Valerie menerima telepon dari resepsionis yang mengatakan bahwa ada yang ingin bertemu dengannya di lobi. Noah tak menyebutkan namanya, dia hanya mengatakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan pada Valerie saat ini. Mau tak mau Valerie pun turun untuk menemui orang itu. Tetapi ketika melihat Noah yang menunggunya, dia menjadi kesal karena dia susah mengatakan bahwa tak ingin makan siang sekarang. "Noah. Bukankah aku sudah bilang padamu. Kalau aku tak akan makan siang?" "Kamu mau sakit lagi?" "Kamu hanya khawatir jika anakmu sakit. Bukan aku yang kamu cemaskan, kan?" Noah memandang kedua bola mata Valerie bergantian. "Dari mana kamu memiliki pikiran seperti itu? Tentu saja aku mencemaskan kalian berdua. Jadi... Ayo makan siang sebentar denganku. Katamu ingin makan di luar." "Tapi.. Itu kan tadi pagi, waktu aku belum tau kalau aku akan ada banyak pekerjaan hari ini." Pertengkaran mereka berdua ditonton oleh karyawan yang hendak makan di luar. Noah melihat di sekitarnya
"Hanya ada satu," gumam Valerie melihat kain yang dia pegang. "Masih kurang lima lagi, tapi tidak ada. Apa benar gudangnya di sini?" Sambil berjalan ke arah pintu, Valerie memastikan kain yang sedang dia cari tidak terlewat dan tidak terlihat. Tapi dia memang tidak menemukannya saat itu. Jadi, dia memutuskan untuk segera keluar sebelum ia membuat Tery lama menunggu. "Kenapa tak bisa dibuka?" Valerie menarik engsel pintu gudang, tapi sama sekali tidak ada pergerakan sama sekali. "Apa ada orang di luar? Pintunya tidak bisa dibuka! Bisa minta tolong buka pintunya dari luar?!" Tak ada sahutan. Valerie hendak mengambil ponselnya tapi dia tidak membawanya dan meninggalkannya di ruangan. "Jangan jangan aku terkunci di sini." Valerie merasa frustrasi. "Kalau aku tidak segera kembali, pasti Tery akan tau kan?" pikir Valerie. Akan tetapi, hingga tiga jam kemudian Tery tak kunjung mencarinya. Jason mengenakan jasnya lalu bersiap untuk pulang malam itu. Dia bekerja lembur setelah ada mee
Tak dapat dipungkiri, jika saat ini Noah memikirkan ucapan Jason tadi. Apakah benar dia hanya memanfaatkan Valerie? Dan menginginkan bayi Valerie saja? Dan yang membuat Noah penuh dengan tanda tanya adalah mengapa Jason bisa menyelidikinya sampai sejauh itu. "Bayangkan jika Valerie tahu siapa kamu sebenarnya," kata Jason tadi ketika masih berbicara dengan Noah. "Dia pasti akan merasa dibohongi oleh orang yang dia percaya selama ini." Jason tersenyum penuh dengan kemenangan. "Apakah kamu menyukai Valerie?" potong Noah. "Aku yakin jika kamu menyukainya, pasti kamu memiliki maksud tersembunyi." Melihat ekspresi wajah Jason yang menegang membuat Noah berpikir jika apa yang dia katakan barusan tidak salah. Jason pasti memiliki maksud tersembunyi karena berusaha mendekati Valerie. Kendati Valerie sedang hamil pun, Jason masih ingin mendekati istrinya. Bukankah hal itu sangat aneh? *** Di ruangan lain, Valerie duduk di tepi ranjang, dia menyalakan ponselnya yang mati. la terkejut saa
Jam satu malam. Noah tak bisa memejamkan matanya setelah dia mengalami kejadian yang benar benar di luar perkiraannya. Entah apa yang sudah merasukinya tadi, tapi jika dipikir lagi sepertinya dia terlalu berani untuk mengambil keputusan seperti itu. Awalnya dia hanya ingin memastikan perasaanya kepada Valerie jika dia tidak memanfaatkan perempuan itu sepenuhnya. Dia juga terbawa suasana sejak awal, sejak menerima pelukan dari Valerie yang membuatnya terhanyut dalam perasaan yang hangat. "Kenapa aku melakukannya?" ucap Noah pada dirinya sendiri. Sementara itu, di kamar Valerie, bayangan wajah Noah yang tiba tiba membuat dirinya melayang terus berkelabat dalam kepalanya. Dia tak dapat melepaskan bayangan itu hingga tiga jam sudah berlalu. Valerie menyentuh bibirnya dengan jarinya, memastikan bahwa apa yang dia alami tadi nyata dan bukan halusinasinya saja. "Tidak, kenapa jantungku tiba tiba berdebar saat membayangkan wajah Noah?" Valerie memandang wajahnya di cermin. "Wajahku b
Setelah mengalami kejadian kemarin sore, Valerie semakin yakin jika teman satu timnya memang tidak menyukainya. Mereka bahkan mengurungnya di dalam gudang lama sendirian entah untuk alasan apa. Dia datang lebih pagi dari yang lain, mengerjakan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan. Valerie sudah mengumpulkan bahan kain untuk Tery, dan katalog yang diminta oleh Mira. Pagi itu, ketika mendekati jam sembilan. Mira dan yang lainnya berjalan masuk dengan tawa yang lebar, membayangkan jika rencananya akan sukses. Tapi, saat memasuki ruang tim desain, senyum di wajah Mira memudar. Berganti dengan ekspresi keterkejutan saat melihat Valerie sedang menyiapkan pekerjaannya pagi itu. "Selamat pagi semuanya!" sapa Valerie dengan ceria. Wajah Tery memucat, dia melirik ke arah Mira penuh tanda tanya. "Tery, aku sudah membawakan semua bahan kain yang kamu minta. Gudang lama tidak ada jadi tadi pagi aku mencarinya di gudang yang baru. "Rupanya gudang sudah dipindah untuk memudahkan tim des
Valerie ingin memastikan bahwa matanya tidak salah, maka dari itu dia berdiri kemudian ingin menghampiri Noah dan Jason. Akan tetapi, saat dia hendak pergi ke arah mereka. Noah sudah lebih dulu masuk ke dalam lift. "Apa aku salah lihat? Mana mungkin Noah ada di sini." Valerie berdiri yang tak jauh di depannya ada Jason sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum. "Ada apa Valerie?" tanya Jason. "Bukan apa apa, Pak," jawab Valerie tapi matanya masih terpaku pada pintu lift yang sedang menutup. Jason dan Valerie duduk bersebelahan, Mira yang melihatnya menatap tajam pemandangan itu karena tak suka. "Oh ya, kemarin aku melihat kekasihmu datang ke kantor," kata Mira tiba tiba dengan nada bicara dia buat senormal mungkin. "Iya, dia kemarin mengajakku makan siang," jawab Valerie malu malu. "Wah wajahmu memerah, apa kamu sangat menyukainya sampai kamu malu memikirkannya?" goda Mira sambil melihat ekspresi Jason yang tak suka saat Mira membahas hal itu. "Namanya siapa? Dia tampan juga
Sorenya, Noah sudah berada di depan kantor perusahaan Fusion Fashion menunggu Valerie keluar dari gedung. Tak berapa lama, Valerie keluar dengan buru buru dan mencari keberadaan Noah yang berdiri di samping mobilnya. Wajah Valerie terlihat cemas dan khawatir. "Ada apa?" tanya Noah. Dengan napas terengah-engah Valerie menatap Noah dengan sedih. "Antarkan aku ke rumah sakit, Noah, aku mohon ," pinta Valerie. Tanpa banyak bertanya Noah menyuruh Valerie masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Valerie mengatakan bahwa neneknya sedang dirawat di rumah sakit karena terjatuh dari tangga dengan kursi rodanya. Valerie tak percaya jika neneknya harus menggunakan kursi roda setelah dia diusir dari rumah, dan terjatuh ketika hendak memanggil salah satu pembantunya. "Kenapa nyonya tua harus tidur di lantai dua jika dia menggunakan kursi roda?" tanya Noah tak mengerti. "Nenek menyukai kamar di lantai dua, karena tempat itu banyak kenangan dengan kakek waktu kakek masih hidup, Noah." Tapi tetap
Di lorong rumah sakit, suasana terasa tegang dengan berbagai suara berbeda, langkah cepat para perawat dan dokter, beberapa keluarga pasien yang membicarakan kecemasan masing-masing. Dan juga Noah yang baru saja keluar dari kamar Valerie setelah mendapati diagnosis dokter yang mengatakan bahwa kandungan Valerie saat ini lemah. "Kondisi Nyonya Valerie masih dalam perawatan intensif. Kandungannya memang lemah dan memerlukan pemantauan yang ketat. Namun, kami melakukan segala upaya untuk memastikan kestabilan kesehatannya," kata dokter beberapa waktu yang lalu. "Saya sangat menghargai semua yang telah Dokter dan tim medis lakukan untuk istri saya. Apakah ada yang bisa saya bantu untuk mempercepat pemulihannya?" "Pada saat ini, yang paling penting adalah memberikan dukungan moral dan emosional pada Nyonya Valerie. Kehadiran Anda di sampingnya sangat berarti bagi kesembuhannya. Kami juga akan terus memberikan perawatan terbaik untuknya. "Stress yang berlebihan dapat mempengaruhi keseha