Setelah mengalami kejadian kemarin sore, Valerie semakin yakin jika teman satu timnya memang tidak menyukainya. Mereka bahkan mengurungnya di dalam gudang lama sendirian entah untuk alasan apa. Dia datang lebih pagi dari yang lain, mengerjakan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan. Valerie sudah mengumpulkan bahan kain untuk Tery, dan katalog yang diminta oleh Mira. Pagi itu, ketika mendekati jam sembilan. Mira dan yang lainnya berjalan masuk dengan tawa yang lebar, membayangkan jika rencananya akan sukses. Tapi, saat memasuki ruang tim desain, senyum di wajah Mira memudar. Berganti dengan ekspresi keterkejutan saat melihat Valerie sedang menyiapkan pekerjaannya pagi itu. "Selamat pagi semuanya!" sapa Valerie dengan ceria. Wajah Tery memucat, dia melirik ke arah Mira penuh tanda tanya. "Tery, aku sudah membawakan semua bahan kain yang kamu minta. Gudang lama tidak ada jadi tadi pagi aku mencarinya di gudang yang baru. "Rupanya gudang sudah dipindah untuk memudahkan tim des
Valerie ingin memastikan bahwa matanya tidak salah, maka dari itu dia berdiri kemudian ingin menghampiri Noah dan Jason. Akan tetapi, saat dia hendak pergi ke arah mereka. Noah sudah lebih dulu masuk ke dalam lift. "Apa aku salah lihat? Mana mungkin Noah ada di sini." Valerie berdiri yang tak jauh di depannya ada Jason sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum. "Ada apa Valerie?" tanya Jason. "Bukan apa apa, Pak," jawab Valerie tapi matanya masih terpaku pada pintu lift yang sedang menutup. Jason dan Valerie duduk bersebelahan, Mira yang melihatnya menatap tajam pemandangan itu karena tak suka. "Oh ya, kemarin aku melihat kekasihmu datang ke kantor," kata Mira tiba tiba dengan nada bicara dia buat senormal mungkin. "Iya, dia kemarin mengajakku makan siang," jawab Valerie malu malu. "Wah wajahmu memerah, apa kamu sangat menyukainya sampai kamu malu memikirkannya?" goda Mira sambil melihat ekspresi Jason yang tak suka saat Mira membahas hal itu. "Namanya siapa? Dia tampan juga
Sorenya, Noah sudah berada di depan kantor perusahaan Fusion Fashion menunggu Valerie keluar dari gedung. Tak berapa lama, Valerie keluar dengan buru buru dan mencari keberadaan Noah yang berdiri di samping mobilnya. Wajah Valerie terlihat cemas dan khawatir. "Ada apa?" tanya Noah. Dengan napas terengah-engah Valerie menatap Noah dengan sedih. "Antarkan aku ke rumah sakit, Noah, aku mohon ," pinta Valerie. Tanpa banyak bertanya Noah menyuruh Valerie masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Valerie mengatakan bahwa neneknya sedang dirawat di rumah sakit karena terjatuh dari tangga dengan kursi rodanya. Valerie tak percaya jika neneknya harus menggunakan kursi roda setelah dia diusir dari rumah, dan terjatuh ketika hendak memanggil salah satu pembantunya. "Kenapa nyonya tua harus tidur di lantai dua jika dia menggunakan kursi roda?" tanya Noah tak mengerti. "Nenek menyukai kamar di lantai dua, karena tempat itu banyak kenangan dengan kakek waktu kakek masih hidup, Noah." Tapi tetap
Di lorong rumah sakit, suasana terasa tegang dengan berbagai suara berbeda, langkah cepat para perawat dan dokter, beberapa keluarga pasien yang membicarakan kecemasan masing-masing. Dan juga Noah yang baru saja keluar dari kamar Valerie setelah mendapati diagnosis dokter yang mengatakan bahwa kandungan Valerie saat ini lemah. "Kondisi Nyonya Valerie masih dalam perawatan intensif. Kandungannya memang lemah dan memerlukan pemantauan yang ketat. Namun, kami melakukan segala upaya untuk memastikan kestabilan kesehatannya," kata dokter beberapa waktu yang lalu. "Saya sangat menghargai semua yang telah Dokter dan tim medis lakukan untuk istri saya. Apakah ada yang bisa saya bantu untuk mempercepat pemulihannya?" "Pada saat ini, yang paling penting adalah memberikan dukungan moral dan emosional pada Nyonya Valerie. Kehadiran Anda di sampingnya sangat berarti bagi kesembuhannya. Kami juga akan terus memberikan perawatan terbaik untuknya. "Stress yang berlebihan dapat mempengaruhi keseha
Noah tidak pulang ke rumah malam itu. Dia pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Valerie. la sangat berharap jika keadaan Valerie akan membaik setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit. Noah masuk ke ruangan perawatan Valerie tanpa suara. Dia melihat wanita itu masih memejamkan mata sama seperti terakhir kali dia pergi beberapa jam yang lalu. Noah duduk di sebelah ranjang Valerie, lalu tangannya membelai lembut kepala perempuan itu. Matanya lalu melirik ke arah perut Valerie. Perut Valerie sudah agak berbeda. la tahu lambat laun perut Valerie akan semakin membesar. Dan sampai anak itu lahir, Noah tak bisa membiarkan Valerie dalam bahaya. Valerie membuka matanya, dia terkejut melihat Noah ada di sampingnya. "Kamu pingsan," jelas Noah sebelum Valerie bertanya. "Aku selalu merepotkanmu." Noah menggelengkan kepalanya. "Jangan berpikir seperti itu. Aku tidak pernah merasa direpotkan olehmu." Tatapan mata Noah yang lembut menyentuh hati Valerie. Dia merasa ada yang menggeliti
Tidak mudah bagi Noah untuk mengusir Jason dari rumah sakit. Entah kapan Valerie memberitahu jika dirinya ada di rumah sakit. Tapi yang jelas Noah benar benar muak melihat lelaki itu kini tengah berbicara dengan Valerie dan bersikap seolah dia adalah orang terdekat Valerie."Maafkan saya," kata Valerie. "Saya akan berangkat bekerja hari ini.""Tidak. Kamu tidak perlu memaksakan dirimu. Kamu bisa bekerja saat sudah sehat," sahut Jason."Benar, jangan memaksakan diri untuk masuk bekerja. Kamu bisa keluar hari ini kalau kamu." Noah tak mau kalah.Jason melirik ke arah Noah dengan tatapan kesal.Tak lama, seorang dokter dan mengatakan bahwa Valerie harus istirahat sekarang."Kamu dengar, kan? Valerie harus istirahat. Jadi cepat keluar dari sini," usir Noah."Maaf. Tapi Anda juga harus keluar," sela dokter.Mau tak mau keduanya pun keluar dari ruangan Valerie. Meninggalkan wanita itu sendirian di dalam sana.Jason langsung pergi tanpa berkata apa apa. Dengan langkahnya yang angkuh, dia sem
Valerie duduk di toilet, dia merasakan kemarahan yang mendalam terhadap tim lain. Dan anehnya, timnya sama sekali tidak membelanya, tapi malah mengabaikannya."Sulit sekali bertahan di sini.""Kamu lihat kan tadi ekspresi wajahnya? Dia terlihat seperti wanita bodoh dan murahan," kata seseorang.Awalnya Valerie mengabaikan percakapan itu karena tak menyebut namanya."Pilihan terbaik katanya? Mana mungkin dia mengatakan hal itu sementara pak Jason memasukkan Valerie karna wanita itu pernah tidur dengannya."Sontak Valerie terkejut dengan kalimat itu."Jadi, yang di hotel waktu itu benar?""Tentu saja benar, ada yang mengirimkan fotonya kepadaku.""Wah gila, jadi dia menjual dirinya demi masuk ke tim desain?"Tak tahan dengan hal itu, Valerie pun berdiri, tapi belum sempat dia membuka pintu toilet, seseorang di sampingnya keluar dan memaki mereka semua."Kalian ada bukti kalau Valerie menjual diri
Noah melihat ke arah pintu masuk, tak ada tanda bahwa Valerie pulang ke rumah. "Ke mana dia? Kenapa belum juga pulang ke rumah?" Noah mencoba untuk menghubungi ponsel Valerie, tapi ponsel tersebut tidak aktif, lalu dia mencoba menghubungi Raya. "Apa Valerie sedang bersamamu?" tanya Noah. "Tidak, terakhir bertemu dua hari yang lalu. Ada apa dengan Valerie?" Noah langsung menutup teleponnya, dia merasa bahwa ada yang aneh dengan Valerie saat ini. Tak ada tempat yang dapat dituju kecuali tempat Raya dan rumahnya. Jadi mana mungkin dia bisa menghilang semalaman? Noah segera menghubungi Zack untuk melacak keberadaan Valerie saat ini. Sementara itu, setelah Raya mendapatkan kabar jika Valerie tidak pulang, dia segera menghubungi Jason. "Valerie sepertinya menghilang," kata Raya melalui telepon. "Menghilang? Bagaimana kamu bisa tahu." "Noah baru saja menelponku. Sebaiknya kamu segera menemukan Valerie. Untuk merebut hatinya." Jason mengingat kembali kejadian yang terja