Valerie tak dapat menolak ketika Raya mengajaknya untuk pergi ke kelab malam, karena dia sadar bahwa sahabat satu satunya yang selalu menemaninya adalah Raya. la tak bisa membiarkan Raya berlarut larut dalam kesedihan hanya karena lelaki yang sudah mengkhianatinya. "Tapi kita harus pulang sebelum jam sebelas, oke. Aku tidak mau membuat Noah menungguku," kata Valerie. "Baiklah baiklah, kita di sana sebentar. Aku hanya ingin minum lalu pulang." Awalnya itu adalah janji Raya, akan tetapi ketika jam sudah lewat sebelas malam. Raya tidak mau diajak pulang dan malah menari seperti orang gila. Valerie hanya melihat Raya dari kursinya, mengamati Raya agar tidak melakukan hal aneh yang dapat membahayakannya. Raya seperti bukan Raya sebelumnya, dia yang biasa terlihat kalem kini terlihat sangat luar biasa liar. Bahkan dia membiarkan beberapa orang lelaki memeluk pinggulnya sambil menari. Valerie tahu bahwa Raya sedang patah hati, tapi jika diteruskan maka Raya akan mengalami hal yang tent
Di sisi lain, seorang lelaki sejak tadi mengawasi Valerie dan Jason dengan mata curiga. "Kenapa kamu melihat wanita itu seperti itu?" goda wanita yang berpakaian terbuka itu dengan manja tapi bernada cemburu. "Kamu menyukainya ya? Dandanan dia sangat kampungan, tipe wanita kamu seperti itu, rupanya." "Tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat wanita itu. Tapi di mana ya?" gumam Rian teman Noah. Rian berdiri cukup lama sampai melihat bayangan Jason masuk duluan ke lift. "Ayo, kita jadi check in tidak," kata wanita yang bersama dengan Rian malam itu. "Kamu masuk dulu, aku harus menghubungi temanku." Wanita itu mendengus, tapi dia mau dan setuju naik lebih dulu. Rian menghubungi Noah. Tak perlu menunggu lama, Noah langsung menjawab telepon dari Rian. "Ada apa? Ini sudah malam, kenapa kamu menghubungiku ?" tanya Noah. "Istrimu... foto yang kamu perlihatkan padaku waktu itu. Aku melihatnya di hotel dekat kelab sekarang." Di ujung telepon Noah diam cukup lama. "Hei, Noah! Istrimu
Valerie berjalan mengikuti Noah dengan langkah cepat, mencoba mengejar langkah panjangnya yang marah. Wajah Noah terlihat tegang, dengan tatapannya menusuk Valerie seperti pisau. Sementara itu Valerie tampak cemas, langkahnya tergesa gesa sesekali menoleh ke arah Noah dengan ekspresi penuh penyesalan. Mereka melintasi lorong hotel yang sepi, lampu redup memberikan atmosfer yang tegang. Saat sampai di parkir mobil, Noah membuka pintu dengan kasar, menunggu Valerie dengan wajah yang dingin hingga membuatnya merasa tak enak. Valerie tak pernah melihat Noah seperti ini sebelumnya, apakah dia marah? Wajar saja jika Noah marah padanya, apalagi dia tidak pamit dan mengatakan akan pergi ke kelab dengan Raya. Dan juga, semuanya berakhir tidak seperti yang Valerie inginkan. Noah memergokinya masuk ke hotel, dan melihat dirinya berada di dalam kamar bersama dengan lelaki lain. Memang ada Raya, tapi dia seakan terpergok saat menyentuh wajah Jason seperti tadi. Tapi, mengapa Noah harus sem
Jason langsung membelokkan mobilnya untuk menghampiri Valerie. "Kamu mau ke mana Valerie?" tanya Jason pada Valerie, dia membuka sedikit jendela kacanya dan memandang Valerie penuh tanda tanya. "Saya akan kembali ke hotel, Pak. Lalu kenapa bapak ada di sini? Bukankah Anda harusnya menemani Raya?" Jason sedikit kelabakan. "Oh itu, aku akan kembali ke sana lagi. Ada sesuatu yang ingin kubeli. Mau ke sana bersama?" Valerie berpikir sejenak, kemudian dia masuk ke mobil Jason. Karena perjalanan ke hotel lumayan jauh juga. Di dalam mobil Valerie diam saja, dia malah kepikiran dengan Noah saat ini. "Kenapa dia jadi berubah begitu? Maksudku... kalau dia marah, bilang saja tak perlu..." "Kamu pasti sedang memikirkan kekasihmu ya?" tanya Jason tiba tiba membuat pikiran Valerie terputus. Valerie tersenyum canggung. "Tidak kok." "Apa kekasihmu marah? Dia terlihat seperti mau menelanku tadi," goda Jason. "Padahal dia bukan tipe pria seperti itu," sahut Valerie dengan suara yang seperti g
"Ya, ini aku," sahut Noah dengan wajah mengejek Valerie. Dia berhasil memergoki Valerie masuk ke rumahnya diam diam. Sebenarnya tadi dia melihat bayangan Valerie saat dirinya hendak meninggalkan area perumahan. Lalu dia kembali untuk memastikan bahwa yang dilihat oleh matanya adalah benar. "Kenapa baru pulang pagi ini?" "Sudah kubilang itu bukan urusanmu," jawab Valerie tak peduli. Dia pun masuk ke rumah lalu bergegas untuk mengganti pakaiannya. Hari ini dia akan pergi keluar kota dengan Jason, dan tak tahu jam berapa akan pulang. Saat keluar dari kamarnya, dia melihat Dimitri masih duduk di ruang tamu sambil sibuk menggeser layar gawainya. "Kamu belum berangkat juga? Bukankah sekarang sudah siang?" tanya Valerie. Padahal dia hanya tak mau melihat Noah. "Kamu juga belum berangkat." "Aku akan pergi ke luar kota dengan pak Jason." Valerie pun berjalan keluar tanpa memedulikan Noah. Noah melipat ponselnya lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Dia mengejar Valerie dengan langkah p
Hari ini dia dan Jason menghadiri sebuah acara peragaan busana yang dihadiri oleh banyak orang yang berkecimpung di dunia industri fashion. Melihat gaun gaun cantik terlihat di depan matanya, membuat mata Valerie tak berhenti memandang. "Valerie, kita duduk di sana," kata Jason ketika mendapati Valerie berada jauh di belakangnya. Valerie menyusul, dia duduk di sebelah Jason untuk melihat acara yang akan digelar sebentar lagi. Di sepanjang acara, Valerie mengamati dengan serius acara yang sedang berlangsung. Wajahnya mencerminkan ketertarikannya yang mendalam pada desain dan gaya. Dia menyimak dengan saksama setiap langkah model, potongan pakaian dan padu padan warna yang dipresentasikan di atas panggung. Sesekali dia membuat catatan kecil di buku catatannya, mencatat inspirasi dan ide ide kreatif yang mungkin berguna bagi Jason dan perusahaan fashion mereka. Jason yang melihat keseriusan Valerie jadi ingin mengetes Valerie untuk sekali-kali mendesain pakaian untuk perusahaan mere
Valerie berjalan bersama dengan Jason, melewati kolam renang dengan tatapan orang orang yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Meski banyak wartawan yang datang ke sana, Jason sama sekali tidak memedulikan saat mereka banyak mengambil gambar Valerie dan dirinya. Valerie melihat ke arah Ruth, dia berdiri di sebelah Damian dan mengangkat gelas yang berisi wine-nya untuk dirinya. Ruth benar benar sedang mengejeknya. "Kita harus ganti pakaian," kata Jason saat melihat pakaian Valerie basah kuyup. Saat itu Valerie tidak membawa pakaian ganti, jadi mana mungkin dia berganti baju? Namun, supir yang membawa mereka berdua mengerti ketika Jason melihat ke arahnya dan mengarahkan mobil ke sebuah butik yang tidak jauh dari tempat peragaan busana. "Turunlah." Jason keluar lebih dulu, disusul oleh Valerie yang ragu hendak mengikuti Jason. "Tapi Pak." "Tidak apa apa, anggap saja ini hadiah dariku." Di dalam butik, Jason memilihkan pakaian untuk Valerie. Pakaian yang cocok d
Zack membuka pintu mobil untuk Noah. Dia lalu duduk di depan dan membawa Noah ke sebuah tempat. Malam ini Noah tidak menggunakan mobil yang biasa dia gunakan di depan Valerie, melainkan mobil Porsche yang baru dia beli awal tahun kemarin. Selama ini mobilnya dia simpan dan digunakan di waktu waktu tertentu. Dan malam ini dia akan datang ke acara ulang tahun sahabatnya, Rian di villa miliknya. Zack melihat Noah melalui spion di depannya, dan jika dilihat dari ekspresi Noah sejak tadi siang, ia yakin bahwa tuan muda nya itu saat ini sedang kesal dan tidak baik baik saja. "Sepertinya Anda harus memberitahu Valerie jika akan pergi ke pesta ulang tahun sahabat Anda, Tuan." "Untuk apa?" tanya Noah. Zack yang menerima pertanyaan itu pun bingung harus menjawab apa. "Agar... Valerie tidak menunggu Anda." "Dia tidak akan menungguku, dan sebaiknya kamu jalankan mobil ini dengan baik. Aku akan tidur sebentar." "Baik." Noah tak akan bersikap sedingin seperti itu jika perasaannya saat ini