengendara hanya tertujuh pada satu sosok yang sedang berdiri di pinggiran trotoar sambil melamun. Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu.Sang pengendara memelankan laju mobilnya, saat akan melintas di depan gadis itu. Meski tak berniat untuk berhenti, ia hanya menurunkan kaca mobil miliknya, agar leluasa melihat sang gadis yang di rasa pernah ia lihat di satu tempat, wajah itu benar-benar tak asing, dan hal yang membuat sang pengendara tak habis pikir dengan dirinya sendiri adalah mengapa ia sampai melakukan hal demikian. Menatap sang gadis dari dalam mobilnya yang juga ikut menatapnya sebelum ia menginjak pedal gas dalam. Membiarkan

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_14 KEMBALI MELIHATMU

    Nine beranjak dari duduknya, sedikit menjauh saat mendapatkan telpon darinya.📞 "Kak."📞 "Aruhi?! Bukankah kau sedang berada di restaurant saat ini? Di mana kau sekarang? Aku bahkan tidak melihatmu sejak tadi." 📞 "Aku sedang berada di luar sekarang."📞 "Di luar? Haruskah aku menjemputmu?"📞 "Aku rasa tidak perlu. Lagi pula aku akan ke restaurant sebentar lagi."📞 "Kau yakin?"📞 "Hmm."📞 "Dan, apa kau membutuhkan sesuatu? Aku sedang bersama seorang klien sekarang, tak bisa menemanimu mengobrol lama."📞 "Aku tahu."📞 "Lalu?"Hening, hingga beberapa saat. 📞 "Aruhi?" panggil Nine saat tak mendengar jawaban dari Aruhi. 📞 "Bisakah Kakak membantuku?" tanya Aruhi dengan nada yang terdengar ragu. 📞 "Tentu, apa yang kau inginkan?"Aruhi kembali terdiam, terlihat menarik napas panjang dan melepaskannya dengan perlahan. Merasa jika permintaannya kali ini mungkin adalah hal yang paling konyol. Namun, ia tak punya pilihan lain. 📞 "Aruhi? Kau masih di sana?"📞 "Bisakah Kakak berp

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER_15 AROMA YANG SAMA

    "Apa yang sudah kau lakukan dengan cangkir-cangkir itu?" tanya Night terlihat heran sekaligus gemas dengan tingkah tidak biasa dari Aruhi saat ini."Kau tidak melihat? Aku sedang merapikan cangkir-cangkir ini." Aruhi membalas dengan tersenyum yang malah membuatnya terlihat sangat bodoh. Bibir yang mengatup sambil memejam, dan langsung menyembunyikan dirinya di balik punggung lebar Night."Apa kau yakin jika sedang merapikannya? Kau bahkan mengacaukannya, Nona. Sadarlah."Aruhi melihat beberapa cangkir di atas meja. Berhamburan dan beruntung tidak sampai pecah."K-kenapa jadi ... berantakan semua ....""Menurutmu, ini ulah siapa?"Aruhi mengusap tengkuk lehernya, masih merasa gugup, merasa jika wajahnya memerah sekarang karena malu."Istirahatlah di ruanganku. Kau tampak aneh sejak tadi, aku curiga. Apa kebetulan kau mengenal CEO itu?""CEO? siapa?""Siapa lagi kalau bukan pria berwajah datar yang tengah bersama Nine di sana.""Tidak," balas Aruhi tanpa melihat Muren di sana, dan hanya

Bab terbaru

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 71_SEBUAH KECELAKAAN

    "Apa selama ini kau juga mencemaskanku?""Hah?!""Sepertinya tidak," balas Muren mulai merajuk di hadapan Aruhi yang membuatnya malah terlihat menggemaskan."Tentu saja aku lebih mencemaskan Anda, aku mencemaskan hubungan kita, aku bahkan sangat tersiksa karena sangat merindukan Anda," ungkap Aruhi untuk yang kesekian kalinya, sebab tahu jika pria itu sangat menyukai saat mendengarnya, ia pun mengusap wajah pria itu dengan lembut penuh kasih, betapa ia sangat menyayangi kekasihnya.Hingga pergerakan tangan Aruhi terhenti saat ia menyadari sejak tadi Muren sedang menatapnya dengan tatapan intens, tatapan yang membuat Aruhi seketika merasa gugup, di tambah lagi saat Muren mengusap bibir merah muda itu dengan ibu jarinya.Ada apa ini, kenapa sangat canggung. Aruhi mengedipkan matanya berulang kali saat Muen mulai mendekatkan wajahnya, hingga ia bisa merasakan napas hangat yang keluar dari mulut yang beraroma mint dari pria itu."Tuan Elves ...?!""Apa aku boleh melakukannya lagi?" bisik

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 70_BECAUSE I MISS YOU SO MUCH

    "Yah, dan yang membuat Muren tak bisa melakukan apa pun terhadapa Ellena selain memutuskan hubungan sepihak karena, pria yang menjadi kekasih Ellena adalah Nine, yang tak lain adalah kakak dari Aruhi sendiri.""A-pa?""Seperti yang kau dengar.""Jadi yang membuat masalah menjadi semakin rumit, karena itu?""Yah, semuanya jadi serba kebetulan.""Lalu bagaimana mereka bisa berakhir menjadi seorang kekasih?" tanya Lucas yang masih sangat penasaran dengan semua kisah yang sudah terjadi di antara kakaknya dan Aruhi."Mereka kembali bertemu dua tahun kemudian, oleh satu insiden yang sama seperti sebelumnya," balas Gunn yang menceritakannya secara mendetail."Dua tahun kemudian?""Yah, mereka membutuhkan waktu selama itu, sampai hati Muren sepenuhnya pulih dari luka hatinya, dengan terus mengkomsumsi alkohol, sungguh satu cara yang berbeda untuk melupakan semuanya.""Dan aku rasa ia selalu beruntung jika sedang mabuk, apa itu takdir mereka? Sebab selalu Aruhi yang menemukannya," sambung Luca

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 69_SOSOK GUNN, SANG ASISTEN

    "Semoga semuanya membaik." Lucas meletakkan beberapa barang yang masih untuh dari atas lantai ketempat semula, dan beruntung hanya beberapa barang yang pecah dan rusak di sana, jadi Lucas tidak begitu kesulitan untuk membereskan semuanya."Sepertinya baru saja terjadi badai di sini," ucap Gunn ikut membalikkan meja yang terbalik di sana. Entah sejak kapan pria itu di sana, Lucas bahkan tak menyadarinya."Yah, seperti yang kau lihat," balas Lucas masih tak habis pikir. Merasa jika tak hanya masalah dirinya dan Aruhi yang ada di dalam kepala Muren. Tapi ada masalah lain yang membuat kakaknya jadi sedikit berubah, entah itu apa. Lucas tak berhenti memikirkannya."Ada apa lagi?" tanya Gunn."Apa Muren tak mengatakannya?""Mengatakan apa?""Semalam ia tak pulang.""Apa?""Semalam Muren tak pulang, bukankah kalian bersama?" tanya Lucas setelah semuanya kembali rapi."Tak pulang? Maksudnya?""Muren pulang dalam keadaan kacau pagi tadi, dengan aroma alkohol yang menyengat, aku rasa ia memn

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 68_SALAH PAHAM

    "Apa maksudmu?""Ada apa? Apa aku salah berbicara sekarang? Kali ini aku masih bisa memaafkanmu. Aku tahu, kau melakukan itu semua karena peduli dengannya. Tapi mulai sekarang berhentilah melakukan hal yang bisa membuatku salah faham, Lucas. Sebab aku tahu apa yang harus aku lakukan untuknya. Dan aku sangat berterima kasih karena kau sudah menjaganya selama ini," balas Muren menatap tajam."Aku rasa kau sudah salah paham denganku, Kak ....""Apa menurutmu begitu? Yah, mungkin kau benar, aku sudah salah paham denganmu, maka dari itu. Jangan pernah melakukan hal yang bisa membuatku salah paham. Aku sudah mengatakan itu sebelumnya," potong Muren masih dengan tatapan tajamnya.Hening.Tak ada satu kalimat yang keluar dari mulut mereka, dan hanya tatapan mata tajam yang saling beradu sejak tadi. Hingga membuat suasana menjadi semakin menegangkan, bagaimana tidak jika saat ini perasaan cemburu kini menguasai hati juga pikiran Muren, hingga membuatnya menjadi sangat marah, dan kesulitan untu

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 67_SOSOK YANG BERBEDA

    Suara dentuman musik yang menggema di ruangan dengan pencahayaan yang cukup minim mengiringi sebagian para pengunjung untuk menari di atas flanel dengan pasangan masing-masing. Dan di antara sekian banyak pengunjung, terlihat sosok Muren yang sedang duduk seorang diri, seperti biasa sambil menikmati minumannya. Bahkan ia sudah terlihat sangat mabuk hingga tidak menyadari jika ada beberapa jalang yang sedang menggerayanginya, ada pula yang sampai duduk di atas pangkuannya."Ruhi ...." gumam Muren, ketika melihat sosok Aruhi di sampingnya. "Ruhi, jadi dia yang sudah membuatmu seperti ini? Oh sayang sekali, kau pria yang sempurna, jika bersamaku kau tidak akan merasakan kesedihan," balas wanita itu tak berhenti tersenyum. "Bisakah ... kau tak menghindariku? Bisakah kau hanya percaya padaku? Aku mohon, jangan membuatku cemburu." Muren menangkup wajah seorang wanita yang sejak tadi bersamanya.Setidaknya halusinasi tersebut bisa membuat kesedihannya berkurang. Dengan membiarkan sosok yan

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 66_JANGAN LARI DARIKU

    "Apa aku terlalu pengecut?" tanya Aruhi yang masih tertunduk. Seolah tak memiliki kekuatan lagi untuk menatap Lucas di hadapannya. Entah mengapa, semua menjadi sangat rumit. Terkadang timbul perasaan dan keinginan yang membuatnya ingin menyerah saja. Namun, perasaan cinta yang di rasakan untuk Muren teramat besar hingga mengalahkan semuanya. "Hmm. Gadis pengecut yang manis, dan sepertinya kita harus pulang sekarang," balas Lucas yang langsung beranjak dari duduknya, meraih tangan Aruhi yang hanya menurut mengikuti langkahnya. Berjalan beriringan dengan hening yang kembali menemani mereka. Sungguh satu pemandangan yang tidak seperti biasa. Normalnya, Lucas akan terus berbicara tanpa henti, terlebih jika itu di samping Aruhi. Tetapi saat ini. Pria itu lebih banyak diam sam hanya terus mengikuti langkah Aruhi sambil mengamati gadis itu. "Kenapa hanya diam saja?" tanya Aruhi tanpa memalingkan pandangan. "Aku hanya bingung harus mengatakan apa." "Kau selalu mengatakan apa sa

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 65_PERASAAN KHAWATIR

    "Apa benar begitu, kenapa wanita itu terus mendekati Ruhi, seolah olah Ruhilah yang harus bertanggung jawab atas putusnya hubungan kalian? Aku hanya mengkhawatirkan Ruhi begitu pun dengan Nine," balas Night yang benar-benar tak bisa menyembunyikan kemarahannya lagi kali ini. "Aku tahu, kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu." "Anda tidak bisa menyuruhku untuk tidak mengkhawatirkan Ruhi. Anda pun tahu hubungan kami seperti apa, dan Anda jelas tahu arti Aruhi bagiku. Jelas aku tidak akan tinggal diam jika ada yang menyakiti dan membuatnya terluka!" "Dan akan aku pastikan, jika dia akan baik-baik saja, aku akan melindunginya. Karena aku adalah kekasihnya," balas Muren dengan tatapan yang berubah dingin. "Sebaiknya Anda melakukannya dengan benar, Tuan Elves. Aku melepaskan Ruhi di sisimu bukan untuk kau sakiti," sambung Night masih dengan tatapan tajamnya yang seolah tak akan pernah melemah di depan Muren.Untuk sesaat suasana di dalam Caffe tersebut kembali hening, hingga menciptak

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 64_BERAKHIRNYA SATU HUBUNGAN

    "Sepertinya kau sudah salah paham padaku, aku mohon, jangan seperti ini. Aku sangat mencintaimu Nine, dan aku tidak ingin kehilanganmu, kau tahu itu ''kan?" "Lagi-lagi kalimat yang sama. Bukankah itu kalimat yang sering kau ucapkan untuk Muren Elves?" "Sayang, dengarkan aku." Ellena meraih tangan Nine untuk di genggamnya. "Aku sudah cukup mendengarmu selama ini Ellena. Sekarang giliranmu untuk mendengarku, jangan ganggu hubungan mereka lagi. Aku mohon padamu. Aku akan memberikan semua yang kau inginkan, tapi dengan syarat, jauhi mereka." "Ada hubungan apa kau dengan gadis itu? Hingga kamu rela meberikan semuanya demi dia, sepenting itu kah dia bagimu? Aku kekasihmu sekarang, apa aku tidak penting bagimu?" balas Ellena mulai menangis dengan tubuh yang bergetar menahan rasa marah. "Ellena, kau tahu aku sangat mencintaimu. Dan meskipun hanya aku yang merasakan itu. Aku bahkan tidak tahu, siapa yang ada di dalam hatimu saat ini, tapi untuk kali ini aku tidak akan membiarkan menyakiti

  • I Love You Mr. Muren   CHAPTER 63_MARI KITA BERPISAH

    "Beberapa hari lalu aku pernah melihat Ellena bersama Nine, apa itu hanya suatu kebetulan?" tanya Gunn lagi. "Tidak, mereka memang sepasang kekasih," jawab Muren dengan nada santai. "Apa?" "Yah, aku rasa mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, jauh sebelum hubungan kami berakhir," balas Muren kembali meneguk cocktailnya hingga tandas. "Jadi selama ini kau sudah mengetahuinya? Apa Nine adalah pria yang bersama Ellena pada malam itu?" tebak Gunn. "Hm, dan sekarang aku berharap, semoga Ruhi tidak mengetahui hal ini, dia akan sangat terpukul jika mengetahuinya, itulah alasanku memilih untuk tetap diam selama ini meski mengetahui semuanya," balas Muren menghela napas panjang. Bahkan sampai saat ini ia tak pernah berhenti memikirkan Aruhi. "Bukankah ini hal yang kurang baik jika kau terus menyembunyikan semuanya dari Aruhi? Sebab cepat atau lambat dia pasti juga akan mengetahuinya, 'kan?" "Aku tahu, tapi setidaknya tidak untuk sekarang." "Baiklah. Aku mengerti, jadi bisakah ki

DMCA.com Protection Status