“Nggak pulang?”
Ratna menatap Angga yang berdiri disampingnya “Belum selesai, mas. Mastikan ini dulu baru pulang, mas sendiri?” “Mau pulang imi, mau ditungguin?” Ratna menggelengkan kepalanya “Mas pulang aja, kasihan nanti ceweknya.” “Cewek mana? Kamu tahu kalau aku baru diselingkuhi, malah tanya masalah cewek. Teman kamu mana?” “Cari makan sama Mas Nando.” Angga mengajak berbicara tentang pekerjaan yang ada didepan mata mereka, tidak saling menatap karena matanya fokus pada mereka yang sedang bekerja. Hubungan mereka memang baru berjalan sebentar, tapi setidaknya mereka berdua rekan yang cocok dalam berdiskusi tentang masalah pekerjaan. “Kalian...sini makan malam dulu.” Angga dan Ratna membalikkan tubuhnya mendapati Nando sedang mengangkat kantong berisi makanan, saling menatap satu sama lain dan mengikuti apa yang dikatakan Nando. Melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Nando, mencari tempat yang bisa mereka menghabiskan waktu untuk makan bersama. Menu yang dibeli Nando dan Vita bukan menu mewah, setidaknya menu ini bisa membuat perut mereka kenyang sampai waktu pekerja itu selesai. “Kira-kira masih lama?” tanya Nando membuka pembicaraan. “Kurang dikit bakalan selesai,” jawab Ratna menatap pekerja yang masih mengerjakan pekerjaannya “Lusa bakalan butuh tenaga lebih.” “Pastikan klien puas sama kinerja kita, sebelum hari H di cek lagi. Setelah ini langsung pulang dan istirahat, terutama Ratna jangan beli kopi.” Angga menatap penuh peringatan pada Ratna yang memilih menganggukkan kepalanya pasrah. “Keluarga calon pengantin katanya orang penting, beneran?” tanya Vita mengalihkan pembahasan tentang acara. “Gosipnya begitu, lagian yang ketemu bukan aku melainkan anak marketing.” Angga menjawab sambil lalu “Anak marketing sih bilang begitu, mereka ketemunya sama calon pengantin kalau ada orang tua juga nggak semua ikut, kalian tahu bagaimana sibuknya mereka-mereka itu, lagian siapapun klien kita tetap memberikan yang terbaik.” Ratna memilih tidak menghiraukan kalimat atau informasi yang dikatakan Vita, sahabatnya. Paham atas apa yang dibahas, tapi bukankah dirinya bekerja di belakang acara dan pastinya tidak akan bertemu dengan para public figure, bukan semua public figure tapi hanya satu. Hubungan mereka harusnya baik-baik saja, tapi hati Ratna belum bisa mengatakan berakhir dengan baik-baik saja seperti mantannya yang lain. “Kalian pulang, udah selesai itu. Aku yang akan cek terakhir, nggak ada bantahan.” Angga menatap tajam Ratna “Aku yang bertanggung jawab, bukan kamu. Sekarang pulang kalian berdua, besok butuh tenaga besar.” Tidak memiliki pilihan lain, mengikuti instruksi Angga yang harus pulang dan istirahat. Ratna bisa melihat jika pekerjaan telah selesai dan sesuai dengan yang diinginkan, pulang bersama Vita dengan kendaraan yang sama tapi tujuan berbeda. “Kamu kudu siap-siap besok.” Vita membuka suaranya. “Siap-siap? Memang harus siap-siap, banyak yang dipersiapkan.” Vita berdecih pelan “Bukan itu.” “Terus apaan? Pekerjaan kita banyak besok buat mastikan semuanya lagi.” “Public figure, kamu nggak penasaran kabar Diego?” “Nggak.” Ratna menjawab cepat “Hubungan kita sudah berakhir, dia yang memilih itu.” “Kamu nggak mau dengerin penjelasan dia? Aku tahu udah lama hubungan kalian berakhir, tapi setidaknya bisa baik-baik saja seperti mantan kamu yang lain.” “Apalagi, Vit? Kamu tahu kalau dia cuman buat aku jadi bahan taruhan...” “Kamu selingkuh dari dia juga, kalau kamu ingat. Apa yang kalian lakukan sama-sama salah, nggak bisa kamu menyalahkan dia saja. Waktu sudah lama berlalu, jangan terlalu dalam menyimpan perasaan dendam.” Vita memotong dengan mengingatkan kesalahan Ratna lagi. “Aku hanya memanfaatkan perbuatan dia, lagian aku nggak benar-benar sama Erwin. Dia kalau terbuka mata hatinya pasti tahu aku nggak selingkuh, cuman perbuatan dia juga salah yaitu menjadikan hubungan kita sebagai bahan taruhan. Kalau kamu jadi aku apa nggak sakit hati? Kamu maafin dia? Apa aku salah buat dia memandang begitu?” Ratna menatap Vita yang akhirnya memilih diam “Acara besar seperti itu pastinya nggak mudah buat ketemu, kalaupun ketemu dia pasti pura-pura nggak kenal.” “Benar sih,” ucap Vita sambil menganggukkan kepalanya “Apa nggak bisa dianggap impas? Kalian berdua sama-sama salah.” “Aku sudah maafin dia, tapi aku nggak bisa melupakan apa yang sudah dia lakukan. Vit, jangan membahas tentang dia lagi. Please!” Ratna menangkupkan kedua tangannya di dada dengan tatapan memohon. Vita menghembuskan napas panjangnya “Baiklah.” Keheningan menemani mereka, suara musik lebih mendominasi dibandingkan suara mereka sendiri. Menghentikan mobil pada bangunan rumah yang sering didatanginya sejak sekolah, Vita menatap Ratna yang menghembuskan napas kasarnya. “Mau tidur disini?” tanya Vita membuka pembicaraan. Ratna menggelengkan kepalanya “Salam buat tante dan om, aku langsung balik aja.” Menjalankan mobilnya saat Vita sudah keluar, menembus jalanan malam yang tidak pernah tidur. Pembicaraan tentang laki-laki terkenal itu sudah sering mereka lakukan, bukan dendam tapi rasa sakit masih terasa walaupun dirinya sudah membalas dengan melakukan perselingkuhan. Jarak rumah Vita dengan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai, tapi jarak ke kantor tetap saja membutuhkan waktu lama. Memasuki rumahnya yang telah gelap, Ratna yakin jika kedua orang tuanya sudah berada didalam kamar. “Tumben bangun siang? Kesiangan?” tanya Ratri menatap Ratna yang langsung duduk di meja makan. “Papa udah berangkat? Aku masuk agak siang, ma. Udah ijin, makanya bangunnya jam segini.” “Papa udah daritadi, kamu pulang malam lagi nanti?” “Mungkin, kenapa? Ada pernikahan besok, ini mau mastikan semuanya lagi.” Ratna menikmati makanan buatan sang mama “Mama ada perlu sama aku?” “Nggak juga, mama cuman pesan jangan lupa ibadah.” Ratna menganggukkan kepalanya sambil mengangkat kedua ibu jarinya. Ratna memilih menggunakan kendaraan online, badannya sudah sangat lelah untuk menjalankan kendaraannya sendiri. Memasuki ruangan yang akan menjadi tempat acara, menatap hasil kerja semalam dengan senyum puas. Angga sudah tahu jika dirinya akan datang terlebih dahulu ke tempat acara sebelum kantor, setidaknya Angga bukan atasan yang mengharuskan berada di kantor. “Mbak Ratna.” Ratna mengangkat kepalanya mendapati Iqbal berada dihadapannya “Bagus ini, klien pasti suka. Mbak yang mewakili Mas Angga?” Ratna menggelengkan kepalanya “Mas Anggap bilang ada mbak yang akan wakili dia.” Ratna langsung mengirim pesan pada Angga dan mendapatkan jawaban yang sama seperti Iqbal “Mbak, kepercayaan Mas Angga makanya bisa dilepas gitu aja.” “Kliennya jam berapa datang?” Ratna memilih mengganti topik pembicaraan. “Sebentar lagi.” Iqbal menatap jam yang ada ditangannya “Nah...itu mereka, tapi bukannya itu...” Tatapan mata Ratna mengikuti petunjuk dari Iqbal, rasanya ingin mengeluarkan kata makian tapi jelas tidak mungkin. Bentuk tubuh yang sangat dikenalnya dengan sangat baik, walaupun mereka tidak pernah lagi bertemu atau dirinya penasaran dengan perubahan pada orang tersebut tapi tetap bisa mengenal dengan sangat baik. “Ratna ini bagian operasional, semalam memastikan sesuai dengan konsep yang diberikan.” Iqbal membuyarkan lamunan Ratna dan terpaksa menatap mereka yang ada dihadapannya “Kalau ada yang kurang, bisa langsung dikatakan sekarang.” “Sudah, mas. Saya sudah lihat dan sangat puas. Bagus kan, bro? Intan bakalan suka, kan?” “Suka, sesuai sama impian dia.”“Apa kabar?” “Baik.” Berada dalam satu tempat yang sama, Ratna sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Iqbal mengajak sang calon pengantin keliling melihat sekeliling meninggalkan dirinya dengan Diego. Pria yang datang tidak lain adalah Diego, datang bersama calon pengantin yang ternyata adalah sang sahabat. Ratna sama sekali tidak tahu tentang lingkungan Diego saat ini, pastinya teman-temannya sudah sangat banyak dan dari element berbeda.“Maaf.”Ratna mengangkat alisnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Diego “Nggak ada yang perlu di maafkan, semua sudah selesai dan impas.”“Aku tahu kalau kamu nggak benar-benar melakukan itu.” “Nggak penting lagi aku melakukan itu atau nggak, semua sudah berubah dan kita mempunyai jalan kehidupan masing-masing.” Diego menghembuskan napas panjangnya “Aku memang salah, sangat salah.” Ratna memilih tidak menanggapi kalimat Diego saat melihat keberadaan Iqbal dan sang calon yang melangkah kearah mereka. Iqbal tampak fokus berbicara dengan pria
“Andai kita tamu pastinya bisa minta foto sama mereka.” Ratna hanya tersenyum mendengar kalimat yang keluar dari bibir teman-temannya, tidak hanya satu orang tapi hampir semuanya. Tamu undangan dari pengantin memang bukan orang sembarangan, beberapa biasa mereka lihat di televisi atau media sosial. Semua orang yang datang hanya satu yang harus dipersiapkan Ratna yaitu pertemuannya dengan Diego, pertemuan terakhir yang berakhir di XCofffe dengan tempat berbeda, tidak tahu tempat duduk pilihan Diego karena tidak penting sama sekali.“Aku denger Diego masih ada hubungan sama pengantin pria?” bisik Vita yang berada disamping Ratna tepat di telinga.“Ya,” jawab Ratna singkat sambil menganggukkan kepalanya dengan mata yang awas menatap sekitar.“Kamu pulang sama dia? Awas ada gosip loh nanti, kamu tahu kalau Diego sedang di gosipin sama artis siapa namanya?” Vita mencoba mengingat nama wanita yang menjadi teman gosip Diego.“Aku nggak peduli sama gosip tentang dia, sekarang kita kerja buka
Diego memiliki kekasih bukan dari kalangan entertainment, siapa wanita yang beruntung? Apa wanita yang bersama dengan dia beberapa waktu lalu? Hubungan antara Diego dan Vallerie hanya untuk keperluan produksi, Vallerie membawa pasangannya pada acara award. Public figure pria yang sangat terkenal tampak berjalan ke tangga darurat bersama dengan seorang wanita, tampaknya mereka adalah pasangan kekasih karena terlihat mesra disana. Siapa mereka? “Kamu kemarin pas acara kemana? Kamu sama Diego?” Vita menatap penuh selidik yang dijawab Ratna dengan menganggukkan kepalanya “Kalian nggak melakukan sesuatu?” “Memang kenapa?” tanya Ratna malas. Vita membaringkan tubuhnya di ranjang, memberikan ponselnya pada Ratna “Kamu baca sendiri, semoga aja bukan kalian berdua.” Ratna menerima ponsel yang Vita berikan, membacanya perlahan dan seketika membelalakkan matanya. Pertem
“Kamu nggak mau membuka siapa dia?” Diego menggelengkan kepalanya penuh keyakinan, tidak ingin membuka identitas wanita yang belum pasti didapatkannya. Setidaknya saat ini bisa bernapas lega, Vallerie membuka tentang kekasihnya dan itu artinya media nggak akan menjodohkan mereka lagi. “Media memang nggak jodohin kalian lagi, tapi fans kalian nggak terima.” Kiki mengingatkan Diego yang memilih menganggukkan kepalanya “Kamu dengerin nggak sih? Aku penasaran Vallerie itu memang pacaran atau agar nggak kelihatan berharap sama kamu?” “Bukan urusanku.” Diego mengatakan dengan santai. “Memang siapa sih ceweknya? Dia dari kalangan kita?” Kiki menatap penuh selidik. “Kepo banget sih.” Diego mencubit pipi Kiki pelan “Kegiatan setelah ini apa?” “Udah sih, memang mau kemana? Kamu belum makan kalau nggak salah.” “Ya udah kalau gitu aku pergi dulu.”
“Percaya sih, aku pernah dengar waktu itu.” Ratna menatap tidak percaya mendengar pengakuan Vita, waktu itu dirinya langsung menerima ajakan Naufal untuk berpacaran jadinya tidak tahu tentang perkembangan dari taruhan. Ditambah lagi Ratna seketika tidak mau berinteraksi dengan Diego, seketika semua orang tahu jika mereka sudah tidak bersama kembali, tapi orang-orang tidak tahu cerita yang sebenarnya karena hanya teman-teman dekat mereka berdua. “Aku juga nggak kasih waktu Diego buat bicara.” “Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama.” Vita menganggukkan kepalanya memahami sikap Ratna “Apalagi setelah itu kita sudah mulai ujian akhir, pastinya sudah nggak akan bahas hal nggak penting.” “Betul,” ucap Ratna senang ada yang membela dirinya “Apalagi setelah itu kita fokus sama masuk perguruan tinggi juga.” Vita menganggukkan kepalanya “Sebenarnya itu semua bukan alasan buat bicara, tap
“Benar nggak papa ini kita keluar berdua? Kalau nanti ada gosip gimana?” “Nggak papa, kamu nggak usah takut atau khawatir.” Diego tersenyum lebar, ajakan Ratna untuk bertemu tentu saja akan langsung disetujui. Tubuhnya yang lelah seketika kembali semangat jika berhubungan dengan Ratna, wanita yang duduk disampingnya akan selalu ada tempat di hatinya. “Memang kamu nggak ada shooting?” “Kamu mau ikut aku kalau ada shooting? Aku mau kenalin duniaku sama kamu, termasuk orang-orang disana biar nggak ada salah paham lagi kita.” “Salah paham apaan?” Ratna menatap bingung “Taruhan?” Diego menganggukkan kepalanya “Kita mau makan dimana? Jangan terserah, tapi aku sudah tahu akan kemana kita.” “Kalau gitu buat apa tanya,” ucap Ratna sambil mengerucutkan bibirnya. Perjalanan mereka ternyata tidak terlalu jauh, mereka berhenti di sala
“Senang banget, habis dapat apaan ini dari Mas Angga? Bonus? Perasaan belum cair bonusnya.” “Belumlah, mana yang mau ketemuan? Udah siap semua?” Ratna mengalihkan perhatian Iqbal. Statusnya dengan Diego kembali seperti dulu, walaupun sekarang keadaannya sangat berbeda dibandingkan dulu. Diego seorang public figure yang pastinya akan dijodohkan dengan siapapun. “Pesta lajang, nggak nyangka kita bakal urus pesta lajang juga.” Iqbal menggelengkan kepalanya “Aku kira dia bakal minta pesta pernikahan ternyata...” “Kita harus siap dengan apapun permintaan klien, walaupun aneh sekalipun.” Menatap jam yang tampaknya klien terlambat beberapa menit, hembusan napas dikeluarkan Ratna yang sudah hafal jika mereka akan selalu menunggu klien, menjaga image memang sering mereka lakukan. “Maaf, terlambat. Saya malah minta ketemuan diluar, kebetulan tempatnya nggak jauh dari loka
“Bagaimana harimu?” Diego menghembuskan napas panjangnya “Nggak jauh berbeda, tapi setidaknya satu hal yang membuat aku lega adalah hubungan kita kembali seperti sebelumnya. Kamu sendiri?” “Sama, ketemu klien dan kerjain permintaannya.” Ratna menganggukkan kepalanya. “Kamu sangat menikmati pekerjaan kamu itu, hasil yang kamu buat juga sangat memuaskan. Apa nanti kamu yang akan design sendiri kalau kita menikah?” Ratna terdiam dengan sedikit terkesiap ketika Diego membahas pernikahan, hubungan mereka akan sampai ke tahap serius seperti yang dikatakan Diego atau tidak. Menatap Diego dimana tidak ada keraguan saat membahas tentang pernikahan, tatapan penuh cinta sama seperti dulu ketika mereka bersama. “Aku belum memikirkan sampai sana, apa kamu akan berpikir menikah dalam waktu cepat?” Ratna mengatakan dengan hati-hati. “Nggak juga, penting aku bisa menikmati seti
“Kenapa? Ada masalah?” Diego hanya bisa menghela napas panjang mendengar pertanyaan Fahri, pengakuan Ratna semalam masih membuatnya terkejut dan sama sekali tidak ada dalam bayangannya, beberapa kali meyakini jika semua ini hanya karangan yang dibuar agar dirinya menjauh atau bentuk pembalasan atas tindakannya dulu, tapi melihat ekspresi Ratna tampak jika semua itu bukan kebohongan. “Malah melamun.” Fahri melempar kertas yang mendapatkan tatapan tajam dari Diego “Kenapa? Ada masalah? Kaya masalahmu itu berat banget. Mikirin gosip itu?” “Nggak sama sekali.” Diego langsung membantah. “Lalu? Kamu nggak mungkin mikirin itu secara udah makanan setiap hari, jadi apa yang ada dalam isi kepalmu sampai harus melamun dan seakan masalah yang kamu alami itu berat.” Fahri kembali mengeluarkan pertanyaan. “Aku mau tanya kalau kamu berhubungan sama wanita dan ternyata dia itu pelakor gimana?”
“Kamu jemput?” Ratna menatap sekitar sedikit takut. “Buruan naik, aku pakai mobil orang bukan yang biasa dipakai.” Tidak memiliki pilihan dengan masuk kedalam mobil Diego, beberapa hari sejak berita kedekatan pria disampingnya dengan wanita lain membuatnya menjaga jarak dengan tidak membalas atau mematikan ponselnya. Tujuan yang sama sekali tidak diketahui tapi setidaknya sudah bisa ditebak kemana tempat yang akan dituju sang actor besar ini, rasa penasaran tentang taruhan seketika hilang menjadi rasa tidak percaya diri. “Kenapa nggak balas atau terima panggilan dari aku?” Diego membuka suaranya terlebih dahulu. “Apa kita akan membahas dalam mobil dalam kondisi jalan yang tidak menentu? Apa nggak bisa ditunda sampai tempat yang kamu tuju?” Ratna memilih tidak menjawab terlebih dahulu dengan mengulur waktu dan mencari alasan yang masuk akal. “Kamu ada tempat yang bisa kita berbicara?”
“Kamu pasti kesal sama berita dan komentar fans?” “Resiko, mau bagaimana lagi.” Diego menjawab santai seakan tidak peduli “Aku dengar kalau kamu sudah punya kekasih? Benar?” “Memang, kenapa?” Diego menatap malas mendengar pertanyaan Anggun. “Bukan masalah besar, kasihan para fans kalian berdua yang menginginkan hubungan lebih diantara kalian.” “Aku nggak peduli.” Diego menatap sekitar mencari keberadaan Kiki “Udah selesai ini? Kalau udah aku mau balik.” “Bagaimana reaksi kekasih kamu dengar perjodohan fans kalian itu? Aku harap dia nggak kemakan, bagaimanapun dalam dunia kita hal ini itu biasa tapi tidak dengan orang diluar sana. Apalagi orang tua Vallerie percaya sama kamu, tidak hanya itu kalian pernah melakukan hal gila bersama.” “Aku pergi, nggak ada lagi yang dikerjakan.” Diego memilih tidak mendengarkan kalimat Anggun. Anggun menganggukk
“Kalian nggak mau go public?” Ratna langsung menggelengkan kepalanya “Malas berhadapan sama fans cewek itu dan sekarang pastinya berhadapan dengan fans ship mereka, hidup seakan diatur sama mereka.” Vita menganggukkan kepalanya “Nggak mau baca? Diego udah hubungi?” “Udah, dia nginep disana sama staf produksi juga. Aku belum buka ponsel, gimana mau buka pekerjaan ini belum selesai. Kenapa kamu disini? Bukannya pameran sama Haikal?” Ratna memilih membahas hal lainnya. “Bentar lagi berangkat, masih ada yang mau aku urus disini. Kamu benar nggak papa?” Vita menatap khawatir. “Bohong kalau aku nggak kenapa-kenapa, hubungan ini hubungan dewasa. Mikirin jodoh-jodohan dari fans nggak akan berhenti, aku percaya sama dia. Kalaupun nanti memang jodohan itu terbukti, artinya memang kita nggak berjodoh.” Ratna mengatakan dengan sangat santai “Aku pergi dulu, udah ditunggu Mas Angga.”
Vallerie putus dengan kekasihnya, semoga bisa bersama Diego Fans Vallerie-Diego berharap mereka bisa bersatu dalam kehidupan nyata Diego pantas sama Vallerie, orang tua Valerie sudah bertemu dengan Diego Mengawal mereka sampai sah “Kenapa ada berita ini, Ki?” Diego mengusap kasar wajahnya. “Nggak tahu, memang nggak benar? Aku kira selama ini kamu langsung pulang karena Vallerie.” Diego membelalakkan matanya mendengar kalimat Kiki “Kamu tahu kalau aku udah punya cewek, lagian bukannya Vallerie udah punya tunangan? Kapan mereka putus?” “Hilda bilang mereka cuman pura-pura, simbiosis mutualisme gitu.” “Dibayar? Cewek simpanan?” Diego menatap penasaran. “Bukan juga, tapi buat manasin kekasihnya tu cowok. Hilda bilang mereka udah persiapan pernikahan, lagian katanya Vallerie capek dikaitin sama kamu terus ya
“Bagaimana harimu?” Diego menghembuskan napas panjangnya “Nggak jauh berbeda, tapi setidaknya satu hal yang membuat aku lega adalah hubungan kita kembali seperti sebelumnya. Kamu sendiri?” “Sama, ketemu klien dan kerjain permintaannya.” Ratna menganggukkan kepalanya. “Kamu sangat menikmati pekerjaan kamu itu, hasil yang kamu buat juga sangat memuaskan. Apa nanti kamu yang akan design sendiri kalau kita menikah?” Ratna terdiam dengan sedikit terkesiap ketika Diego membahas pernikahan, hubungan mereka akan sampai ke tahap serius seperti yang dikatakan Diego atau tidak. Menatap Diego dimana tidak ada keraguan saat membahas tentang pernikahan, tatapan penuh cinta sama seperti dulu ketika mereka bersama. “Aku belum memikirkan sampai sana, apa kamu akan berpikir menikah dalam waktu cepat?” Ratna mengatakan dengan hati-hati. “Nggak juga, penting aku bisa menikmati seti
“Senang banget, habis dapat apaan ini dari Mas Angga? Bonus? Perasaan belum cair bonusnya.” “Belumlah, mana yang mau ketemuan? Udah siap semua?” Ratna mengalihkan perhatian Iqbal. Statusnya dengan Diego kembali seperti dulu, walaupun sekarang keadaannya sangat berbeda dibandingkan dulu. Diego seorang public figure yang pastinya akan dijodohkan dengan siapapun. “Pesta lajang, nggak nyangka kita bakal urus pesta lajang juga.” Iqbal menggelengkan kepalanya “Aku kira dia bakal minta pesta pernikahan ternyata...” “Kita harus siap dengan apapun permintaan klien, walaupun aneh sekalipun.” Menatap jam yang tampaknya klien terlambat beberapa menit, hembusan napas dikeluarkan Ratna yang sudah hafal jika mereka akan selalu menunggu klien, menjaga image memang sering mereka lakukan. “Maaf, terlambat. Saya malah minta ketemuan diluar, kebetulan tempatnya nggak jauh dari loka
“Benar nggak papa ini kita keluar berdua? Kalau nanti ada gosip gimana?” “Nggak papa, kamu nggak usah takut atau khawatir.” Diego tersenyum lebar, ajakan Ratna untuk bertemu tentu saja akan langsung disetujui. Tubuhnya yang lelah seketika kembali semangat jika berhubungan dengan Ratna, wanita yang duduk disampingnya akan selalu ada tempat di hatinya. “Memang kamu nggak ada shooting?” “Kamu mau ikut aku kalau ada shooting? Aku mau kenalin duniaku sama kamu, termasuk orang-orang disana biar nggak ada salah paham lagi kita.” “Salah paham apaan?” Ratna menatap bingung “Taruhan?” Diego menganggukkan kepalanya “Kita mau makan dimana? Jangan terserah, tapi aku sudah tahu akan kemana kita.” “Kalau gitu buat apa tanya,” ucap Ratna sambil mengerucutkan bibirnya. Perjalanan mereka ternyata tidak terlalu jauh, mereka berhenti di sala
“Percaya sih, aku pernah dengar waktu itu.” Ratna menatap tidak percaya mendengar pengakuan Vita, waktu itu dirinya langsung menerima ajakan Naufal untuk berpacaran jadinya tidak tahu tentang perkembangan dari taruhan. Ditambah lagi Ratna seketika tidak mau berinteraksi dengan Diego, seketika semua orang tahu jika mereka sudah tidak bersama kembali, tapi orang-orang tidak tahu cerita yang sebenarnya karena hanya teman-teman dekat mereka berdua. “Aku juga nggak kasih waktu Diego buat bicara.” “Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama.” Vita menganggukkan kepalanya memahami sikap Ratna “Apalagi setelah itu kita sudah mulai ujian akhir, pastinya sudah nggak akan bahas hal nggak penting.” “Betul,” ucap Ratna senang ada yang membela dirinya “Apalagi setelah itu kita fokus sama masuk perguruan tinggi juga.” Vita menganggukkan kepalanya “Sebenarnya itu semua bukan alasan buat bicara, tap