Noah memandang kaku neneknya. Berusaha untuk tetap fokus dan berpikir jernih. Dan memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh neneknya itu tidak salah terucap.
"Anak.... pelayan?""Perempuan yang dulu nenek usir dari rumah ini karena sudah membuat kekacauan itu, Noah. Sekarang dia kembali menjadi calon istri kakekmu.""Mana mungkin kakek bisa menyukai perempuan itu?" gumam Noah."William sudah menyelidikinya, kakekmu rupanya sudah bertemu dengan perempuan itu satu tahun yang lalu. Perempuan itu pasti sudah menggoda kakekmu. Perempuan itu adalah perempuan penggoda."Dia pasti punya maksud mendekati kakekmu. Padahal jelas-jelas dia masih bisa mencari lelaki yang jauh lebih muda dari kakekmu."Dari ruang tengah terdengar keributan. William masuk dengan wajahnya yang cemas."Ada apa, Will?" tanya nyonya tua."Tuan Muda Havier datang ke rumah untuk mencari Tuan Ivanov.""Pasti dia sudah diberitahu oleh perempuaKarena masalah itu, akhirnya Tatiana menelpon anaknya dan menceritakan hal yang ter jadi di rumah.Kabar itu rupanya juga membuat terkejut Julian karena mendapatkan berita jika kakeknya akan menikah dengan Irena."Ibu serius? Tapi kakek kan tau kalau nenek sangat membenci perempuan itu?""Entahlah, kakekmu sedang puber ke lima atau apapun itu ibu tidak tahu. Tapi gara-gara hal itu, Noah dan istrinya juga nenekmu pergi dari rumah."Julian terdiam di ujung sana."Julian, kamu mendengarkan ku kan? Kapan kamu pulang? IBUMU SANGAT KESEPIAN!""Bu, apa aku sudah mengatakan hal ini sebelumnya?""Apa? Jangan membuatku takut."Meski tahu anaknya tidak berguna, tapi Tatiana tahu jika teman-teman Julian cukup banyak dan memiliki jaringan yang cukup luas. Karena Julian hidup hanya untuk bersenang-senang."Perempuan itu dulu sangat terkenal di sini," kata Julian dengan volume yang agak pelan. "Beberapa tahun yang lal
Zack dan Noah berada di ruang kerja sejak satu jam lalu, mereka berdua terlibat dalam pembicaraan serius."Jadi menurutmu, lebih baik hitam atau warna pink," kata Noah tiba-tiba dengan wajahnya yang serius.Zack sontak memandang ke arah Noah terkejut sekaligus bingung."... Ya?" Zack menghentikan pulpennya dan berhenti menulis, dia memandang Noah begitu lama membutuhkan penjelasan mengenai dua warna yang tengah mengusiknya."Warna kamar untuk anak-anakku, sebaiknya warna hitam atau merah muda. Aku ingin memberikan Valerie kejutan, kamar di vila itu ingin kuhias dengan manis."Zack mengembuskan napasnya perlahan. Dia pikir Noah ingin mengatakan sesuatu yang lebih penting dari itu."Sebaiknya jangan hitam, Tuan. Nona Valerie pasti tidak setuju," kata Zack,"Begitu ya?" Noah mengangguk-angguk memikirkan."Oh ya, tadi kamu bicara sampai mana?"Zack membuka catatannya lalu melaporkan tugasnya yang diberikan
Setelah Maxim dan Isadora pulang. Valerie yang sejak tadi menahan diri untuk tidak bertanya, dia akhirnya bertanya langsung kepada suaminya tersebut."Noah, apakah kamu mencurigai keluarga dari ayahnya Maxim ?" tanya Valerie. Dia sedang menyisir rambutnya, memandang Noah dari pantulan cermin di depannya."Hmm sedikit. Aku hanya ingin tahu saja.""Apa itu tidak akan berbahaya?'"Ayahnya tidak mungkin mencelakai Maxim. Apalagi dia adalah anak laki-laki satu-satunya.""Tapi tetap saja," gumam Valerie."Kamu khawatir dengan Maxim?""Tidak, bukan begitu, Isadora sedang hamil. Aku hanya takut jika hal buruk terjadi pada Maxim. Lalu Isadora sendirian. Hanya itu.""Tak apa-apa, aku akan menyuruh orangku untuk mengawasinyaNoah menggeser layar ponselnya dengan serius."Bagaimana kalau kita memberikan mainan ini di dalam kamar anak kita, Valerie?" tanya Noah sambil menunjukkan layar ponselnya pada Valeri
Pagi-pagi sekali Maxim pergi ke rumah kakeknya untuk mengetahui siapa anak kecil yang kemarin memanggil papa.Saat Felix sudah pergi dengan mobilnya. Maxim lalu muncul dan tak sengaja melihat neneknya sedang bermain dengan anak kecil berpipi bakpau."Nenek," panggil Maxim.Neneknya menoleh tapi ekspresinya menjelaskan segalanya. Dia seperti merasa tak senang dengan kedatangan Maxim saat itu."Tumben sekali kamu datang ke rumah ini? Nenek pikir kamu sudah lupa dengan kakek nenekmu di sini karena kami miskin."Maxim diam, dia tidak tahu harus berkata apa. Tapi memang salahnya juga tidak pernah berkunjung ke rumah neneknya selama ini.Dia melihat ke arah anak kecil yang bersembunyi di balik kaki neneknya."Anak kecil itu ... siapa?" tanya Maxim.Neneknya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Maxim."Anak sepupumu," jawab neneknya."Oh begitu."Namun saat melihat mata anak kecil itu, dia m
Sebelum ke apartemen, Noah pergi untuk mengunjungi neneknya. Karena ingin melihat kondisi neneknya setelah keluar dari rumahnya.Penjagaan diperketat agar kakeknya tidak dapat menemukan neneknya dengan mudah. Lagi pula, Noah tidak bisa membiarkan perempuan itu dapat bertemu dengan nyonya tua.Bisa jadi kesehatan neneknya akan terus menurun karena kejadian itu."Bagaimana dengan keadaan nenek?" tanya Noah."Nyonya baik-baik saja, tapi nafsu makannya mulai menurun," jawab William.Noah melihat neneknya sedang duduk di bangku belakang rumah. Ditemani oleh satu pelayan yang ditugaskan untuk melayani neneknya."Pelayan itu bisa dipercaya kan?"William menoleh ke arah pelayan itu. Dia kemudian mengangguk."Saya sudah menyelidiki latar belakang pelayan itu, dan tidak ada masalah dengan latar belakangnya. Kenapa tuan muda bertanya seperti itu?"Sejak kejadian Irena tiba-tiba muncul kemudian Felix yang bersikap
Felix menemui seseorang di sebuah restoran malam itu, Lelaki paruh baya melambaikan tangannya kepada Felix saat melihat lelaki itu celingukan mencari keberadaannya."Maaf aku sedikit terlambat," kata Felix.Anderson yang tak lain adalah kakak kandung Felix hanya tersenyum. Dia memberikan gelas wine kepada adiknya untuk merayakan kemenangan."Sebentar lagi kita akan mendapatkan apa yang kita impikan selama ini," kata Anderson mendentingkan gelasnya pada gelas Felix."Hampir dua puluh delapan tahun," kekeh Felix dan aku harus bersikap seperti orang bodoh di keluarga itu."Tapi itu adalah keuntunganmu, anak tirimu itu tidak akan mencurigaimu, kan?""Meski begitu kita harus tetap berhati-hati, rencana pertama kita sudah berhasil, rencana selanjutnya mungkin agak lebih berbahaya."Felix memandang gelasnya. Pelayan datang membawakan makanan yang sudah dipesan oleh Anderson sebelum adiknya datang ke restoran ini,"Aku
Valerie dan Noah masuk di kamar tamu yang sudah disiapkan oleh William.Pikiran Noah sangat kacau saat ini. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh banyak pertanyaan mengenai ayahnya."Noah, apa kamu baik-baik saja?" tanya Valerie.Dia melihat Noah sedang duduk menghadap ke arah jendela yang menunjukkan langit malam hari itu."Tidak, Aku tidak baik-baik saja."Ya, tentu saja lelaki itu tidak baik-baik saja. Dia merasakan ketidakadilan sejak masih kecil. Dan kini neneknya mengatakan sebuah fakta yang sangat menyakitkan."Apakah semuanya akan berubah jika seandainya nenekku membiarkanku pergi dengan ayahku?" tanya Noah."Hmm ada."Noah memandang Valerie yang duduk di sebelahnya."Mungkin aku tidak akan menjadi istrimu."Valerie memeluk Noah. "Aku akan mendukungmu jika kamu ingin mencari ayahmu. Kita harus mendengar cerita dari kedua pihak."Jika dilihat dari cerita nenek. Aku merasa bahwa ayah
"Irena! Kamu tidak akan menikah dengan kakekku!" teriak Havier seperti orang gila.Isadora yang mendengar kakaknya terus mengoceh menyuruhnya untuk pergi. Namun lelaki itu menolak sebelum Irena mau pergi bersamanya."Apa yang kamu lihat dari perempuan itu? Kakak tidak malu dengan Noah?" tanya Isadora."Diam kamu! Aku tidak butuh kata-katamu!" sentak Havier.Isadora memandang lantai dua. Tak tahu apa yang sebenarnya dimiliki oleh wanita itu hingga membuat dua lelaki ini tergila-gila padanya.Isadora melihat ke arah tangannya. Ia memegang beberapa rambut yang rontok milik Irena."Rambutnya jelek sekali," gerutu Isadora.***Saat pulang ke bangunan dua. Dia melihat Maxim sedang duduk dengan wajah tak berdaya.Suaminya pamit ke rumah nenek dari pihak ayahnya. Tapi setelah pulang dari sana wajahnya selalu ditekuk seperti itu."Apa tidak berhasil membujuknya?" tanya Isadora."Hmmm. Aku jadi