Celine membuka amplop itu dan melihat isi didalamnya. Matanya terbelalak melihat foto mesranya bersama dengan seorang pria di cafe. Foto itu adalah dia yang tengah menyatukan bibir dengan seorang pria yang tak lain adalah Dion. "Al ... ini tidak seperti yang kamu kira," lirih Celine. Plaakk ... plaakk ... !Dua tamparan keras mendarat di pipi mulus Celine. Sisi kanan dan kiri mendapat cap lima jari. Aldo mencekik leher kekasihnya itu. "Kamu bilang apa? Tidak seperti yang aku kira. Lalu seperti apa, huh?""L-lepaskan Aldo. Kamu menyakiti diriku." Celine memukul-mukul lengan Aldo agar melepas tangan dari lehernya. Aldo mendesis. "Kamu tahu bagaimana sifatku, Celine. Apa yang akan aku lakukan kepada seorang penghianat."Aldo melepas cengkraman tangannya. Celine terbatuk-batuk dan menarik napas sebanyak-banyaknya. "Siapa pria itu? Apalagi yang kalian lakukan, huh?" tanya Aldo marah. Rere yang melihat dan mendengar itu, ikutan panik. Dia takut Celine memberitahu nama pria itu. Jika
Rere menoleh ke sisi kiri dan kanan. Seperti biasanya. Rere memakai kacamata serta kerudung untuk menutupi kepalanya. Rere membuka pintu mobil dan masuk. Dia masuk ke dalam mobil Dion. Keduanya saling berpelukan. Dion mengecup kening dan pipi Rere, sesaat wanita yang dia cintai telah duduk di sampingnya. Rere mengeluarkan cek dari dalam tasnya. "Ini cek sebesar 25 milyar. Ambillah. Ini untukmu.""Apa ini hasil dari merampok suami?" Dion mengambil cek uang itu. Rere tersenyum. "Begitulah.""Kapan kita akan kabur dari kota ini?" tanya Dion. "Secepatnya," jawab Rere. "Aku masih belum mengeruk habis hartanya." Dion terkekeh. "Kamu memang pintar, Sayangku."Rere merebahkan kepalanya di lengan kekar Dion. Tangan Dion mengusap lembut kepala Rere dan mendaratkan kecupan di kening. Rere mengangkat kepalanya. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. "Sayang ... aku harus menjemput putraku. Aku pergi duluan.""Iya ... kamu jemput putra kita. Titip salam untuknya dariku," kata Dion yang s
Keduanya kini sudah berada di kamar hotel. Setelah piknik singkat di pantai. Rere mengajak sang suami untuk bermalam di hotel. Rere tengah menghias dirinya. Memakai gaun malam yang belum sempat dia pakai, pada malam sebelumnya. Sesuai permintaan Aldo waktu itu. Rere memakai gaun malamnya tanpa dalaman. Kali ini Rere memakai gaun malam berwarna maroon. "Al ... bersihkan dulu dirimu," kata Rere.Aldo melangkah mendekati Rere. Dia membelai rambut halus serta menghirup aroma wanginya. "Malam ini kamu sangat cantik.""Mandi dulu, Sayang," bisik Rere seraya mengigit cuping telinga Aldo. Aldo tersenyum. "Tunggu aku, Sayang."Aldo masuk ke kamar mandi. Rere menuangkan minuman pada gelas tinggi berbentuk ramping. Rere menoleh kearah kamar mandi. Dia meraih tasnya. Lalu mengambil sebutir pil dari dalam botol obat dan sebotol jus. Rere memberi satu butir pil itu kedalam minuman berwarna merah. Rere membuka tutup botol pada jus delima. Dia menuangkan sedikit jus itu kedalam gelas satunya la
Taksi berhenti tepat di depan mobil hitam. Rere keluar setelah membayar ongkos taksi. Kaca jendela mobil diturunkan."Masuklah," kata Dimas.Rere masuk ke dalam mobil. Sudah ada Kenan dan Maya di dalam. Rere memang sudah memberitahu Maya pengasuh Kenan. Putranya juga sudah diberi pil tidur.Kenan sudah tertidur pulas di pangkuan pengasuhnya. Dimas menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya menuju bandara.Rere tidak membawa pakaian. Begitu juga dengan Kenan dan pengasuhnya. Mereka hanya membawa diri mereka saja."Kamu yakin akan keputusanmu?" tanya Dimas."Aku yakin. Aku sudah merencanakan ini sejak lama. Saat aku pergi. Suruhanku akan membuat gempar perusahaan dan kehidupan Aldo," tutur Rere."Tapi kamu tengah mengandung," sela Dimas.Rere memang sudah menceritakan semuanya kepada Dimas. Dan meminta bantuan kepada Dimas untuk membantu dirinya melarikan diri.Mobil sampai di bandara kecil khusus. Dimas menyiapkan pesawat pribadi untuk kepergian Rere serta lainnya.Rere keluar dari mob
Aldo sampai di rumah Celine. Dia keluar dari dalam mobil. Wajahnya merah padam. Amarah dalam dirinya telah memuncak. Aldo menendang pintu rumah hingga terbuka. "Celine," teriaknya saat masuk ke dalam. Celine bersembunyi di dalam kamar. Dia tahu apa sebabnya Aldo datang dalam keadaan marah. Dia sudah melihat videonya bersama Dion maupun videonya bersama Aldo. Celine sangat malu untuk keluar dari rumah. Dia tidak tahu harus menyembunyikan wajahnya di mana. Langkah kaki Aldo terdengar saat menaiki anak tangga. Celine sudah mengunci kamarnya. Aldo mengedor pintu kamar dengan kasar. "Buka pintunya, Celine!"Aldo menendang-nendang pintu. "Jangan membuatku semakin marah!"Di dalam Celine sudah ketakutan bukan main. Aldo berdecak kesal. Dari bibirnya tiada henti mengumpat. Dengan tenaganya, Aldo mendobrak pintu kamar. Aldo masuk dan menatap sengit Celine."Maafkan aku, Aldo," ucap Celine. Aldo mendekati Celine yang tengah berdiri di samping tempat tidur. Celine sudah terlihat sangat t
Tubuh Dion diikat dan didudukkan di kursi. Dion di tempatkan di sebuah kamar kecil. Bulu kuduknya berdiri. Dion menatap sekeliling. Dia menelan salivanya. Mungkinkah ini akhir dari hidupnya. Di atas meja ada tali dan juga beberapa senjata tajam. Belati karatan. Sepertinya itu sudah tumpul. Bisa dipastikan. Ketika benda itu menusuknya. Pasti rasanya akan sangat menyakitkan. Dion meronta ingin melepaskan diri. Tapi ikatan tali itu begitu kuat. "Apa kalian sudah mengikatnya?" tanya Ryan."Sudah, Tuan," jawab mereka. "Siapkan tempat terakhir untuknya. Aldo pasti akan menghabisi pria itu," perintahkan Ryan. Dua pria itu mengangguk. "Baik, Tuan."Ryan duduk sembari menunggu kedatangan Aldo. Dia melacak keberadaan Rere saat ini. Perusahaan Aldo sudah terguncang.Saham mereka turun. Video itu sudah mulai dihapus dari dunia maya. Orangtua Aldo sedari tadi menelepon dirinya. Ryan beralasan akan menceritakan semuanya setelah masalah ini kelar. Suara mobil terdengar. Ryan bangun dari dudukn
Plaak ... plaak ... !Dua tamparan mendarat di sisi kiri dan kanan Aldo. Pukulan itu dari sang ayah yang murka akan perbuatan anaknya.Wijaya menarik kerah kemeja Aldo. "Di mana cucu dan menantuku? Kamu apakan sampai mereka lari, huh?""Aku minta maaf, Pa," lirih Aldo."Minta maaf? Tidak ada gunanya lagi kamu minta maaf. Sudah lama kamu tidak diberi pelajaran." Wijaya melirik pelayan. "Ambilkan sapu. Anak ini sudah sangat keterlaluan."Rina melotot pada suaminya. "Apa dengan menyiksa anakmu, akan mengubah segalanya? Apa Rere akan langsung kembali? Kamu hanya akan menyakiti Aldo saja. Jika sampai putraku terluka, aku akan meninggalkanmu."Wijaya mengepal geram. "Bela saja dia. Lihat putramu ini ... dia menjadi kurang ajar karena sifat manjanya. Dari kecil kamu selalu memanjakan dirinya."Sepasang suami istri itu saling menyalahkan. Aldo memang dilengkapi dua orangtua yang utuh. Tapi sejak kecil Aldo dibesarkan oleh pengasuh. Papa dan mamanya sibuk dengan urusan masing-masing. Rina se
Para perawat mendorong brangkar menuju ruang tindakan. Dokter segera datang dan pintu ditutup. Ryan mondar-mandir di depan ruang tunggu. Dia sudah memberitahu orangtua sahabatnya itu. Ryan khawatir melihat kondisi sahabatnya. Bisa dipastikan Aldo semalaman terguyur air yang dingin. Tangannya dan wajahnya pucat pasi. "Ryan," panggil Wijaya. "Nak ... apa yang terjadi?" tanya Rina. "Aldo menguyur dirinya di kamar mandi," jawab Ryan. Wijaya mengembuskan napas kasar. "Anak itu ... sudah begini dia baru sadar." Wijaya menatap wajah Ryan. "Katakan Ryan. Apa Aldo sering menyiksa Rere?"Ryan tersentak. Dia bingung untuk menjawab. Haruskah dia berkata yang sebenarnya. Sebagai sahabat, dia tidak bisa memberi nasihat kepada Aldo agar bersikap lebih baik. "Katakan Ryan," tuntut Wijaya.Ryan mengangguk. "I-iya ... Aldo sering menyiksanya. Aldo juga sering memukul Rere. Tapi itu sebelum mereka menikah. Aldo hanya cemburu. Rere tidak pernah menuruti perintahnya."Wijaya mengepal geram. Rina me
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa