Kenan menganti pakaian rumahnya dengan pakaian yang lebih rapi. Liora memungut handuk serta pakaian yang Kenan lempar sembarangan. "Aku mau pergi. Kamu tinggal di apartemen saja," ucap Kenan. "Kamu mau ke mana?" tanya Liora."Pergi menemui om Dimas. Aku ingin menjelaskan semuanya. Mommy pasti merasa bersalah atas pembatalan perjodohan ini," terang Kenan."Apa nyonya Rere juga tidak setuju dengan hubungan kita?" tanya Liora dengan wajah sendu.Liora pernah sekali bertemu dengan Rere. Itu di saat Kenan dan dirinya sudah beranjak remaja. Liora pernah berkunjung ke rumah Kenan. Dilihat dari figurnya, Rere sosok ibu yang penyayang. Liora kagum akan wanita cantik itu. Selain cantik wajahnya. Rere juga sangat baik padanya. Kenan tersenyum. "Panggil saja mommy, Lio. Mommyku akan menjadi mommymu juga nantinya. Ide perjodohan itu dari mommy. Wajar saja jika mommy merasa bersalah dan malu pada om Dimas.""Tapi pastinya mommymu merasa kecewa. Dan mungkin saja mommymu sudah menyukai Elie," tutu
"Kamu harus terima, Sayang. Hati Kenan sudah terpaut pada wanita lain," ucap Dimas. "Tapi, Pa. Elie mencintai Kenan," sanggahnya. "Jika pun kamu tetap menikah dengan Kenan. Apa kamu yakin ... akan bahagia? Kenan saja tidak mencintaimu," terang Dimas."Lama-lama jika kami terus bersama, pasti Kenan akan luluh denganku," kata Elie menyakinkan. Dimas mengembuskan napas panjang. Elie masih aja keras kepala untuk mendapatkan Kenan. Mungkin Elie menganggap hal itu sangat mudah. Jika sering bersama, maka cinta itu akan datang dengan sendirinya. Tetapi Elie tidak memikirkan proses perjalanannya. Dia akan tersakiti selama cinta itu belum datang padanya. "Bagaimana kalau cinta itu tidak kunjung datang?" tanya Dimas. "Cinta itu pasti datang," jawab Elie.Dimas mengeleng. "Jangan bersikap bodoh karena cinta, El. Kamu wanita yang pintar. Ada banyak pria yang jauh lebih baik dari Kenan.""Tapi Elie mau Kenan," tegasnya. "Terserah apa yang mau kamu katakan. Papa tidak mau ikut campur. Papa s
Kenan sampai di apartemen. Ketika pintu dibuka. Aroma harum dari panggangan kue menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Kenan masuk lalu menutup pintu. Wangi yang mengugah selera itu. Membawa langkah Kenan ke dapur. Terlihat wanita yang dia cintai tengah mengangkat kue dari oven. "Hem," tegur Kenan dengan deheman. Liora menoleh. "Ken ... sejak kapan kamu berdiri di situ?" "Kamu kelihatan sibuk sampai aku datang saja, kamu tidak sadar," ujar Ken seraya melangkah mendekat pada Liora. Kecupan ringan di pipi diberikan Kenan untuk kekasihnya. "Kamu mau coba kue buatanku?" tawar Liora. "Tentu. Aromanya saja sudah wangi begini," ucap Ken. "Aku potong dulu." Liora mengambil piring dan sendol kecil. Dia memotong kue coklat itu lalu memberikannya kepada Kenan. "Cobalah." "Terima kasih," ucap Kenan. Kenan memotong kue dalam piring kecil itu dengan sendok. Dia meniupnya sebentar lalu memasukkan potongan kue ke dalam mulutnya. Kenan mengunyahnya sebentar. Merasai rasa kue itu dala
Kenan melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan terlebih dulu. Keduanya keluar dari dalam mobil. Kenan secara posesif memegang pinggang Liora saat berjalan bersama. "Kita ke toko pakaian dulu," kata Kenan. "Mau ngapain ke toko pakaian?" tanya Liora. "Masa untuk itu kamu bertanya lagi sih? Pergi ke toko pakaian tentu saja untuk beli pakaian," jawab Kenan. "Maksudnya pakaian untuk apa, Sayang?" Liora bertanya dengan nada lembut. Kenan mencubit kecil pipi wanitanya. "Kita beli pakaian untuk besok." "Memang kita mau ke mana?" tanya Liora kembali. "Aku ingin memperkenalkanmu pada orang tuaku. Besok malam kita ke sana," jawab Kenan. "B-b-besok?" tanya Liora terbata-bata. Kenan tersenyum. "Jangan gugup begitu. Persiapkan dirimu. Aku ingin segera kita menikah." Kenan mengengam tangan Liora masuk ke sebuah toko yang menjual gaun. Kenan memilih beberapa gaun untuk kekasihnya itu. "Kamu coba gaun ini," ucap Kenan. "Sebanyak ini?" tanya Liora. Ada lima gaun yang Kenan berikan un
Setelah berbelanja dan makan malam. Kenan membawa kekasihnya ke suatu tempat. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. "Tadi siang aku memberitahumu sesuatu, kan?" tanya balik Kenan."Tentang kejutan itu?" Liora ingat saat Kenan mengatakannya. "Iya ... aku ada sesuatu untukmu dan pastinya kamu akan senang mendapatkannya," jawab Kenan."Percaya diri sekali, kalau aku akan menyukainya," tukas Liora."Setelah mendapatkannya kamu akan semakin cinta padaku," ucap Kenan dengan percaya diri."Kita lihat saja nanti. Apa yang kamu katakan itu benar atau tidak," sambung Liora. Mobil berhenti tepat di sebuah gedung. Kenan melepas sabuk pengamannya. Liora memandang gedung kosong dua tingkat itu. Gelap karena memang lampunya tidak dinyalakan. "Ayo turun," ujar Kenan.Kenan merogoh saku celananya. Mengambil kunci lalu membuka pintu kaca gedung kosong. Kenan mendorong pintu kaca agar terbuka."Ken ... kita mau ngapain sebenarnya? Kamu membuatku takut saja. Mana gelap gulita lagi," ucap Liora."Jang
Pelukan itu begitu kuat hingga ia sulit untuk melepaskannya. "Ken ... kamu sudah bangun rupanya. Lepaskan tanganmu." Liora merasa sesak sebab Ken dengan kuat memeluknya. "Nanti dulu. Aku kedinginan," ucap Kenan."Kamu tidurnya enggak pakai baju. Aku harus bangun." Liora mengeliat untuk lepas dari pelukan itu. Kenan semakin merapatkan pelukannya. "Ini hari libur. Biarkan kita berpelukan sepanjang hari."Liora mengeram kesal. Tangannya mencubit bulatan kecil berwarna pink yang berada di tubuh Kenan. Rahang Kenan mengetat. Bukan karena sakit akan cubitan itu. Melainkan gairahnya merasa tersulut oleh sentuhan Liora. "Kamu!" Kenan melihat Liora dengan pandangan mata yang sulit untuk dijelaskan.Liora mengusap bagian yang ia cubit tadi. "Maaf. Habisnya kamu tidak mau melepasku.""Liora ... kamu sengaja?" Kenan semakin terbakar hasrat. "Aku tidak sengaja." Tanpa disadari Liora. Ia terus mengusap bulatan kecil itu. Kenan menangkap tangan itu. Ia mengangkat tubuhnya bangun dari tempat ti
Di sepanjang perjalanan. Liora hanya terdiam saja. Kenan terus mengengam tangan kekasihnya. Bibir Kenan tiada henti untuk berucap. Ia terus mengatakan kepada sang kekasih untuk tenang. "Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah, Sayang," ucap Kenan."Iya ...."Ucapan Kenan sama sekali tidak membantunya. Tetap saja Liora dilanda kegugupan saat ini. Mobil masuk ke halaman rumah mewah. Semakin gugup saja Liora dibuatnya. Ia tidak ingin turun. Dan sekarang ia ingin bersembunyi di lubang saja. Kenan melepas sabuk pengaman di tubuhnya. "Ayo, Sayang."Liora berat hati untuk melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Namun bagaimanapun nantinya. Ia harus tetap melewati ini semua.Tidak peduli orang tua Kenan menerimanya atau tidak. Yang jelas Liora harus bertemu dahulu. Kenan dan Liora keluar dari dalam mobil. Kenan mengandeng tangan Liora untuk masuk ke dalam rumah. Pelayan datang menyambut kedatangan dirinya."Katakan jika aku sudah datang," perintah Kenan pada pelayan rumah."Baik, Tuan," sahut
Mobil yang dikendarai Kenan keluar dari halaman rumah mewah. Rere memandangi mobil yang melaju ke jalan dan merasa terguncang. Ia merasa semua ini adalah salahnya. Kesalahannya yang telah mencetuskan ide perjodohan untuk sang anak. Namun Rere sudah memperbaiki hal itu. Meminta maaf pada Dimas dan juga Elie. Dan keduanya juga sudah menerima keputusan Kenan. Tetapi sekarang suami tercintanya yang malah tidak setuju. Rere akui saat mendengar pekerjaan Liora, ia sempat tidak setuju jika Kenan menjadi pendamping dari wanita mantan penari, terlebih dari alasan mengapa Liora sampai menjadi seorang penari. Rere berpikir Liora hanya menginginkan pekerjaan yang instan. Tapi saat Kenan datang dan membela sang kekasih. Saat itu Rere menyadari jika putranya sangat mencintai Liora. Ia sempat berpikir mengapa Kenan tidak melihat sekitarnya.Masih banyak wanita yang lebih dari Liora. Ia ingin mengatakan jika Kenan sudah dibutakan oleh cinta. Namun kenyataannya memang cinta itu buta. Seburuk apa pu