Share

5. Orang Ketiga?

Penulis: Jauzaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 22:49:16

"Oh, ayolah, Papa! Aku bosan seharian di rumah hanya makan, nonton film, makan lagi, baca novel, makan malam, tidur, genap satu tahun bisa-bisa aku menjadi gajah."

Hampir dua puluh menit aku merayu Papa agar diperbolehkan bekerja lagi, sedari tadi laki-laki paruh baya itu terus saja menolak permintaanku. Katanya, aku sudah punya suami, jadi tidak perlu repot-repot bekerja. Tidak tahu saja dia kalau suami yang dia maksudkan itu bekerja hanya untuk mengisi perutnya sendiri dan mengisi dompet pacar kesayangannya.

"Baiklah, baik! Aku akan memberimu pekerjaan. Emm, bagaimana kalau kamu menghandle kafe? Agar Papa bisa fokus di kantor saja," usul Papa.

Aku tersenyum, lalu mengangguk antusias. Apa pun pekerjaannya pasti kuterima, yang penting cukup untuk menyambung hidupku. Aku tak mau bergantung pada Mario, apalagi pada Papa.

"Baiklah, aku akan mulai bekerja hari ini, aku ...."

"Dasar menantu nakal! Dua bulan kau tidak pernah menjenguk Papa, sekalinya menjenguk hanya mampir sebentar meminta pekerjaan, setelah dapat langsung pergi," hardik Papa kesal.

Entah laki-laki yang menjabat sebagai mertuaku itu benar-benar kesal atau hanya sekadar bercanda, yang jelas ucapannya berhasil membuatku tertawa.

***

Selepas salat Magrib aku pamit pada Papa untuk pergi jalan-jalan bersama Made, sekalian pamit pulang.

Ya, setelah mendapat hardikan dari Papa tadi, kuputuskan untuk mulai bekerja besok pagi saja. Tak apa, toh aku masih punya sedikit persediaan yang mungkin masih cukup untuk lima hari atau bahkan satu pekan.

Diantar tukang ojek online yang kupesan, aku menyisir suasana petang di kota sibuk ini, segar. Dua bulan tidak pernah keluar rumah, terkena angin malam membuatku mengantuk, rasanya seperti dibacakan dongeng sebelum tidur. 

"Anye!" teriak Made memanggilku, membuat semua orang yang sedang mengantre membeli tiket bioskop dan orang-orang yang berlalu lalang menoleh ke arahku.

Memalukan!

Made menubrukku begitu keras, hingga tubuhku terhuyung kebelakang, beruntung tidak sampai terjatuh.

"Aku sangat-sangat merindukanmu, riiiiinnnnduuu sekali, Anye."

Kulepas paksa pelukan Made, lalu melayangkan satu jitakan di kening berponi gadis itu. "Lebay!" Made melebarkan bola matanya, menampakkan dengan sempurna manik cokelat itu.

"Lebay katamu? Dua bulan kau tak pernah menemuiku dan kau mengatakan rinduku lebay? Dasar Adik tidak punya hati," cibir Made sambil mecebikkan bibir. Ah, marah pun gadis ini masih saja terlihat cantik.

"Ya, ya, ya. Dan kau Kakak tidak punya malu."

Made memelototiku, membuat aku mengangat dua jari di depan wajah, kemudian kami tertawa, lalu ikut mengantre membeli tiket menonton bioskop laga premier 'Cinta Sejati'.

***

"Tidak, Made! Aku akan pulang bersama taksi online, mengerti?"

"Hey! Ini sudah malam, Anye! Aku tak mau kau kenapa-napa," sahut Made. Gadis itu terus saja memaksa untuk mengantarku pulang, sebenarnya aku mau. Hanya saja, terlalu sungkan padanya, dia sudah membelikan tiket, popcorn, dan soda untuk menonton bioskop tadi.

"Oh, ayolah! Ini masih jam delapan, Made, belum tengah malam."

Made masih gencar memohon agar kuperbolehkan mengantar pulang. Tentu saja aku tetap menolak, lagi pula sudah telanjur memesan taksi online sepuluh menit yang lalu, sebentar lagi pasti taksinya datang. Benar saja, dua belas menit selepas mengirim alamat pada pak supir, taksi yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Mau tidak mau Made harus mengalah dengan taksi itu.

___________

Terdengar guntur yang bersahut-sahutan seperti tengah memainkan perkusi saat kupijakkan kaki di halaman rumah, aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru halaman. Mario pulang. Rupanya dia akan tidur di sini malam ini, terbukti dari mobil hitam pekat miliknya terparkir cantik di garasi.

Baru saja hendak membuka pintu, suara wanita tengah tertawa mengejutkanku. Satu nama yang langsung saja melintas. 'Micha'.

Dengan langkah dan mimik wajah yang kubuat sebiasa mungkin, aku melangkah menuju kamar, tidak ingin melihat kemesraan dua sejoli yang tengah dirundung asmara itu.

Ya, Tuhan! Sebenarnya orang ke tiga di sini itu siapa? Micha selingkuhan tapi seperti istri, sedangkan aku istri malah ternistakan. Rasanya seperti aku adalah pembantu atau hanya angin lalu atau bahkan udara--ada tapi tak tampak.

Aku melirik sekilas pada Mario dan Micha yang duduk bersebelahan, benar-benar pasangan yang cocok. Satu tidak punya malu, satunya lagi tidak punya rasa tanggung jawab. Pasangan yang serasi, bukan? 

Kututup pintu dengan keras, membuat mereka seketika terdiam. Entahlah! Mungkin terkejut, aku tak peduli, aku lelah dan ingin segera tidur. 

"Dasar perempuan gila! Masih baik aku memberimu tumpangan, kau malah berusaha merusak fasilitasnya," ujar Mario geram, dia memang tidak berteriak, tetapi suasana yang hening dan jarak yang tidak terlalu jauh membuat suara itu masih mampu menyapa telingaku.

"Sudahlah, Sayang. Aku lapar, ayo cari makan di luar saja, belikan aku pizza, tiba-tiba aku ingin makan pizza."

Menjijikkan!

Benar-benar perempuan tidak tahu malu, jelas-jelas ada aku yang merupakan istri sah Mario, tetapi wanita itu malah merengek hanya karna rasa lapar yang diderita. Meminta Mario yang membelikan pula, dasar miskin dan tidak mau berusaha. Tangan dan kaki masih ada malah meminta-minta, yang dimintai suami orang pula.

Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa gadis secantik Micha mau menjalin asmara dengan laki-laki beristri? Jika finansial yang dilihat, kenapa tidak sekalian menggaet Papa? Penghasilan Mario selama dua bulan bahkan tidak melebihi seperempat dari penghasilan Papa selama sebulan.

Jika karena paras, ya, kuakui Mario memang tampan, tetapi dia tidak setampan itu untuk dipertahankan saat dia sudah memiliki pasangan. Kurasa masih banyak laki-laki kaya juga tampan yang kapasitas paras dan hartanya melebihi Mario. Bukan hanya banyak, sangat banyak sekali.

Lalu, karena apa? 

Apa karena ingin membuatku diacuhkan Mario? Kenyataannya kita tidak mengenal satu sama lain. Bertemu saja baru-baru ini, itu pun selepas acara sakralku dan Mario telah usai.

Aarrggh!

Sudahlah, apapun alasan yang gadis itu jadikan pedoman, aku harus bisa membuat Mario putus dengan gadis itu. Akan tetapi, bagaimana caranya? Melihatku saja Mario tidak sudi, apa bisa aku merebutnya dari medusa cantik itu?

Aku membuang napas lelah, lebih baik aku salat kemudian tidur. Persetan Mario pulang atau tidak. Untuk hari ini saja, biarlah aku masa bodoh dengan kepulangannya. Biar dia merasakan perbedaan, saat aku menyambutnya dan saat aku mengacuhkannya. Kurasa itu bisa membuat hatinya tersentil. Siapa tahu dengan cara ini Mario sadar bahwa dia kesepian jika aku tidak ada, 'kan?

Bukankah mayoritas orang baru menyadari betapa pentingnya seseorang saat dirinya sudah ditinggalkan?

Aku akan mempraktikkannya pada Mario, kuharap Mario mencariku. Ah, tidak! Melihat Mario merasakan aura kesepian saja sudah cukup. Semoga. Semoga saja.

Aku akan berdoa untuk itu.

Bab terkait

  • I Come Back When You Leave   6. Pernikahan Keparat

    Kutarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya melalui mulut, mempersiapkan mental dan juga hati pun kewarasan sebelum masuk ke rumah. Micha ada di sini, aku yakin dia pasti berada di ruang tamu bersama Mario, duduk bersanding sambil bersenda gurau, itu kebiasaan mereka. Entah ini kali keberapa Mario mengajak gadis itu, saking seringnya aku sampai tak bisa menghitung.Gelak tawa yang tadinya memenuhi udara di ruang tamu seketika berhenti saat aku menarik knop pintu. Benar, kan! Mereka tengah duduk di kursi, bermesraan dan bercanda. Dugaanku sesuai dengan kenyataan.Aku melangkah menuju kamar dengan raut yang kuatur sebiasa mungkin, meski pada kenyataannya dada ini bergemuruh hebat. Setidaknya aku tampak menganggap mereka angin lalu, seperti anggapan mereka terhadapku.Aku merasa Mario melepas rangkulannya di pundak Micha saat aku hendak menutup pintu kamar."Suamimu pulang, Micha ada di sini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • I Come Back When You Leave   Prolog

    Aku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuKaubilang, "Cinta tidak tinggal, pergilah, jangan menetap!"Aku bersamamu kala kauterpejamNamun, saat kaulihat dunia, saat itulah aku tak lagi adaAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuIni bukanlah kemauanku, semesta memaksa kita tak bersamaSaat kauterpejam aku ada di sisimuNamun, saat kaulihat dunia, saat itulah aku tak lagi adaMata memang bisa salah melihat apa sajaAkan tetapi, cahaya cinta itu nyataTiadalah hati salah dalam merasaBiarpun bibir enggan mengaku dan berucap iyaHati tidaklah bisa berbohong, pun menghindar dari perasaan yang lumrah adaAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuMemori sudah bekuLidah pun semakin keluTiada yang dapat kita lakukan selain menerima kenyataanAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuKau memang tak pernah mengatakan cintamu padaku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • I Come Back When You Leave   1. Perjodohan

    Kugenggam mug berisi coklat panas di depanku dengan begitu erat, menyalurkan kekalutan yang menyeruak, yang membuat dadaku terasa begitu sesak."Kau bahkan tak mengenalnya, Anye," ucap perempuan di depanku dingin."A-Aku ... aku tak bisa menolaknya, Made," kataku frustasi, bahkan mataku sudah mulai berkaca-kaca.Made membuang napas kasar, berpindah duduk ke sampingku, memeluk sambil mengelus punggungku menyalurkan ketenangan."Lalu, bagaimana dengan Rama?" tanyanya pelan tepat di telingaku."Kita sudah tak punya hubungan apa-apa, Made. Harus berapa kali kukatakan itu agar kaupercaya?" ucapku melepas pelukannya disertai pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban.Madeline Patricia, Gadis cantik dua puluh dua tahun pemilik tubuh proporsional, kulit putih, dan rambut hitam lurus yang selalu dibiarkan tergerai itu adalah sahabatku. Dia adalah satu-satunya orang yang masih sudi untuk peduli padaku. Ah, mungkin bukan satu-satunya. Aku masih memiliki

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • I Come Back When You Leave   2. Awal Mula

    Janji suci penggetar tiang arasy telah diikrarkan sejak sebelas jam yang lalu. Tamu-tamu undangan masih ramai berdatangan, tetapi aku tidak merasakan keramaian itu, tidak ada yang istimewa. Hatiku sama sekali tidak merasakan aura resepsi seperti pengantin baru pada umumnya.Pandanganku memburam, detik selanjutnya bulir bening jatuh beriringan melunturkan riasan di bagian mata, mengotori pipi hingga baju, beruntung gaun pengantin sudah kulepas. Andai tidak, mungkin merah muda gaun itu akan terkotori.Aku memang tidak mencintai Mario, tetapi tidak dianggap seperti ini tentu saja membuat hatiku terasa seperti dicubit. Sakit sekali. Sampai napaspun tercekat, menahan sakit yang mencekik dan melilit.Aku menoleh cepat ke arah pintu saat mendengar derap langkah kaki seseorang.Tok! Tok! Tok!"Elli! Kau sedang apa?"Bukankah itu suara Pak Tio? Bagaimana ini? Tidak mungkin aku menghadapnya dengan keadaan kacau seperti ini, 'kan?Tanpa me

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • I Come Back When You Leave   3. Alasan

    3. Alasan"Kau sudah membangunkan Mario, Ell?"Pergerakan tanganku yang tengah menata sarapan di meja makan sontak terhenti sebagai respon dari keterkejutan. Aku menatap bingung Papa mertuaku yang tengah meneliti satu per satu piring lauk, sambil sesekali mencoleki bumbunya."Se-selamat pagi, Pa."Sumpah! Demi apa pun aku merutuki mulut yang malah mengucapkan kata menggelikan itu. Papa tergelak, lalu mengulang pertanyaannya. "Selamat pagi, Ell. Apa kau sudah membangunkan Mario?"Aku tersenyum kikuk, menatap tangga menuju kamar Mario dengan jantung yang tidak karuan.Aku harus jawab apa?Mana mungkin aku menjawab 'Kami bertengkar, Pa.'Tidak! Tidak!Aku tidak segila itu untuk jujur, aku harus menampakkan bahwa hubungan kami baik dan berjalan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Bisa-bisa Beruang Kutub itu akan marah besar dan menelan tubuh ini tanpa pisang ataupun air jika aku berani melayangkan jawaban benar da

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • I Come Back When You Leave   4. Usaha

    Sekali lagi aku menoleh ke arah Papa yang berdiri di ambang pintu, tersenyum sambil melambaikan tangan. Kemudian, aku masuk ke mobil bergambar kijang milik Mario."Kau tak pamitan?" tanyaku, meliriknya yang tak menoleh sedikit pun. Pasalnya, sejak tadi aku belum melihat dia bercakap-cakap dengan Papa."Itu hanya akan membuang waktu berhargaku."Aku hanya membuang napas mendengar ucapannya, percuma saja aku menasehati atau sekadar memberi saran pada laki-laki keras kepala ini.***Lampu merah menyala, memaksa setiap kendaraan untuk berhenti. Tiba-tiba saja aku merindukan Made, sedang apa kira-kira dia sekarang?Suara ponsel Mario menyadarkanku dari lamunan, sesibuk itukah dia? Sampai-sampai belum genap dua jam dia pulang dari kantor sudah dicari oleh bosnya?"Hay, Cha!" ucapnya menyapa seseorang di seberang sana.Tunggu! Tunggu! Sepertinya dugaanku meleset.Cha?Michalea?Jadi, Ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26

Bab terbaru

  • I Come Back When You Leave   6. Pernikahan Keparat

    Kutarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya melalui mulut, mempersiapkan mental dan juga hati pun kewarasan sebelum masuk ke rumah. Micha ada di sini, aku yakin dia pasti berada di ruang tamu bersama Mario, duduk bersanding sambil bersenda gurau, itu kebiasaan mereka. Entah ini kali keberapa Mario mengajak gadis itu, saking seringnya aku sampai tak bisa menghitung.Gelak tawa yang tadinya memenuhi udara di ruang tamu seketika berhenti saat aku menarik knop pintu. Benar, kan! Mereka tengah duduk di kursi, bermesraan dan bercanda. Dugaanku sesuai dengan kenyataan.Aku melangkah menuju kamar dengan raut yang kuatur sebiasa mungkin, meski pada kenyataannya dada ini bergemuruh hebat. Setidaknya aku tampak menganggap mereka angin lalu, seperti anggapan mereka terhadapku.Aku merasa Mario melepas rangkulannya di pundak Micha saat aku hendak menutup pintu kamar."Suamimu pulang, Micha ada di sini.

  • I Come Back When You Leave   5. Orang Ketiga?

    "Oh, ayolah, Papa! Aku bosan seharian di rumah hanya makan, nonton film, makan lagi, baca novel, makan malam, tidur, genap satu tahun bisa-bisa aku menjadi gajah."Hampir dua puluh menit aku merayu Papa agar diperbolehkan bekerja lagi, sedari tadi laki-laki paruh baya itu terus saja menolak permintaanku. Katanya, aku sudah punya suami, jadi tidak perlu repot-repot bekerja. Tidak tahu saja dia kalau suami yang dia maksudkan itu bekerja hanya untuk mengisi perutnya sendiri dan mengisi dompet pacar kesayangannya."Baiklah, baik! Aku akan memberimu pekerjaan. Emm, bagaimana kalau kamu menghandle kafe? Agar Papa bisa fokus di kantor saja," usul Papa.Aku tersenyum, lalu mengangguk antusias. Apa pun pekerjaannya pasti kuterima, yang penting cukup untuk menyambung hidupku. Aku tak mau bergantung pada Mario, apalagi pada Papa."Baiklah, aku akan mulai bekerja hari ini, aku ....""Dasar menantu nakal! Dua bulan kau tidak pernah menjenguk Papa, sekalinya men

  • I Come Back When You Leave   4. Usaha

    Sekali lagi aku menoleh ke arah Papa yang berdiri di ambang pintu, tersenyum sambil melambaikan tangan. Kemudian, aku masuk ke mobil bergambar kijang milik Mario."Kau tak pamitan?" tanyaku, meliriknya yang tak menoleh sedikit pun. Pasalnya, sejak tadi aku belum melihat dia bercakap-cakap dengan Papa."Itu hanya akan membuang waktu berhargaku."Aku hanya membuang napas mendengar ucapannya, percuma saja aku menasehati atau sekadar memberi saran pada laki-laki keras kepala ini.***Lampu merah menyala, memaksa setiap kendaraan untuk berhenti. Tiba-tiba saja aku merindukan Made, sedang apa kira-kira dia sekarang?Suara ponsel Mario menyadarkanku dari lamunan, sesibuk itukah dia? Sampai-sampai belum genap dua jam dia pulang dari kantor sudah dicari oleh bosnya?"Hay, Cha!" ucapnya menyapa seseorang di seberang sana.Tunggu! Tunggu! Sepertinya dugaanku meleset.Cha?Michalea?Jadi, Ma

  • I Come Back When You Leave   3. Alasan

    3. Alasan"Kau sudah membangunkan Mario, Ell?"Pergerakan tanganku yang tengah menata sarapan di meja makan sontak terhenti sebagai respon dari keterkejutan. Aku menatap bingung Papa mertuaku yang tengah meneliti satu per satu piring lauk, sambil sesekali mencoleki bumbunya."Se-selamat pagi, Pa."Sumpah! Demi apa pun aku merutuki mulut yang malah mengucapkan kata menggelikan itu. Papa tergelak, lalu mengulang pertanyaannya. "Selamat pagi, Ell. Apa kau sudah membangunkan Mario?"Aku tersenyum kikuk, menatap tangga menuju kamar Mario dengan jantung yang tidak karuan.Aku harus jawab apa?Mana mungkin aku menjawab 'Kami bertengkar, Pa.'Tidak! Tidak!Aku tidak segila itu untuk jujur, aku harus menampakkan bahwa hubungan kami baik dan berjalan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Bisa-bisa Beruang Kutub itu akan marah besar dan menelan tubuh ini tanpa pisang ataupun air jika aku berani melayangkan jawaban benar da

  • I Come Back When You Leave   2. Awal Mula

    Janji suci penggetar tiang arasy telah diikrarkan sejak sebelas jam yang lalu. Tamu-tamu undangan masih ramai berdatangan, tetapi aku tidak merasakan keramaian itu, tidak ada yang istimewa. Hatiku sama sekali tidak merasakan aura resepsi seperti pengantin baru pada umumnya.Pandanganku memburam, detik selanjutnya bulir bening jatuh beriringan melunturkan riasan di bagian mata, mengotori pipi hingga baju, beruntung gaun pengantin sudah kulepas. Andai tidak, mungkin merah muda gaun itu akan terkotori.Aku memang tidak mencintai Mario, tetapi tidak dianggap seperti ini tentu saja membuat hatiku terasa seperti dicubit. Sakit sekali. Sampai napaspun tercekat, menahan sakit yang mencekik dan melilit.Aku menoleh cepat ke arah pintu saat mendengar derap langkah kaki seseorang.Tok! Tok! Tok!"Elli! Kau sedang apa?"Bukankah itu suara Pak Tio? Bagaimana ini? Tidak mungkin aku menghadapnya dengan keadaan kacau seperti ini, 'kan?Tanpa me

  • I Come Back When You Leave   1. Perjodohan

    Kugenggam mug berisi coklat panas di depanku dengan begitu erat, menyalurkan kekalutan yang menyeruak, yang membuat dadaku terasa begitu sesak."Kau bahkan tak mengenalnya, Anye," ucap perempuan di depanku dingin."A-Aku ... aku tak bisa menolaknya, Made," kataku frustasi, bahkan mataku sudah mulai berkaca-kaca.Made membuang napas kasar, berpindah duduk ke sampingku, memeluk sambil mengelus punggungku menyalurkan ketenangan."Lalu, bagaimana dengan Rama?" tanyanya pelan tepat di telingaku."Kita sudah tak punya hubungan apa-apa, Made. Harus berapa kali kukatakan itu agar kaupercaya?" ucapku melepas pelukannya disertai pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban.Madeline Patricia, Gadis cantik dua puluh dua tahun pemilik tubuh proporsional, kulit putih, dan rambut hitam lurus yang selalu dibiarkan tergerai itu adalah sahabatku. Dia adalah satu-satunya orang yang masih sudi untuk peduli padaku. Ah, mungkin bukan satu-satunya. Aku masih memiliki

  • I Come Back When You Leave   Prolog

    Aku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuKaubilang, "Cinta tidak tinggal, pergilah, jangan menetap!"Aku bersamamu kala kauterpejamNamun, saat kaulihat dunia, saat itulah aku tak lagi adaAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuIni bukanlah kemauanku, semesta memaksa kita tak bersamaSaat kauterpejam aku ada di sisimuNamun, saat kaulihat dunia, saat itulah aku tak lagi adaMata memang bisa salah melihat apa sajaAkan tetapi, cahaya cinta itu nyataTiadalah hati salah dalam merasaBiarpun bibir enggan mengaku dan berucap iyaHati tidaklah bisa berbohong, pun menghindar dari perasaan yang lumrah adaAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuMemori sudah bekuLidah pun semakin keluTiada yang dapat kita lakukan selain menerima kenyataanAku mencintaimu, tapi aku meninggalkanmuKau memang tak pernah mengatakan cintamu padaku

DMCA.com Protection Status