Valerie berjalan bersama dengan Jason, melewati kolam renang dengan tatapan orang orang yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Meski banyak wartawan yang datang ke sana, Jason sama sekali tidak memedulikan saat mereka banyak mengambil gambar Valerie dan dirinya. Valerie melihat ke arah Ruth, dia berdiri di sebelah Damian dan mengangkat gelas yang berisi wine-nya untuk dirinya. Ruth benar benar sedang mengejeknya. "Kita harus ganti pakaian," kata Jason saat melihat pakaian Valerie basah kuyup. Saat itu Valerie tidak membawa pakaian ganti, jadi mana mungkin dia berganti baju? Namun, supir yang membawa mereka berdua mengerti ketika Jason melihat ke arahnya dan mengarahkan mobil ke sebuah butik yang tidak jauh dari tempat peragaan busana. "Turunlah." Jason keluar lebih dulu, disusul oleh Valerie yang ragu hendak mengikuti Jason. "Tapi Pak." "Tidak apa apa, anggap saja ini hadiah dariku." Di dalam butik, Jason memilihkan pakaian untuk Valerie. Pakaian yang cocok d
Zack membuka pintu mobil untuk Noah. Dia lalu duduk di depan dan membawa Noah ke sebuah tempat. Malam ini Noah tidak menggunakan mobil yang biasa dia gunakan di depan Valerie, melainkan mobil Porsche yang baru dia beli awal tahun kemarin. Selama ini mobilnya dia simpan dan digunakan di waktu waktu tertentu. Dan malam ini dia akan datang ke acara ulang tahun sahabatnya, Rian di villa miliknya. Zack melihat Noah melalui spion di depannya, dan jika dilihat dari ekspresi Noah sejak tadi siang, ia yakin bahwa tuan muda nya itu saat ini sedang kesal dan tidak baik baik saja. "Sepertinya Anda harus memberitahu Valerie jika akan pergi ke pesta ulang tahun sahabat Anda, Tuan." "Untuk apa?" tanya Noah. Zack yang menerima pertanyaan itu pun bingung harus menjawab apa. "Agar... Valerie tidak menunggu Anda." "Dia tidak akan menungguku, dan sebaiknya kamu jalankan mobil ini dengan baik. Aku akan tidur sebentar." "Baik." Noah tak akan bersikap sedingin seperti itu jika perasaannya saat ini
Kevin, Karina dan Wendy berjalan ke arah di mana Rian dan Noah sedang duduk. Ketika Wendy sengaja ingin duduk di sebelah Noah, lelaki itu sengaja menjaga jarak agar tidak memberikan kesempatan Wendy untuk mendekatinya. "Nah nah, pesta akan segera dimulai, jadi Noah, apa yang akan kamu berikan padaku sebagai hadiah?" tanya Rian. "Kamu bisa menginap di hotelku sepuasmu," jawab Noah acuh tak acuh, dia memalingkan wajahnya ketika Wendy berusaha sedang mencari perhatian kepadanya. "Kamu mau minum?" tanya Wendy. "Aku akan mengambilkan minum untukmu," katanya dengan ucapan dibuat semanis mungkin, berbeda dengan dirinya beberapa hari yang lalu saat mencemooh Valerie di restoran. "Aku tidak ingin minum," jawab Noah. "Mau makan?" "'Tidak." Wendy memandang wajah Noah dari samping, dan terkesan dengan lelaki itu karena tidak mudah tergoda seperti Alex. Jadi, dengan sengaja Wendy menunduk mengambil ponsel yang sengaja dia jatuhkan agar belahan dadanya terlihat saat menunduk. Noah dalam ha
"Besok pagi jemput aku dengan mobilku yang biasa," kata Noah. Dia turun agak jauh dari rumah agar Valerie tidak melihatnya turun dari mobil mewah miliknya. Noah berjalan ke arah rumah yang mulai sepi, dia melihat lampu masih menyala menandakan jika Valerie belum juga tidur malam itu. Ketika dia membuka pintu, ia tidak melihat Valerie ada di ruang tamu. Ke mana wanita itu? Noah mengetuk pintu kamar Valerie. Apakah dia sudah tidur? Perjalanan memakan waktu selama dua jam, pasti dia bosan menunggu lalu tertidur. Noah membuka pintu kamar Valerie, ia melihat Valerie memang sudah tidur, tapi perempuan itu sedang menggigil. "Valerie?" panggil Noah. Valerie membuka matanya, lalu melirik ke arah Noah yang sedang berjalan ke arahnya. Noah menempelkan telapak tangannya di kening Valerie dan merasakan suhu tubuh istrinya itu panas. "Apa kamu bawa obat?" Noah menggelengkan kepalanya. "Kamu sedang hamil, aku tak mungkin memberimu obat tanpa resep dokter." Pikir Noah, Valerie pasti sakit k
Di tempat lain satu jam yang lalu. Ruth muncul di kedai pagi itu, memesan omelet untuk sarapan. Dia menemui kedua sahabatnya yang sudah membuat janji untuk bertemu sebelum masuk kantor. "Kalian ada apa? Pagi pagi sudah kegirangan seperti itu, apa ada hal yang menyenangkan?" tanya Ruth, tangannya bersilang di depan dada dan menunggu sarapannya tiba. "Kamu tau Ruth? Kami menemukan jackpot!" ujar Karina bersemangat. "Maksudmu?" "Tadi malam.. aku mengajak Wendy ke pesta ulang tahun sahabat pacarku. Tapi tak kusangka, kalau salah satu sahabatnya pemilik Hotel Royal Oasis. Dan sepertinya laki laki itu menyukai Wendy." Mendengar hal itu, Ruth tentu saja tidak senang. Dia tak ingin jika kedua sahabatnya itu menyaingi dirinya dalam hal apapun termasuk dalam hal percintaan. Namun, dia tak dapat menunjukkan ketidaksenangannya itu secara terang terangan di depan mereka berdua. "Benarkah? Kamu tidak kepedean kan?" tanya Ruth menyesap kopinya. "Apa maksudmu? Tentu saja tidak, laki laki itu
Mulai hari ini Valerie akan menjadi bagian dari tim desainer di perusahaan Fusion Fashion. Setelah dia mengirimkan contoh desainnya kepada Jason beberapa hari yang lalu. la merasa sangat senang karena setidaknya Jason mau mengakui bahwa dirinya memiliki bakat untuk menjadi desainer di perusahaannya. "Baiklah kalau begitu, aku akan membawamu ke ruanganmu yang baru," kata Jason pada Valerie. Valerie tak sabar dengan hal itu. Dia berjalan mengekor di belakang Jason dan membawanya ke ruangan yang baru. Melewati koridor, menuruni lift, ruangan itu berada di lantai tiga letaknya. Rasanya makin tak sabar Valerie segera menjadi desainer yang awalnya dia adalah asisten Jason. Dia akan membuktikan bahwa dirinya mampu dan masuk ke perusahaan itu karena bakat dan kemampuannya bukan karena rumor yang menyebar. "Di sini ruanganmu," kata Jason. Dia berhenti di depan pintu dan memandang ke arah Valerie. "Saya akan mengingatnya." "Nanti kamu akan berurusan dengan manajer tim. Bukan denganku lag
Valerie menerima telepon dari resepsionis yang mengatakan bahwa ada yang ingin bertemu dengannya di lobi. Noah tak menyebutkan namanya, dia hanya mengatakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan pada Valerie saat ini. Mau tak mau Valerie pun turun untuk menemui orang itu. Tetapi ketika melihat Noah yang menunggunya, dia menjadi kesal karena dia susah mengatakan bahwa tak ingin makan siang sekarang. "Noah. Bukankah aku sudah bilang padamu. Kalau aku tak akan makan siang?" "Kamu mau sakit lagi?" "Kamu hanya khawatir jika anakmu sakit. Bukan aku yang kamu cemaskan, kan?" Noah memandang kedua bola mata Valerie bergantian. "Dari mana kamu memiliki pikiran seperti itu? Tentu saja aku mencemaskan kalian berdua. Jadi... Ayo makan siang sebentar denganku. Katamu ingin makan di luar." "Tapi.. Itu kan tadi pagi, waktu aku belum tau kalau aku akan ada banyak pekerjaan hari ini." Pertengkaran mereka berdua ditonton oleh karyawan yang hendak makan di luar. Noah melihat di sekitarnya
"Hanya ada satu," gumam Valerie melihat kain yang dia pegang. "Masih kurang lima lagi, tapi tidak ada. Apa benar gudangnya di sini?" Sambil berjalan ke arah pintu, Valerie memastikan kain yang sedang dia cari tidak terlewat dan tidak terlihat. Tapi dia memang tidak menemukannya saat itu. Jadi, dia memutuskan untuk segera keluar sebelum ia membuat Tery lama menunggu. "Kenapa tak bisa dibuka?" Valerie menarik engsel pintu gudang, tapi sama sekali tidak ada pergerakan sama sekali. "Apa ada orang di luar? Pintunya tidak bisa dibuka! Bisa minta tolong buka pintunya dari luar?!" Tak ada sahutan. Valerie hendak mengambil ponselnya tapi dia tidak membawanya dan meninggalkannya di ruangan. "Jangan jangan aku terkunci di sini." Valerie merasa frustrasi. "Kalau aku tidak segera kembali, pasti Tery akan tau kan?" pikir Valerie. Akan tetapi, hingga tiga jam kemudian Tery tak kunjung mencarinya. Jason mengenakan jasnya lalu bersiap untuk pulang malam itu. Dia bekerja lembur setelah ada mee
Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati
Akhirnya hari yang ditunggu oleh Tatiana tiba juga. Dia pergi ke bandara untuk menjemput anak semata wayangnya.Tatiana menatap layar kedatangan di bandara dengan gelisah, mencari nama Julian.Kegugupan Tatiana berubah menjadi senyum yang merekah saat melihat nama yang dia cari muncul di layar. Dengan cepat ia menuju pintu kedatangan dan menunggu penuh dengan harap.Setelah beberapa saat, pintu itu terbuka dan dari sana muncul seorang pria muda yang wajahnya sedikit berubah."Ada apa dengan anak itu, kenapa dia terlihat agak kurus?" gumam Tatiana cemas. "Apa dia tidak makan teratur "Meskipun anaknya sudah dewasa, tapi ada kelembutan dan kepolosan dari anaknya yang masih terpancar dari matanya."Julian!" panggil Tatiana, langkahnya mendekati pria itu dengan cepat.Julian menoleh ke arah suara itu, matanya memancarkan kebingungan sejenak sebelum akhirnya terpancar kegembiraan dan kelegaan. Dia pun tersenyum dengan lebar.
Ivana siang itu terkejut ketika mendapati Noah masuk ke ruangan di kantornya."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak datang ke sini lagi," kata Ivana dengan sinis.Tanpa berkata apa-apa, Noah memberikan sebuah bukti rekam medis kepada Ivana.Ivana melirik ke arah Noah sebentar lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja."Apa maksudmu? Jangan bermain-main denganku. Aku tidak peduli apakah dia sudah punya anak atau belum. Karena hal itu tidak ada urusannya denganku." Ivana melemparkan dokumen itu ke atas meja dengan kasar. Dia kembali ke pekerjaannya."Benarkah? Kamu tidak peduli dengan hal itu?"Ivana mengernyitkan keningnya.la melihat Noah mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya dan memberikannya kepada wanita itu."Mungkin ini hadiah kejutan untukmu tahun ini."Noah lalu keluar, dia merasa tidak perlu berdiri di sana sampai Ivana mau membuka amplopnya.Us
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."