Valerie duduk di toilet, dia merasakan kemarahan yang mendalam terhadap tim lain. Dan anehnya, timnya sama sekali tidak membelanya, tapi malah mengabaikannya."Sulit sekali bertahan di sini.""Kamu lihat kan tadi ekspresi wajahnya? Dia terlihat seperti wanita bodoh dan murahan," kata seseorang.Awalnya Valerie mengabaikan percakapan itu karena tak menyebut namanya."Pilihan terbaik katanya? Mana mungkin dia mengatakan hal itu sementara pak Jason memasukkan Valerie karna wanita itu pernah tidur dengannya."Sontak Valerie terkejut dengan kalimat itu."Jadi, yang di hotel waktu itu benar?""Tentu saja benar, ada yang mengirimkan fotonya kepadaku.""Wah gila, jadi dia menjual dirinya demi masuk ke tim desain?"Tak tahan dengan hal itu, Valerie pun berdiri, tapi belum sempat dia membuka pintu toilet, seseorang di sampingnya keluar dan memaki mereka semua."Kalian ada bukti kalau Valerie menjual diri
Noah melihat ke arah pintu masuk, tak ada tanda bahwa Valerie pulang ke rumah. "Ke mana dia? Kenapa belum juga pulang ke rumah?" Noah mencoba untuk menghubungi ponsel Valerie, tapi ponsel tersebut tidak aktif, lalu dia mencoba menghubungi Raya. "Apa Valerie sedang bersamamu?" tanya Noah. "Tidak, terakhir bertemu dua hari yang lalu. Ada apa dengan Valerie?" Noah langsung menutup teleponnya, dia merasa bahwa ada yang aneh dengan Valerie saat ini. Tak ada tempat yang dapat dituju kecuali tempat Raya dan rumahnya. Jadi mana mungkin dia bisa menghilang semalaman? Noah segera menghubungi Zack untuk melacak keberadaan Valerie saat ini. Sementara itu, setelah Raya mendapatkan kabar jika Valerie tidak pulang, dia segera menghubungi Jason. "Valerie sepertinya menghilang," kata Raya melalui telepon. "Menghilang? Bagaimana kamu bisa tahu." "Noah baru saja menelponku. Sebaiknya kamu segera menemukan Valerie. Untuk merebut hatinya." Jason mengingat kembali kejadian yang terja
Noah berhadapan dengan Fredison dan Anne. Kedua orang itu terkejut saat melihat Noah muncul tiba tiba di depan mereka saat itu."Kamu... kamu Noah, kan? Untuk apa kamu ke sini!" ujar Fredison tak suka. Apalagi ketika melihat Noah memandangnya dengan tatapan yang merendahkan."Aku sudah memberikan kalian kesempatan, tapi tindakan kalian kali ini sudah keterlaluan."Aku sudah berjanji kepada seseorang untuk mengembalikan semua yang kalian ambil darinya," kata Noah dengan dingin.Fredison yang mendengarnya pun mendengus."Kamu sanggup melakukan apa? Kamu mau membuat kami membusuk di penjara? Harusnya kamu tau diri!"Noah tersenyum."Kita lihat saja nanti, aku akan melakukan apa kepada kalian. Dan untuk anak kalian, Ruth. Katakan untuk berhati hati atau aku akan melakukan hal yang pada Ruth sama seperti kalian.""Jangan sentuh anakku! Sekali saja kamu menyentuh ujung kukunya! Aku tak akan mengampunimu!"Ketika Noah hendak pergi, dia menoleh lalu tersenyum dengan sinis."Selama ini, kalian
"Valerie!" panggil Raya saat wanita itu melihat sahabatnya melintasi di lobi. Valerie berjalan menghampiri Raya. "Maafkan aku," katanya tiba tiba. "Tak apa apa, aku tahu maksudmu baik. Tapi, sebaiknya jangan bicara masalah itu lagi denganku," sahut Valerie. "Dan... aku akan keluar dari perusahaan ini." Mata Raya membulat tak percaya. "Kenapa? Kenapa kamu harus keluar dari sini? Bukankah kamu membutuhkan pekerjaan?" "Aku akan menuruti apa kata Noah, jadi aku akan keluar dan mempercayakan semua pada Noah." Valerie hendak melangkah pergi, tapi tangannya diraih oleh Raya dan ditahannya. "Tapi Valerie, kamu tahu Noah tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan kamu... kamu sedang hamil, bagaimana kalian bisa bertahan?" "Mungkin Noah sudah memiliki rencana yang jauh lebih baik dari yan
Noah tidak dapat tidur malam itu, jadi dia pergi ke ruang baca untuk membaca beberapa buku agar bisa mengantuk. Ketika dia duduk di kursi, matanya melirik sepasang sepatu mungil berwarna kuning untuk bayi. Tanpa sadar Noah tersenyum, mengingat Zack tadi siang memberikan hadiah itu kepadanya. Entah apa yang ada dalam pikiran Zack yang tiba tiba memberikan sepatu bayi kepadanya. Tapi Noah terlihat senang membayangkan jika sebentar lagi dia akan memiliki seorang bayi. Ketika Noah telah tenggelam dalam bacaan bukunya. la mendengar suara pintu diketuk. Tak lama Valerie masuk membawa segelas teh hangat untuknya. "Kamu belum tidur?" tanya Noah. la meletakkan bukunya di atas meja. Dan berpindah ke kursi di tengah ruangan. Valerie menggeleng, dia duduk di hadapan Noah dengan pandangan mata memindai hal hal di sekitarnya. Dirinya baru masuk ke ruan
"Aku akan menginap di rumah Raya malam ini, Noah, tak apa apa kan?" tanya Valerie. Dia melihat ke arah Raya yang sedang membayar di meja kasir. "Menginap di rumahnya kan? Bukan di hotel?" "Iya, jangan khawatir." "Baiklah. Kalau begitu malam ini aku tidak pulang, nenek sedang dirawat di rumah sakit." "Apa sakitnya parah?" "Tidak begitu, aku akan mengabarimu kalau aku akan pulang besok." "Baiklah Noah." Raya memeluk Valerie dari belakang tiba tiba. Dia tersenyum pada Valerie dan mengajaknya keluar. "Suamimu?" tebak Raya. "Iya, dia mengabariku kalau tidak akan pulang malam ini." Raya tersenyum, tapi Valerie tak dapat mengartikan arti senyum di bibir Raya. Malamnya, Valerie memakai piyama milik Raya. Dia sudah bersiap untuk tidur malam itu usai membersihkan dirinya. Raya belum terlihat sejak dirinya mandi, jad
Pagi itu Valerie merasa terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar Noah. Di kamar itu Valerie merasakan aroma Noah meski pemiliknya tidak berada di sana. la turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Tiba tiba ia terkejut saat melihat Noah keluar dari ruang baca dan berjalan ke arahnya. "Tadi malam kamu pingsan, jadi kubawa ke kamarku," jelas Noah. "Apa kamu masih sakit? Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." Valerie menggeleng. la memandang Noah dengan perasaan bersalah. la tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakan pada lelaki itu bahwa dia telah kehilangan bayinya tadi malam. Valerie yakin jika Noah akan kecewa padanya. "Bisa kita bicara sebentar Noah?" tanya Valerie. Noah mengangguk, ia berjalan ke arah ruang tengah. Valerie duduk di depan Noah dengan kedua tangan saling bertaut karena gugup. "Apa
Zack terus menunduk di hadapan Noah karena baru saja membuat kesalahan, sebab dia lupa tidak memberitahu jika Valerie akan datang ke perusahaan. Akan tetapi, Noah tak bisa menyalahkan Zack sepenuhnya karena asistennya itu tidak tahu jika antara dirinya dan Valerie sedang ada masalah. "Maafkan saya, Tuan Muda." Noah mendengus. "Tapi... siang ini sangat panas, kasihan jika Valerie pulang begitu saja. Bagaimana kalau..." "Kamu mau apa?" Zack langsung diam. Noah berdiri dari tempat duduknya, ia lalu melihat ke arah luar. Dari tempatnya berdiri, dapat terlihat Valerie sedang berjalan dengan lemah di bawah panasnya matahari siang itu. "Kamu sudah selidiki yang aku minta?" tanya Noah. "Sudah Tuan Muda, tapi sayangnya CCTV di hari itu kebetulan rusak semua." "Dan kamu tidak curiga?" "Saya akan mengeceknya sekali lagi."
Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Tatiana tiba juga. Dia pergi ke bandara untuk menjemput anak semata wayangnya.Tatiana menatap layar kedatangan di bandara dengan gelisah, mencari nama Julian.Kegugupan Tatiana berubah menjadi senyum yang merekah saat melihat nama yang dia cari muncul di layar. Dengan cepat ia menuju pintu kedatangan dan menunggu penuh dengan harap.Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka dan dari sana muncul seorang pria muda yang wajahnya sedikit berubah."Ada apa dengan anak itu, kenapa dia terlihat agak kurus?" gumam Tatiana cemas. "Apa dia tidak makan teratur "Meskipun anaknya sudah dewasa, tapi ada kelembutan dan kepolosan dari anaknya yang masih terpancar dari matanya."Julian!" panggil Tatiana, langkahnya mendekati pria itu dengan cepat.Julian menoleh ke arah suara itu, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum akhirnya terpancar kegembiraan dan kelegaan. Dia pun tersenyum dengan lebar.
Ivana siang itu terkejut ketika mendapati Noah masuk ke ruangan di kantornya."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak datang ke sini lagi," kata Ivana dengan sinis.Tanpa berkata apa-apa, Noah memberikan sebuah bukti rekam medis kepada Ivana.Ivana melirik ke arah Noah sebentar lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja."Apa maksudmu? Jangan bermain-main denganku. Aku tidak peduli apakah dia sudah punya anak atau belum. Karena hal itu tidak ada urusannya denganku." Ivana melemparkan dokumen itu ke atas meja dengan kasar. Dia kembali ke pekerjaannya."Benarkah? Kamu tidak peduli dengan hal itu?"Ivana mengernyitkan keningnya.la melihat Noah mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya dan memberikannya kepada wanita itu."Mungkin ini hadiah kejutan untukmu tahun ini."Noah lalu keluar, dia merasa tidak perlu berdiri di sana sampai Ivana mau membuka amplopnya.Us
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."