"Besok pagi jemput aku dengan mobilku yang biasa," kata Noah. Dia turun agak jauh dari rumah agar Valerie tidak melihatnya turun dari mobil mewah miliknya. Noah berjalan ke arah rumah yang mulai sepi, dia melihat lampu masih menyala menandakan jika Valerie belum juga tidur malam itu. Ketika dia membuka pintu, ia tidak melihat Valerie ada di ruang tamu. Ke mana wanita itu? Noah mengetuk pintu kamar Valerie. Apakah dia sudah tidur? Perjalanan memakan waktu selama dua jam, pasti dia bosan menunggu lalu tertidur. Noah membuka pintu kamar Valerie, ia melihat Valerie memang sudah tidur, tapi perempuan itu sedang menggigil. "Valerie?" panggil Noah. Valerie membuka matanya, lalu melirik ke arah Noah yang sedang berjalan ke arahnya. Noah menempelkan telapak tangannya di kening Valerie dan merasakan suhu tubuh istrinya itu panas. "Apa kamu bawa obat?" Noah menggelengkan kepalanya. "Kamu sedang hamil, aku tak mungkin memberimu obat tanpa resep dokter." Pikir Noah, Valerie pasti sakit k
Di tempat lain satu jam yang lalu. Ruth muncul di kedai pagi itu, memesan omelet untuk sarapan. Dia menemui kedua sahabatnya yang sudah membuat janji untuk bertemu sebelum masuk kantor. "Kalian ada apa? Pagi pagi sudah kegirangan seperti itu, apa ada hal yang menyenangkan?" tanya Ruth, tangannya bersilang di depan dada dan menunggu sarapannya tiba. "Kamu tau Ruth? Kami menemukan jackpot!" ujar Karina bersemangat. "Maksudmu?" "Tadi malam.. aku mengajak Wendy ke pesta ulang tahun sahabat pacarku. Tapi tak kusangka, kalau salah satu sahabatnya pemilik Hotel Royal Oasis. Dan sepertinya laki laki itu menyukai Wendy." Mendengar hal itu, Ruth tentu saja tidak senang. Dia tak ingin jika kedua sahabatnya itu menyaingi dirinya dalam hal apapun termasuk dalam hal percintaan. Namun, dia tak dapat menunjukkan ketidaksenangannya itu secara terang terangan di depan mereka berdua. "Benarkah? Kamu tidak kepedean kan?" tanya Ruth menyesap kopinya. "Apa maksudmu? Tentu saja tidak, laki laki itu
Mulai hari ini Valerie akan menjadi bagian dari tim desainer di perusahaan Fusion Fashion. Setelah dia mengirimkan contoh desainnya kepada Jason beberapa hari yang lalu. la merasa sangat senang karena setidaknya Jason mau mengakui bahwa dirinya memiliki bakat untuk menjadi desainer di perusahaannya. "Baiklah kalau begitu, aku akan membawamu ke ruanganmu yang baru," kata Jason pada Valerie. Valerie tak sabar dengan hal itu. Dia berjalan mengekor di belakang Jason dan membawanya ke ruangan yang baru. Melewati koridor, menuruni lift, ruangan itu berada di lantai tiga letaknya. Rasanya makin tak sabar Valerie segera menjadi desainer yang awalnya dia adalah asisten Jason. Dia akan membuktikan bahwa dirinya mampu dan masuk ke perusahaan itu karena bakat dan kemampuannya bukan karena rumor yang menyebar. "Di sini ruanganmu," kata Jason. Dia berhenti di depan pintu dan memandang ke arah Valerie. "Saya akan mengingatnya." "Nanti kamu akan berurusan dengan manajer tim. Bukan denganku lag
Valerie menerima telepon dari resepsionis yang mengatakan bahwa ada yang ingin bertemu dengannya di lobi. Noah tak menyebutkan namanya, dia hanya mengatakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan pada Valerie saat ini. Mau tak mau Valerie pun turun untuk menemui orang itu. Tetapi ketika melihat Noah yang menunggunya, dia menjadi kesal karena dia susah mengatakan bahwa tak ingin makan siang sekarang. "Noah. Bukankah aku sudah bilang padamu. Kalau aku tak akan makan siang?" "Kamu mau sakit lagi?" "Kamu hanya khawatir jika anakmu sakit. Bukan aku yang kamu cemaskan, kan?" Noah memandang kedua bola mata Valerie bergantian. "Dari mana kamu memiliki pikiran seperti itu? Tentu saja aku mencemaskan kalian berdua. Jadi... Ayo makan siang sebentar denganku. Katamu ingin makan di luar." "Tapi.. Itu kan tadi pagi, waktu aku belum tau kalau aku akan ada banyak pekerjaan hari ini." Pertengkaran mereka berdua ditonton oleh karyawan yang hendak makan di luar. Noah melihat di sekitarnya
"Hanya ada satu," gumam Valerie melihat kain yang dia pegang. "Masih kurang lima lagi, tapi tidak ada. Apa benar gudangnya di sini?" Sambil berjalan ke arah pintu, Valerie memastikan kain yang sedang dia cari tidak terlewat dan tidak terlihat. Tapi dia memang tidak menemukannya saat itu. Jadi, dia memutuskan untuk segera keluar sebelum ia membuat Tery lama menunggu. "Kenapa tak bisa dibuka?" Valerie menarik engsel pintu gudang, tapi sama sekali tidak ada pergerakan sama sekali. "Apa ada orang di luar? Pintunya tidak bisa dibuka! Bisa minta tolong buka pintunya dari luar?!" Tak ada sahutan. Valerie hendak mengambil ponselnya tapi dia tidak membawanya dan meninggalkannya di ruangan. "Jangan jangan aku terkunci di sini." Valerie merasa frustrasi. "Kalau aku tidak segera kembali, pasti Tery akan tau kan?" pikir Valerie. Akan tetapi, hingga tiga jam kemudian Tery tak kunjung mencarinya. Jason mengenakan jasnya lalu bersiap untuk pulang malam itu. Dia bekerja lembur setelah ada mee
Tak dapat dipungkiri, jika saat ini Noah memikirkan ucapan Jason tadi. Apakah benar dia hanya memanfaatkan Valerie? Dan menginginkan bayi Valerie saja? Dan yang membuat Noah penuh dengan tanda tanya adalah mengapa Jason bisa menyelidikinya sampai sejauh itu. "Bayangkan jika Valerie tahu siapa kamu sebenarnya," kata Jason tadi ketika masih berbicara dengan Noah. "Dia pasti akan merasa dibohongi oleh orang yang dia percaya selama ini." Jason tersenyum penuh dengan kemenangan. "Apakah kamu menyukai Valerie?" potong Noah. "Aku yakin jika kamu menyukainya, pasti kamu memiliki maksud tersembunyi." Melihat ekspresi wajah Jason yang menegang membuat Noah berpikir jika apa yang dia katakan barusan tidak salah. Jason pasti memiliki maksud tersembunyi karena berusaha mendekati Valerie. Kendati Valerie sedang hamil pun, Jason masih ingin mendekati istrinya. Bukankah hal itu sangat aneh? *** Di ruangan lain, Valerie duduk di tepi ranjang, dia menyalakan ponselnya yang mati. la terkejut saa
Jam satu malam. Noah tak bisa memejamkan matanya setelah dia mengalami kejadian yang benar benar di luar perkiraannya. Entah apa yang sudah merasukinya tadi, tapi jika dipikir lagi sepertinya dia terlalu berani untuk mengambil keputusan seperti itu. Awalnya dia hanya ingin memastikan perasaanya kepada Valerie jika dia tidak memanfaatkan perempuan itu sepenuhnya. Dia juga terbawa suasana sejak awal, sejak menerima pelukan dari Valerie yang membuatnya terhanyut dalam perasaan yang hangat. "Kenapa aku melakukannya?" ucap Noah pada dirinya sendiri. Sementara itu, di kamar Valerie, bayangan wajah Noah yang tiba tiba membuat dirinya melayang terus berkelabat dalam kepalanya. Dia tak dapat melepaskan bayangan itu hingga tiga jam sudah berlalu. Valerie menyentuh bibirnya dengan jarinya, memastikan bahwa apa yang dia alami tadi nyata dan bukan halusinasinya saja. "Tidak, kenapa jantungku tiba tiba berdebar saat membayangkan wajah Noah?" Valerie memandang wajahnya di cermin. "Wajahku b
Setelah mengalami kejadian kemarin sore, Valerie semakin yakin jika teman satu timnya memang tidak menyukainya. Mereka bahkan mengurungnya di dalam gudang lama sendirian entah untuk alasan apa. Dia datang lebih pagi dari yang lain, mengerjakan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan. Valerie sudah mengumpulkan bahan kain untuk Tery, dan katalog yang diminta oleh Mira. Pagi itu, ketika mendekati jam sembilan. Mira dan yang lainnya berjalan masuk dengan tawa yang lebar, membayangkan jika rencananya akan sukses. Tapi, saat memasuki ruang tim desain, senyum di wajah Mira memudar. Berganti dengan ekspresi keterkejutan saat melihat Valerie sedang menyiapkan pekerjaannya pagi itu. "Selamat pagi semuanya!" sapa Valerie dengan ceria. Wajah Tery memucat, dia melirik ke arah Mira penuh tanda tanya. "Tery, aku sudah membawakan semua bahan kain yang kamu minta. Gudang lama tidak ada jadi tadi pagi aku mencarinya di gudang yang baru. "Rupanya gudang sudah dipindah untuk memudahkan tim des