Kenan masuk ke dalam apartemen. Ia terduduk di sofa ruang tamu. Kenan menyandarkan kepalanya dibantalan sofa. Liora datang dengan membawa air putih dingin. Hanya dengan sekali teguk saja. Kenan menghabiskan minuman yang dibawa oleh kekasihnya. Kenan melepas sepatu serta blazer yang ia kenakan. Ia beranjak dari duduknya. Menyusul Liora masuk ke dalam kamar. Pintu dibuka oleh Kenan. Terdengar gemericik air di dalam kamar mandi. Kenan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa kesal, kecewa. Emosi di dalam hatinya tidak dapat untuk dijelaskan. Pintu kamar mandi terbuka. Liora keluar dengan memakai kimono dan handuk melilit di rambutnya yang basah.Keheningan melanda mereka berdua. Liora membuka lemari pakaian. Menyiapkan pakaian ganti untuknya dan juga celana panjang untuk Kenan. Kenan melirik sang kekasih yang terdiam. Ia memang tidak ingin bicara saat ini. Rasanya malas dan Kenan hanya akan merenung saja. Liora mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia enggan mengunakan h
"Kamu belum mandi?" tanya Liora dengan menyilangkan tangan melindungi bagian aset indahnya."Sabunnya habis, Sayang.""Tunggu sebentar. Akan aku ambilkan di tempat penyimpanan," ucap Liora dengan membuka lemari lalu mengambil kimono untuk ia pakai.Liora menuju dapur, lalu masuk kembali ke kamar dan memberikan sabun kepada Kenan. "Ini sabunnya.""Mau mandi bareng tidak?""Mandi sana cepetan. Katanya mau pergi.""Mandi bersama saja biar cepat.""Enggak mau," tolak Liora. "Aku juga sudah melihat tubuhmu. Janji ... tidak akan sentuh-sentuh lagi." Kenan mengedipkan sebelah matanya."Ish ... cepat mandi sana." Liora mendorong tubuh Kenan masuk ke dalam kamar mandi. Kenan memajukan bibirnya ke depan. "Kecup dulu bibirnya."Liora mengecup bibir Kenan sekilas. "Sudah."Kenan terkekeh. "Terima kasih atas kecupannya." Kenan masuk ke dalam kamar mandi dan Liora menutup pintunya. "Kemari ... aku bantu keringkan rambutmu," ucap Liora. Saat Kenan sudah selesai mandi.Kenan duduk di meja rias. Li
Kenan membawa sang kekasih duduk di tepi ranjang. Ia mengangkat kaus Liora melewati kepala, kedua tangan hingga kaus itu terlepas dari tubuh kekasihnya. Ia merangkak naik ke atas tempat tidur. Merebahkan kepala di atas bantal. "Sayang ... kemarilah. Tidur di atas tubuhku."Liora merangkak mendekati Kenan. Ia gugup dengan wajahnya yang sudah memanas. Liora melingkarkan kakinya hingga ia terduduk di atas tubuh Kenan. Dengan perlahan ia merendahkan diri hingga tubuh keduanya menyatu. Kulit mereka bersentuhan. Kenan memeluk erat Liora. Mata keduanya saling menatap. Kenan mengecup bibir Liora. Kecupan itu hanya sebentar saja. "Pejamkan matamu," ucap Kenan. Liora memejamkan matanya. Meluruskan kakinya hingga ia benar-benar tertidur di atas tubuh sang kekasih.Kenan menarik selimut dengan kakinya. Menyelimuti tubuh mereka dengan selimut tebal. *****Liora membuka mata dan melihat Kenan sudah tidak berada di sampingnya. Ia bangun lalu turun dari ranjang. Sudah ada pakaian lengkap di atas
Liora ingin berteriak kencang. Mengatakan jika ia bukan wanita yang seperti itu. Jika ia wanita yang benar-benar mencintai Kenan dengan segala kekurangan dan bukan kelebihan.Liora terduduk di lantai. Air mata menetes dari ujung matanya. Ia tidak dapat menahannya. Liora menundukkan wajahnya di antara dua lutut yang tertekuk. "Kenan ... apa sesakit ini untuk menjadi pendamping dalam hidupmu?" Liora menghapus air mata di pipinya. Ia tidak ingin matanya sembab karena menagis. Liora bangkit dari duduknya. Ia berlari ke kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia melirik jam di dinding. "Sudah hampir jam makan siang. Kenan akan pulang."Liora menuju dapur. Ia membuatkan Kenan menu makan siang. Pintu apartemen terbuka. Kenan masuk ke dalam. Saat ia berkunjung ke perusahaan. Aldo tidak ada di tempat. Jadilah surat pengunduran itu ia serahkan kepada Doni. Kenan tidak tahu saja. Jika Aldo telah menemui tunangannya. Menyuruh Liora untuk menjauh pergi meninggalkan putranya. Dan har
"Apa sih maumu, Al?" kesal Rere. "Kenan bukan lagi anak kecil. Dia sudah dewasa. Mengapa kamu senang sekali untuk mencampuri urusannya?" geram Rere akan sikap sang suami. "Apa yang kamu tawarkan pada gadis itu?" "Apa aku salah melindungi putraku? Apa aku salah menjaga nama baik keluarga kita? Wanita itu tidak pantas untuk masuk ke dalam keluargaku," kekeh Aldo."Cobalah untuk mengerti, Aldo. Kamu pun juga sama dulunya. Tergila-gila akan cinta. Begitu juga dengan Kenan. Kamu malah ingin memisahkan mereka," ucap Rere tidak mengerti akan pikiran dari sang suami."Wanita itu sangat licik. Dia tidak mau menandatangani surat pengalihan harta," beber Aldo.Rere mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?""Aku memberinya harta kita di Australia."Rere tercengang mendengar penuturan Aldo. Pantas saja Kenan begitu marah pada suamimya. Rupanya Aldo sudah bertindak kekanak-kanakan. "Sifatmu memang tidak pernah berubah. Mengapa tidak sekalian kamu habisi saja Liora. Dengan begitu kamu tidak perlu kehilang
Liora benar-benar sibuk untuk hari ini. Dengan bantuan empat orang asisten saja ia kewalahan. Bagaimana tidak sibuk. Hari ini pembukaan cafe yang Kenan berikan untuknya. Beruntung saja para karyawannya dilatih dulu sebelum diturunkan di dapur. Ada dua orang wanita dan dua orang pria yang membantu di dapur. Sedangkan bagian pelayan, kasir serta bersih-bersih berbeda lagi orangnya. Bos besar Kenan hanya duduk santai di ruangannya. Memperhatikan siapa saja yang datang dari balik layar laptop. Cafe yang ia dirikan dipenuhi kamera CCTV. Selain itu Kenan juga menyelesaikan pekerjaannya dari sang asisten di Inggris. Kenan ingin memindahkan perusahaan yang ia bangun di sana ke tanah kelahirannya. Tetapi ia masih ragu untuk hal itu. Kenan menyukai tinggal di sana. Tetapi ia juga tidak mau berpisah dari keluarganya terutama pada Rere ibunya. Sebuah mobil sport berwarna merah memasuki area parkiran cafe. Pria tampan dan gadis cantik keluar dari dalam mobil. "Apa ini cafe yang dibilang kakak
Liora menelan salivanya. Keringat dingin muncul di tangannya. Ia pernah dua kali bertemu Aldo dan ia merasa gugup. Namun ini di tempat ramai. Liora tidak sanggup jika Aldo sampai membuat kekacauan. "Selamat datang, Om, Tante." Liora menampilkan senyum manisnya meski itu terkesan sangat kaku. "Di mana kami duduk? Tempatnya penuh," ucap Aldo. "Dad ... ayo duduk di sini," seru Axel.Kenan meminta pelayan untuk mengambilkan dua kursi tambahan untuk kedua orang tuanya. "Terima kasih, Mommy dan Daddy mau datang." Kenan mengalihkan pandangannya ketika melihat Aldo. "Daddy selalu mengajarkan untuk menatap lawan bicara ketika bicara," ujar Aldo.Kenan menatap Aldo. Namun pandangan keduanya kental akan permusuhan. "Mommy dan Daddy duduklah dulu.""Sayang ... ayo kita duduk," ajak Aldo pada sang istri. "Ken, Liora ... cafenya sangat bagus," puji Rere dengan melihat seisi ruangan. "Makanan dan minumannya juga enak, Mom," sahut Rachel."Mommy bisa mengajak teman-teman sosialita Mommy untuk
Liora merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Keduanya sudah berada di apartemen. Liora juga sudah membersihkan dirinya. Rambutnya masih basah dan terlilit dengan handuk. Namun ia lelah untuk mengeringkan rambutnya. Tubuhnya remuk redam karena aktivitas di cafe. Dari siang sampai malam pengunjung ramai yang datang. Kenan keluar dari kamar mandi. Ia tadi membiarkan Liora terlebih dahulu untuk membersihkan diri. Kenan mengambil celana piyamanya di dalam lemari dan memakainya."Sayang ... keringkan dulu rambutmu. Nanti kamu bisa pilek," cetus Kenan."Aku lelah, Ken," ucap Liora. Kenan menghampiri sang kekasih. Ia duduk di tepi ranjang sebelah Liora yang memejamkan mata. Kenan menaikkan dua kaki Liora di pangkuannya lalu mulai memijatnya."Kamu terlalu bersemangat, Sayang," ujar Ken."Kamu benar. Aku terlalu bersemangat, tapi aku senang melakukannya," ucap Liora. Kenan membantu Liora bangkit dari rebahannya. Liora membelakangi Kenan. Ia membuka ikatan handuk kimononya. Kenan memij