"Aku akan menginap di rumah Raya malam ini, Noah, tak apa apa kan?" tanya Valerie. Dia melihat ke arah Raya yang sedang membayar di meja kasir.
"Menginap di rumahnya kan? Bukan di hotel?" "Iya, jangan khawatir." "Baiklah. Kalau begitu malam ini aku tidak pulang, nenek sedang dirawat di rumah sakit." "Apa sakitnya parah?" "Tidak begitu, aku akan mengabarimu kalau aku akan pulang besok." "Baiklah Noah." Raya memeluk Valerie dari belakang tiba tiba. Dia tersenyum pada Valerie dan mengajaknya keluar. "Suamimu?" tebak Raya. "Iya, dia mengabariku kalau tidak akan pulang malam ini." Raya tersenyum, tapi Valerie tak dapat mengartikan arti senyum di bibir Raya. Malamnya, Valerie memakai piyama milik Raya. Dia sudah bersiap untuk tidur malam itu usai membersihkan dirinya. Raya belum terlihat sejak dirinya mandi, jadPagi itu Valerie merasa terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar Noah. Di kamar itu Valerie merasakan aroma Noah meski pemiliknya tidak berada di sana. la turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Tiba tiba ia terkejut saat melihat Noah keluar dari ruang baca dan berjalan ke arahnya. "Tadi malam kamu pingsan, jadi kubawa ke kamarku," jelas Noah. "Apa kamu masih sakit? Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang." Valerie menggeleng. la memandang Noah dengan perasaan bersalah. la tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakan pada lelaki itu bahwa dia telah kehilangan bayinya tadi malam. Valerie yakin jika Noah akan kecewa padanya. "Bisa kita bicara sebentar Noah?" tanya Valerie. Noah mengangguk, ia berjalan ke arah ruang tengah. Valerie duduk di depan Noah dengan kedua tangan saling bertaut karena gugup. "Apa
Zack terus menunduk di hadapan Noah karena baru saja membuat kesalahan, sebab dia lupa tidak memberitahu jika Valerie akan datang ke perusahaan. Akan tetapi, Noah tak bisa menyalahkan Zack sepenuhnya karena asistennya itu tidak tahu jika antara dirinya dan Valerie sedang ada masalah. "Maafkan saya, Tuan Muda." Noah mendengus. "Tapi... siang ini sangat panas, kasihan jika Valerie pulang begitu saja. Bagaimana kalau..." "Kamu mau apa?" Zack langsung diam. Noah berdiri dari tempat duduknya, ia lalu melihat ke arah luar. Dari tempatnya berdiri, dapat terlihat Valerie sedang berjalan dengan lemah di bawah panasnya matahari siang itu. "Kamu sudah selidiki yang aku minta?" tanya Noah. "Sudah Tuan Muda, tapi sayangnya CCTV di hari itu kebetulan rusak semua." "Dan kamu tidak curiga?" "Saya akan mengeceknya sekali lagi."
Valerie merasakan dingin yang menusuk tulang saat pintu ruangan tertutup rapat di belakangnya. Sudah seharian dia terkurung di sana, tanpa cahaya matahari atau udara segar. Ruangan itu gelap, hanya cahaya dari lampu remang yang menggantung di langit langit yang memberikan sedikit sinar. Dia mencoba untuk memanggil bantuan, tetapi suaranya terdengar mati di dinding dinding yang tebal. Tangisnya tak berguna, hanya memantul kembali ke telinganya sendiri, mengingatkan betapa sendirinya dia di sana. Setiap detik terasa seperti jam, dan satu jam terasa seperti satu abad. Valerie meraih ujung roknya, mencoba untuk mencari kehangatan atau kenikmatan dalam sentuhan lembut dalam kain tersebut. Tetapi yang dia temukan hanyalah dingin dan kesepian. Dia berbaring di lantai yang keras, menyadari betapa lemahnya dia. Air matanya bergulir di pipinya saat dia merenungkan apak
Noah terlihat sedang memikirkan sesuatu ketika Zack masuk ke ruangannya."Tuan Muda, ada yang ingin saya sampaikan kepada Anda," kata Zack."Apa Zack? Apakah itu penting?""Valerie sudah keluar dari rumah sakit, tapi dia sedang bersama dengan Jason. Kita harus bagaimana, Tuan Muda?" tanya Zack.Noah tak menjawab. Dia cukup terkejut saat hendak menyelamatkan Valerie waktu itu. Karena melihat Jason tiba lebih dulu ke tempat penyekapan.Mengapa laki laki itu tahu jika Valerie diculik? Atau apakah Jason berhubungan dengan Fredison dan merencanakan semuanya? Tapi hal itu langsung ditepis oleh pikiran Noah."Sebaiknya Anda katakan pada Valerie, jika polisi yang datang ke sana karena Anda yang melaporkannya.""Tak perlu, aku sudah tidak perlu bersikap baik lagi di depannya."Zack terkejut mendengar ucapan Noah.Mengapa cinta bisa berubah secepat itu?Noah turun dari mobilnya, ia melihat lampu rumahnya
Valerie membuka pintu kamarnya, masih terlihat sama meski berdebu karena tidak pernah dibersihkan oleh pelayannya. la pun duduk di tepi ranjang, memandang foto ibunya yang sedang tersenyum ke arahnya. Setelah ibunya, neneknya pun telah pergi. Kini dia sudah tidak memiliki siapa siapa, bahkan Noah yang berjanji akan selalu bersamanya. "Nona Valerie," panggil seorang pelayan. Valerie pun bergerak ke arah pintu dan melihat pelayan Ruth di depan kamarnya. Hanya satu, karena satunya lagi lebih memilih bersama dengan Ruth. "Ada apa?" tanya Valerie. "Saya... saya akan berada di pihak nona Valerie mulai sekarang," jawabnya. "Baiklah. Tapi aku harus mengetes kesungguhanmu." Mata pelayan itu membulat. Terkejut. "Kamu tau kan di mana Joana sekarang?" "Itu... sebenarnya... " Pelayan itu terlihat ragu dan ketakutan. Tapi akhirnya dia
Noah datang ke tempat rahasianya, di mana Zack sudah mendapatkan orang yang telah membunuh calon banyinya. Zack dengan langkah yang dipercepat menghampiri Noah yang baru saja turun dari mobil. "Tuan Muda, Anda pasti tidak akan percaya siapa yang sudah melakukan hal keji itu pada Valerie," kata Zack dengan cemas. "Memangnya siapa?" pikir Noah yang melakukan perbuatan jahat itu adalah Jason. Lagi pula siapa lagi orang yang tega melakukan hal itu hanya demi untuk mencapai tujuannya sendiri. Zack menutup mulutnya, dia tidak menjawab pertanyaan Noah. Hal itu membuat lelaki itu makin tak sabar untuk melihat siapa dalang di balik Valerie yang keguguran malam itu. Noah membuka pintu ruang bawah tanah. Dia melihat sosok wanita berambut pendek sedang terikat tangannya dengan mulut dilakban oleh Zack. Awalnya Noah tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. la tahu bayangan wanita itu. Sangat familier
Sampai malam itu, Raya masih berada di ruang bawah tanah bersama dengan Noah dan Zack.Wanita itu masih belum mengatakan pada Noah siapa yang menyuruhnya hingga membuat Noah frustrasi."Zack, kalau dia belum mau mengatakan. Katakan pada CEO Gold Holding untuk memecat karyawan yang bernama Theo, jika tidak, maka kerjasama kali ini akan dibatalkan.""Baik Tuan Muda."Wajah Raya yang mendengar hal itu langsung panik. Sampai sejauh itu Noah melakukannya agar dia mau membuka mulutnya."Tunggu! Tunggu!" cegah Raya. "Baiklah, aku akan mengatakan kepadamu siapa yang sudah menyuruhku," kata Raya."Tapi berjanjilah jangan sentuh keluargaku."Noah memandang tajam Raya.Raya mengambil napasnya dalam dalam kemudian mengatakan pada Noah bahwa yang sudah menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan Valerie adalah Jason.Noah tersenyum puas, dugaannya tidak pernah meleset. Firasatnya sejak bertemu dengan Jason memang tidak
Saat ini Raya benar benar dalam masalah. Dia mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa dia dipecat dari perusahaan hari itu begitu tiba tiba.Pikiran Raya mengarah pada Noah yang sudah mengancamnya tadi malam. Dan rupanya, ancaman itu tidak main main.Sebenarnya siapa Noah? Mengapa dia memiliki pengaruh yang menakutkan?Ketika dia dalam keterpurukan. Valerie muncul dari ambang pintu kamarnya. Dia melihat Raya yang benar benar dalam kondisi yang berantakan."Valerie!" panggil Raya. la turun dari ranjang dengan bermaksud ingin mengadukan apa yang baru dialami oleh ayahnya saat ini.Valerie memandang Raya dengan kaku."Noah sudah memecat ayahku. Kamu tau? Dia melakukannya karena aku mengadu padamu!""Kamu pembohong, Ray. Kenapa kamu tega melakukan hal itu kepadaku?" tanya Valerie dengan nada yang datar."... Ya?" Raya tak mengerti apa maksud Valerie."Kamu yang sudah membunuh calon bayiku. Kamu bahkan memfitnah