Ruth pulang ke rumah dengan raut wajah yang masam. Jika teringat betapa beruntungnya Valerie saat ini, dia jadi merasa bahwa dunia tak adil karena hanya adiknya itu yang bisa mendapatkan pria kaya tanpa bersusah payah. Anne muncul dengan wajah yang cemas, karena Fredison sejak tadi pagi mencari Ruth tapi tidak menemukannya di mana mana. "Kamu habis dari manal, Ruth? Ayahmu mencarimu ke mana-mana," bisik Anne agar Fredison tidak mendengarnya. "Bu, aku membuntuti Valerie. Dan ibu tau apa? Dia telah mendapatkan jackpot yang besar!" "Apa maksudmu?" Ruth mengembuskan napasnya dengan panjang dan berat. "Dia benar benar mendapatkan lelaki kaya, mana mungkin dia bisa memikat laki laki sementara dia sudah miskin dan tak memiliki apa apa." "Ruth, kamu sudah memiliki Damian. Sebaiknya kamu fokus saja dengan Damian. Jika kamu bisa bersabar, perusahaan itu pasti akan jatuh ke tangan Damian, bukan?" Ruth memutar bola matanya, sejak dia tahu bahwa Valerie memiliki lelaki yang lebih hebat dari
Valerie tak dapat menolak ketika Raya mengajaknya untuk pergi ke kelab malam, karena dia sadar bahwa sahabat satu satunya yang selalu menemaninya adalah Raya. la tak bisa membiarkan Raya berlarut larut dalam kesedihan hanya karena lelaki yang sudah mengkhianatinya. "Tapi kita harus pulang sebelum jam sebelas, oke. Aku tidak mau membuat Noah menungguku," kata Valerie. "Baiklah baiklah, kita di sana sebentar. Aku hanya ingin minum lalu pulang." Awalnya itu adalah janji Raya, akan tetapi ketika jam sudah lewat sebelas malam. Raya tidak mau diajak pulang dan malah menari seperti orang gila. Valerie hanya melihat Raya dari kursinya, mengamati Raya agar tidak melakukan hal aneh yang dapat membahayakannya. Raya seperti bukan Raya sebelumnya, dia yang biasa terlihat kalem kini terlihat sangat luar biasa liar. Bahkan dia membiarkan beberapa orang lelaki memeluk pinggulnya sambil menari. Valerie tahu bahwa Raya sedang patah hati, tapi jika diteruskan maka Raya akan mengalami hal yang tent
Di sisi lain, seorang lelaki sejak tadi mengawasi Valerie dan Jason dengan mata curiga. "Kenapa kamu melihat wanita itu seperti itu?" goda wanita yang berpakaian terbuka itu dengan manja tapi bernada cemburu. "Kamu menyukainya ya? Dandanan dia sangat kampungan, tipe wanita kamu seperti itu, rupanya." "Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat wanita itu. Tapi di mana ya?" gumam Rian teman Noah. Rian berdiri cukup lama sampai melihat bayangan Jason masuk duluan ke lift. "Ayo, kita jadi check in tidak," kata wanita yang bersama dengan Rian malam itu. "Kamu masuk dulu, aku harus menghubungi temanku." Wanita itu mendengus, tapi dia mau dan setuju naik lebih dulu. Rian menghubungi Noah. Tak perlu menunggu lama, Noah langsung menjawab telepon dari Rian. "Ada apa? Ini sudah malam, kenapa kamu menghubungiku ?" tanya Noah. "Istrimu... foto yang kamu perlihatkan padaku waktu itu. Aku melihatnya di hotel dekat kelab sekarang." Di ujung telepon Noah diam cukup lama. "Hei, Noah! Istrimu
Valerie berjalan mengikuti Noah dengan langkah cepat, mencoba mengejar langkah panjangnya yang marah. Wajah Noah terlihat tegang, dengan tatapannya menusuk Valerie seperti pisau. Sementara itu Valerie tampak cemas, langkahnya tergesa gesa sesekali menoleh ke arah Noah dengan ekspresi penuh penyesalan. Mereka melintasi lorong hotel yang sepi, lampu redup memberikan atmosfer yang tegang. Saat sampai di parkir mobil, Noah membuka pintu dengan kasar, menunggu Valerie dengan wajah yang dingin hingga membuatnya merasa tak enak. Valerie tak pernah melihat Noah seperti ini sebelumnya, apakah dia marah? Wajar saja jika Noah marah padanya, apalagi dia tidak pamit dan mengatakan akan pergi ke kelab dengan Raya. Dan juga, semuanya berakhir tidak seperti yang Valerie inginkan. Noah memergokinya masuk ke hotel, dan melihat dirinya berada di dalam kamar bersama dengan lelaki lain. Memang ada Raya, tapi dia seakan terpergok saat menyentuh wajah Jason seperti tadi. Tapi, mengapa Noah harus sem
Jason langsung membelokkan mobilnya untuk menghampiri Valerie. "Kamu mau ke mana Valerie?" tanya Jason pada Valerie, dia membuka sedikit jendela kacanya dan memandang Valerie penuh tanda tanya. "Saya akan kembali ke hotel, Pak. Lalu kenapa bapak ada di sini? Bukankah Anda harusnya menemani Raya?" Jason sedikit kelabakan. "Oh itu, aku akan kembali ke sana lagi. Ada sesuatu yang ingin kubeli. Mau ke sana bersama?" Valerie berpikir sejenak, kemudian dia masuk ke mobil Jason. Karena perjalanan ke hotel lumayan jauh juga. Di dalam mobil Valerie diam saja, dia malah kepikiran dengan Noah saat ini. "Kenapa dia jadi berubah begitu? Maksudku... kalau dia marah, bilang saja tak perlu..." "Kamu pasti sedang memikirkan kekasihmu ya?" tanya Jason tiba tiba membuat pikiran Valerie terputus. Valerie tersenyum canggung. "Tidak kok." "Apa kekasihmu marah? Dia terlihat seperti mau menelanku tadi," goda Jason. "Padahal dia bukan tipe pria seperti itu," sahut Valerie dengan suara yang seperti g
"Ya, ini aku," sahut Noah dengan wajah mengejek Valerie. Dia berhasil memergoki Valerie masuk ke rumahnya diam diam. Sebenarnya tadi dia melihat bayangan Valerie saat dirinya hendak meninggalkan area perumahan. Lalu dia kembali untuk memastikan bahwa yang dilihat oleh matanya adalah benar. "Kenapa baru pulang pagi ini?" "Sudah kubilang itu bukan urusanmu," jawab Valerie tak peduli. Dia pun masuk ke rumah lalu bergegas untuk mengganti pakaiannya. Hari ini dia akan pergi keluar kota dengan Jason, dan tak tahu jam berapa akan pulang. Saat keluar dari kamarnya, dia melihat Dimitri masih duduk di ruang tamu sambil sibuk menggeser layar gawainya. "Kamu belum berangkat juga? Bukankah sekarang sudah siang?" tanya Valerie. Padahal dia hanya tak mau melihat Noah. "Kamu juga belum berangkat." "Aku akan pergi ke luar kota dengan pak Jason." Valerie pun berjalan keluar tanpa memedulikan Noah. Noah melipat ponselnya lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Dia mengejar Valerie dengan langkah p
Hari ini dia dan Jason menghadiri sebuah acara peragaan busana yang dihadiri oleh banyak orang yang berkecimpung di dunia industri fashion. Melihat gaun gaun cantik terlihat di depan matanya, membuat mata Valerie tak berhenti memandang. "Valerie, kita duduk di sana," kata Jason ketika mendapati Valerie berada jauh di belakangnya. Valerie menyusul, dia duduk di sebelah Jason untuk melihat acara yang akan digelar sebentar lagi. Di sepanjang acara, Valerie mengamati dengan serius acara yang sedang berlangsung. Wajahnya mencerminkan ketertarikannya yang mendalam pada desain dan gaya. Dia menyimak dengan saksama setiap langkah model, potongan pakaian dan padu padan warna yang dipresentasikan di atas panggung. Sesekali dia membuat catatan kecil di buku catatannya, mencatat inspirasi dan ide ide kreatif yang mungkin berguna bagi Jason dan perusahaan fashion mereka. Jason yang melihat keseriusan Valerie jadi ingin mengetes Valerie untuk sekali-kali mendesain pakaian untuk perusahaan mere
Valerie berjalan bersama dengan Jason, melewati kolam renang dengan tatapan orang orang yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Meski banyak wartawan yang datang ke sana, Jason sama sekali tidak memedulikan saat mereka banyak mengambil gambar Valerie dan dirinya. Valerie melihat ke arah Ruth, dia berdiri di sebelah Damian dan mengangkat gelas yang berisi wine-nya untuk dirinya. Ruth benar benar sedang mengejeknya. "Kita harus ganti pakaian," kata Jason saat melihat pakaian Valerie basah kuyup. Saat itu Valerie tidak membawa pakaian ganti, jadi mana mungkin dia berganti baju? Namun, supir yang membawa mereka berdua mengerti ketika Jason melihat ke arahnya dan mengarahkan mobil ke sebuah butik yang tidak jauh dari tempat peragaan busana. "Turunlah." Jason keluar lebih dulu, disusul oleh Valerie yang ragu hendak mengikuti Jason. "Tapi Pak." "Tidak apa apa, anggap saja ini hadiah dariku." Di dalam butik, Jason memilihkan pakaian untuk Valerie. Pakaian yang cocok d
Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Tatiana tiba juga. Dia pergi ke bandara untuk menjemput anak semata wayangnya.Tatiana menatap layar kedatangan di bandara dengan gelisah, mencari nama Julian.Kegugupan Tatiana berubah menjadi senyum yang merekah saat melihat nama yang dia cari muncul di layar. Dengan cepat ia menuju pintu kedatangan dan menunggu penuh dengan harap.Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka dan dari sana muncul seorang pria muda yang wajahnya sedikit berubah."Ada apa dengan anak itu, kenapa dia terlihat agak kurus?" gumam Tatiana cemas. "Apa dia tidak makan teratur "Meskipun anaknya sudah dewasa, tapi ada kelembutan dan kepolosan dari anaknya yang masih terpancar dari matanya."Julian!" panggil Tatiana, langkahnya mendekati pria itu dengan cepat.Julian menoleh ke arah suara itu, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum akhirnya terpancar kegembiraan dan kelegaan. Dia pun tersenyum dengan lebar.
Ivana siang itu terkejut ketika mendapati Noah masuk ke ruangan di kantornya."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak datang ke sini lagi," kata Ivana dengan sinis.Tanpa berkata apa-apa, Noah memberikan sebuah bukti rekam medis kepada Ivana.Ivana melirik ke arah Noah sebentar lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja."Apa maksudmu? Jangan bermain-main denganku. Aku tidak peduli apakah dia sudah punya anak atau belum. Karena hal itu tidak ada urusannya denganku." Ivana melemparkan dokumen itu ke atas meja dengan kasar. Dia kembali ke pekerjaannya."Benarkah? Kamu tidak peduli dengan hal itu?"Ivana mengernyitkan keningnya.la melihat Noah mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya dan memberikannya kepada wanita itu."Mungkin ini hadiah kejutan untukmu tahun ini."Noah lalu keluar, dia merasa tidak perlu berdiri di sana sampai Ivana mau membuka amplopnya.Us
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."