Beranda / Romansa / Hug Me until I'm Okay / Bagian 2 - Melepas Rindu

Share

Bagian 2 - Melepas Rindu

Penulis: Alta Belle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 18:03:42

Tok tok tok!

            Suara ketukan pintu terus terdengar selama beberapa kali di jam 7 pagi ini. Kana yang sedang repot di dapur membantu mbak Lastri, pembantunya, tidak sempat membukakan pintu. Begitu juga dengan mbak Lastri yang sedang menumis sayuran agar tidak gosong.

            “Siapa ya yang bertamu sepagi ini, mbak?” Tanya Kana sembari mencuci buah-buahan segar untuk dijadikan salad buah sebagai makanan pencuci mulut.

            “Nggak tau juga saya, mbak. Sebentar ya, mbak, nanti saya bukain.” Mbak Lastri terus menumis brokoli agar matang dengan sempurna.

            “Nggak usah, mbak. Biar Kana aja yang buka.”

            Kana segera menyelesaikan buah apel yang terakhir untuk dicuci bersih sebelum dipotong. Setelah selesai, Kana langsung bergegas menuju ruang tamu. Ketukan pintu masih saja terdengar seperti tidak sabar untuk segera dibuka oleh pemilik rumah. Belum sampai seperempat pintu terbuka, Kana terkejut melihat dua perempuan di hadapannya. Tak lama, dua orang tersebut segera memeluk Kana dengan begitu erat, seperti sedang melepas rindu yang sudah sejak lama membelenggu.

            “Kita kangen banget sama elo, Na!” Kata Hani, sahabat Kana yang sudah hampir dua tahun ini tidak pernah bertemu dengan Kana.

            “Sisil juga kangen sama Kana!” Sisil yang juga merupakan sahabat Kana tak mau kalah mengungkapkan rasa rindunya pada Kana.

            “Ya ampun, gue juga kangen banget sama kalian!” Kana perlahan melepas pelukan dan menatap mata kedua sahabatnya itu, “ya udah, masuk dulu deh!” Lanjut Kana sambil menutup pintu kembali dan meletakkan makanan pemberian Hani dan Sisil di atas meja.

            “Mau minum apa?” Ucap Kana menawarkan minum.

            “Amer ada, nggak?” Celetuk Sisil secara spontan.

            “Ah, apa sih, Sil. Jangan ngada-ngada, deh.” Hani segera menimpali celetukan Sisil.

            “Iya, iya. Bercanda doang, kok.” Sisil meminta maaf.

            “Kita apa aja mau kok, Na.”  Ucap Hani kepada Kana.

            “Oke, tunggu bentar, ya. Aku minta tolong mbak Lastri buatin minum dulu.” Kana segera berjalan menuju dapur.

            Tak lama kemudian, Kana kembali ke ruang tamu. Hani mulai memperhatikan penampilan Kana dari kepala hingga kaki untuk memastikan bahwa Kana dalam keadaan baik-baik saja karena selama hampir dua tahun ini Hani dihantui oleh perasaan cemas dan khawatir terhadap kondisi sahabat baiknya yang sudah ia kenal sejak SMP itu.

            “Kenapa, Han, kok liatin gue gitu banget? Nggak ada yang berubah kok dari gue.” Kana mencoba menebak isi kepala Hani dengan memberi penjelasan lebih dulu sebelum Hani menanyakan kabar kepada Kana.

            “Gue khawatir banget sama elo, Na. Lo kemana aja sih dua tahun ini nggak ada kabar? Lo marah juga sama kita, Na?” Hani bertanya dengan penuh rasa penasaran serta rasa cemas yang tak bisa disembunyikannya.

            Memang sudah hampir dua tahun ini Kana, Hani, dan Sisil tidak saling bertemu. Dua bulan sejak percobaan bunuh diri yang dilakukan Kana, Kana memutuskan tidak ingin bertemu dan berbincang dengan siapa pun kecuali orang rumah dan dr. Rian. Kana takut bahwa pertemuannya dengan orang lain akan membuat perasaannya semakin hancur karena ketidaksiapannya untuk kembali memulai hari baru. Bagi Kana, setiap orang memiliki sifat iblisnya sendiri-sendiri. Ia menjadi semakin takut dengan orang baik yang ada di sekelilingnya, akibat kejadian menyakitkan berupa pengkhianatan oleh sahabat dan mantan kekasih Kana. Namun, berkat terapi dan pengobatan rutinnya dengan dr. Rian, Kana merasa menjadi lebih baik dan mulai mencoba membuka diri dengan orang lain lagi.

            “Maafin gue ya, Han, Sil. Gue emang payah banget. Nggak tau, deh. Rasanya kayak udah nggak mau ketemu siapa-siapa lagi waktu itu. Selalu ngerasa nggak ada yang tulus sama gue.” Wajah Kana berubah menjadi sedih dan penuh rasa bersalah.

            “Kana, lo masih punya kita berdua. Kita bakal selalu ada buat elo, Na. Masalah Clarin sama Jovi, nggak usah dipikirin lagi, ya. Mereka cuma masa lalu.” Hani meraih tangan Kana untuk lebih menenangkan.

            Kana mengangguk dan tersenyum, “makasih, ya. Kalian emang sahabat yang paling baik.”

            “Iya, Kana. Nanti kalau Kana butuh hiburan, Sisil siap 24 jam, hehehe.” Kata perempuan mungil itu sambil tertawa kecil.

            Kana tersenyum penuh haru karena dua sahabatnya yang selalu menunjukkan kesetiaannya kepada Kana. Meski Kana pernah merasa kehilangan kepercayaan dengan semua orang, tetapi kehadiran dua sosok teman baiknya ini menyadarkannya kembali bahwa masih banyak manusia baik di sekeliling Kana. Kana sangat bersyukur atas hal itu.

            “Oh, iya. Rencananya semester depan gue mau lanjut kuliah lagi, nih.” Kata Kana memberi kabar kepada kedua sahabatnya.

            “Eh, serius? Gue ikut seneng, Na. Ya walaupun kita udah bakal jarang bareng-bareng lagi di kampus karena udah beda semester, gua sama Sisil juga udah semester tua lagi. Tapi gue janji bakal sering luangin waktu buat ketemu lo, kok.” Kata Hani dengan perasaan yang teramat senang mendengar kabar dari Kana.

            “Makanya, Hani jangan rajin-rajin banget ngerjain skripsinya, biar kita bisa sering main.” Timpal Sisil dengan nada meledek.

            “Apaan sih lo, Sil. Mending kerjain tuh skripsi lo, mikir judul aja nggak kelar-kelar.” Hani membalas ledekan Sisil.

            “Ihhh, jahat banget sih Hani.” Sisil mulai memasang muka kesal.

            “Udah, deh, kalian ini. Pokoknya kalian urus kerjaan kalian masing-masing dulu aja. Gue bakal baik-baik aja kok walaupun bakal lebih sering sendirian di kampus nanti. Kan kita masih bisa kumpul bareng di luar kampus.”

            “Ah, oke, cantik!” Jawab Sisil sambil mengacungkan jempol.

            Mereka bertiga kembali berbincang. Saling bertanya kabar satu sama lain, mengenang masa-masa kebersamaan selama kuliah dulu, hingga membuat rencana baru untuk kegiatan hangout bersama. Namun, di antara banyaknya topik pembicaraan, tak ada satu pun di antara Hani dan Sisil yang berani membahas hubungan Kana dengan Jovi, mantan kekasih Kana. Lebih tepatnya, Hani sudah membungkam mulut Sisil untuk tidak membahas masa lalu Kana. Meski pada awalnya Hani ragu karena Sisil merupakan orang yang sering tidak berpikir sebelum berbicara, tetapi ternyata Sisil mengikuti apa yang sudah diperintahkan Hani. Bahkan, keduanya juga tidak membahas Clarin yang merupakan salah satu sahabat mereka.

            Ya, dulu mereka berempat merupakan sahabat dekat yang selalu menempel satu sama lain dan saling menguatkan, serta peduli dengan keadaan Kana yang masih belum lepas dari trauma masa kecilnya. Saat ini Hani dan Sisil harus melupakan masa-masa indah dengan Clarin untuk menghargai perasaan Kana. Sejak hubungan Jovi dan Clarin di belakang Kana terkuak, tidak ada satu pun dari Hani maupun Sisil yang membuka pintu maaf untuk Clarin. Bahkan, mereka sudah tidak pernah saling menghubungi satu sama lain. Padahal, Clarin merupakan sahabat Kana dan Hani sejak mereka masih SMP. Tetapi ternyata lamanya persahabatan belum cukup dalam menguji kesetiaan.

            Ting!

Dering ponsel Hani tiba-tiba berbunyi. Terdapat notifikasi pesan masuk melalui W******p.

            'Hai, Han. Gimana kabar kampus sekarang?” Kata laki-laki itu melalui pesan W******p.'

            Jantung Hani berdetak semakin kencang seperti sedang mengikuti lari marathon. Bibirnya tanpa sadar menyunggingkan senyum yang berusaha disembunyikannya dari Kana dan Sisil. Tak biasanya pipi Hani merona seperti ini. Sepertinya laki-laki itu bukan sosok biasa bagi Hani. Tak langsung membalas, Hani malah mengunci lagi ponselnya dan berniat membalas pesan tersebut setelah pulang dari rumah Kana.

Bab terkait

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 3 - Melepas Rindu 2

    “Atas nama kak Hani.” Terdengar suara seorang laki-laki menyebut nama Hani. Tak sampai menunggu lama, Hani lalu bergegas menuju asal suara barista tersebut untuk mengambil salted caramel latte yang bertuliskan namanya itu. Ia lalu kembali ke tempat duduk paling ujung untuk melanjutkan kegiatannya di depan laptop. Segelas es kopi favorit memang mampu mengembalikan energi Hani setelah melepas rindu penuh haru di rumah Kana, serta meningkatkan mood sebelum lanjut berkutat pada skripsi. Sambil meneguk segelas es yang ada di tangan kanannya, tiba-tiba ia teringat tentang pesan masuk di WhatsApp yang belum sempat ia balas. Perempuan berkemeja hijau itu segera mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membaca ulang pesan tersebut. Ia tersenyum lagi. ‘Hai, kak Ghani. Kampus masih aman, kok. Ya, walaupun udah beda aja rasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 4 - Tolong, Jangan Lagi!

    Minggu pagi kali ini menjadi pagi tersibuk bagi Kana dalam beberapa tahun belakangan. Acara peresmian yang akan digelar di toko kue cukup menyita waktu Kana selama tujuh hari ini. Meski acara hanya dibuat sangat minimalis dan intim, tetapi Kana dan nenek merasa perlu menyiapkan semuanya dengan maksimal. Padahal tamu yang diundang hanya karyawan toko, Hani, Sisil, dan dr. Rian. Untung saja jadwal praktik dr. Rian di rumah sakit hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Selebihnya dr. Rian sibuk menjadi pembicara untuk seminar dan membuka jam praktik sendiri di rumahnya setiap hari Selasa dan Kamis. Namun, meski jadwal dr. Rian terbilang cukup padat, beberapa bulan ini ia lebih sering meluangkan waktunya untuk Kana, selagi memang tidak ada pasien yang membutuhkan pertolongannya secara mendesak. Belum ada 10 menit Kana menyandarkan tubuhnya di kursi setelah satu jam bersi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 5 - Kilas Balik

    Nenek dan dr. Rian masih menemani Kana di pantry. Hani dan Sisil menahan diri untuk tidak menemui Kana saat ini sebelum perasaan Kana kembali mereda. Bukannya tidak peduli, tetapi justru mereka berdua sudah lebih mengetahui bagaimana menyikapi Kana jika sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Mereka cenderung akan menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Kana, selagi memang Kana sudah ada yang menemani dan mendapat perhatian dari orang yang Kana sayangi, seperti neneknya serta dr. Rian sebagai orang yang paling tahu akan kondisi Kana saat ini. Di tengah kepanikan Hani dan Sisil, tiba-tiba ada chat masuk pada ponsel Hani. ‘Han, di dalem ada rebut-ribut apa, sih? Kok tadi kayaknya langsung pada lari.’ Hani terkejut ketika membaca pesan dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 6 - I'm Sorry, Kana!

    Ghani menekuk wajahnya sambil melangkahkan kaki menuju pintu kereta MRT yang terbuka. Terlihat suasana dalam kereta yang padat membuat Ghani memutuskan untuk berdiri tanpa mencari tempat duduk kosong terlebih dahulu. Diraihnya hand strap yang menggantung tepat di atas kepalanya agar ia tidak jatuh begitu kereta mulai berjalan. Tak menunggu lama, pintu dengan cepat menutup secara otomatis dan kereta segera melaju. Mata Ghani tetap saja menunjukkan pandangan kosong sejak kakinya beranjak dari toko kue Kana. Ia merasa sangat sedih dan menyesal karena tidak bisa hadir di salah satu hari bahagia Kana saat itu. Ia berada dalam kebingungan setiap kali memikirkan Kana. Ada rasa takut ketika dirinya ingin menyapa Kana meski hanya melalui chat. Laki-laki yang mempunyai lesung manis di pipinya itu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Kana pada malam ketika Kana diper

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 7 - Gelisah

    Hari ini cuaca nampak bagus dan terlihat cerah mengiringi pagi Kana yang tak seperti biasanya. Kana akan memulai hari baru untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, ada hal mengganjal yang mengusik hati dan pikiran Kana tentang keputusannya ini. Bukan karena ragu untuk lanjut kuliah lagi, tetapi ia teringat bahwa tahun lalu ia sempat diberi peringatan tentang masa cuti yang normalnya tidak bisa lebih dari dua semester, yang mana seharusnya Kana hanya boleh cuti kuliah paling lama satu tahun meski didukung dengan alasan yang kuat. Kana mulai menyusun kalimat-kalimat sebagai jurus jitu agar dia bisa tetap melanjutkan statusnya sebagai mahasiswi Seni Rupa di kampusnya meski saat ini sudah memasuki semester keempat sejak ia sempat berhenti kuliah. Apalagi selama masa cuti, ia tidak pernah sekalipun memberi konfirmasi kepada pihak kampus. Ia hanya bisa berdoa agar keberuntungan berpihak padanya kali ini.“Sayang, udah sarapan?” Tanya nenek yang sedang mengambil roti tawar di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 8 - Aktivitas Favorit

    Perasaan gelisah di pagi ini membuat Kana semakin tidak merasakan lapar sama sekali, padahal ia belum sempat sarapan. Bahkan ia hanya memakan sepotong tuna bread tadi malam. Kana tidak akan menyesal karena tidak makan, sampai pada akhirnya ia akan tumbang sendiri karena badannya yang semakin lemas. Kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialami Kana, tetapi ia tak pernah belajar dari kesalahannya tersebut. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana tubuhnya harus merasa lebih relax dan pikirannya menjadi fresh. Namun, rasa gelisah tidak juga hilang. Ia memutuskan untuk membeli es krim di toko swalayan terdekat. Kata dr. Rian, makanan favorit dapat membantu hati dan pikiran menjadi lebih baik.Kana mulai memilih es krim yang disukainya. Walau hanya tinggal memilih, tetapi hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Kana. Sebab, tidak ada satupun rasa manis dari es krim yang tidak disukainya. Menurut Kana, es krim merupakan teman terbaik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 9 - Bentuk Perhatian

    ‘ 'Halo, dr. Rian. Besok malam dokter ada acara? Kana mau ketemu sama dokter.’ Kana mengirim chat kepada dr. Rian. Ia ingin menanyakan tentang kecemasannya ketika melihat alat melukis serta meminta solusi agar dirinya bisa bersahabat lagi dengan alat yang seharusnya menjadi hal yang sangat ia sukai. Tidak sampai memakan waktu lama, dr. Rian pun membalas pesan dari Kana. ‘Sejauh ini saya free. Ada yang mau dibicarakan, ya?’ Balas dr. Rian melalui chat. ‘Iya, Dok. Bisa?’ Tanya Kana. ‘Tentu. Dimana dan jam berapa, Kana?’&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 1 - Manusia Berharga

    Pagi ini cukup dingin, diselimuti cuaca mendung dan iringan gemuruh petir yang sesekali terdengar menakutkan. Tubuh Kana terasa lebih ringan dari biasanya. Irama suara hujan membuatnya tak ingin segera membuka mata. Kana sangat menikmati posisi ini, dengan kepala yang sedari tadi bersandar di sofa. Kali ini, ia membuang napas secara perlahan untuk ke sekian kalinya selama matanya terpejam. Helaan napas yang semakin lama semakin membuatnya merasa lebih lega.“Kamu boleh buka mata kalau sudah siap.” Ucap seorang pria dengan suara lembut, membuat Kana tidak bisa kembali fokus.Kana mulai membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit wajah tampan dr. Rian mulai memenuhi seisi pandangan mata Kana. Matanya mulai terbuka penuh, ia bisa menangkap secara jelas wajah pria dengan gelar ‘dr. SpKJ’ di belakang namanya, seperti yang tertera pada nametag yang menempel di dadanya. Pandangan kana seakan tak bisa lepas dari apa yang ada di hadapannya sekar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06

Bab terbaru

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 9 - Bentuk Perhatian

    ‘ 'Halo, dr. Rian. Besok malam dokter ada acara? Kana mau ketemu sama dokter.’ Kana mengirim chat kepada dr. Rian. Ia ingin menanyakan tentang kecemasannya ketika melihat alat melukis serta meminta solusi agar dirinya bisa bersahabat lagi dengan alat yang seharusnya menjadi hal yang sangat ia sukai. Tidak sampai memakan waktu lama, dr. Rian pun membalas pesan dari Kana. ‘Sejauh ini saya free. Ada yang mau dibicarakan, ya?’ Balas dr. Rian melalui chat. ‘Iya, Dok. Bisa?’ Tanya Kana. ‘Tentu. Dimana dan jam berapa, Kana?’&nb

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 8 - Aktivitas Favorit

    Perasaan gelisah di pagi ini membuat Kana semakin tidak merasakan lapar sama sekali, padahal ia belum sempat sarapan. Bahkan ia hanya memakan sepotong tuna bread tadi malam. Kana tidak akan menyesal karena tidak makan, sampai pada akhirnya ia akan tumbang sendiri karena badannya yang semakin lemas. Kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialami Kana, tetapi ia tak pernah belajar dari kesalahannya tersebut. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana tubuhnya harus merasa lebih relax dan pikirannya menjadi fresh. Namun, rasa gelisah tidak juga hilang. Ia memutuskan untuk membeli es krim di toko swalayan terdekat. Kata dr. Rian, makanan favorit dapat membantu hati dan pikiran menjadi lebih baik.Kana mulai memilih es krim yang disukainya. Walau hanya tinggal memilih, tetapi hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Kana. Sebab, tidak ada satupun rasa manis dari es krim yang tidak disukainya. Menurut Kana, es krim merupakan teman terbaik

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 7 - Gelisah

    Hari ini cuaca nampak bagus dan terlihat cerah mengiringi pagi Kana yang tak seperti biasanya. Kana akan memulai hari baru untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, ada hal mengganjal yang mengusik hati dan pikiran Kana tentang keputusannya ini. Bukan karena ragu untuk lanjut kuliah lagi, tetapi ia teringat bahwa tahun lalu ia sempat diberi peringatan tentang masa cuti yang normalnya tidak bisa lebih dari dua semester, yang mana seharusnya Kana hanya boleh cuti kuliah paling lama satu tahun meski didukung dengan alasan yang kuat. Kana mulai menyusun kalimat-kalimat sebagai jurus jitu agar dia bisa tetap melanjutkan statusnya sebagai mahasiswi Seni Rupa di kampusnya meski saat ini sudah memasuki semester keempat sejak ia sempat berhenti kuliah. Apalagi selama masa cuti, ia tidak pernah sekalipun memberi konfirmasi kepada pihak kampus. Ia hanya bisa berdoa agar keberuntungan berpihak padanya kali ini.“Sayang, udah sarapan?” Tanya nenek yang sedang mengambil roti tawar di

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 6 - I'm Sorry, Kana!

    Ghani menekuk wajahnya sambil melangkahkan kaki menuju pintu kereta MRT yang terbuka. Terlihat suasana dalam kereta yang padat membuat Ghani memutuskan untuk berdiri tanpa mencari tempat duduk kosong terlebih dahulu. Diraihnya hand strap yang menggantung tepat di atas kepalanya agar ia tidak jatuh begitu kereta mulai berjalan. Tak menunggu lama, pintu dengan cepat menutup secara otomatis dan kereta segera melaju. Mata Ghani tetap saja menunjukkan pandangan kosong sejak kakinya beranjak dari toko kue Kana. Ia merasa sangat sedih dan menyesal karena tidak bisa hadir di salah satu hari bahagia Kana saat itu. Ia berada dalam kebingungan setiap kali memikirkan Kana. Ada rasa takut ketika dirinya ingin menyapa Kana meski hanya melalui chat. Laki-laki yang mempunyai lesung manis di pipinya itu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Kana pada malam ketika Kana diper

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 5 - Kilas Balik

    Nenek dan dr. Rian masih menemani Kana di pantry. Hani dan Sisil menahan diri untuk tidak menemui Kana saat ini sebelum perasaan Kana kembali mereda. Bukannya tidak peduli, tetapi justru mereka berdua sudah lebih mengetahui bagaimana menyikapi Kana jika sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Mereka cenderung akan menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Kana, selagi memang Kana sudah ada yang menemani dan mendapat perhatian dari orang yang Kana sayangi, seperti neneknya serta dr. Rian sebagai orang yang paling tahu akan kondisi Kana saat ini. Di tengah kepanikan Hani dan Sisil, tiba-tiba ada chat masuk pada ponsel Hani. ‘Han, di dalem ada rebut-ribut apa, sih? Kok tadi kayaknya langsung pada lari.’ Hani terkejut ketika membaca pesan dari

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 4 - Tolong, Jangan Lagi!

    Minggu pagi kali ini menjadi pagi tersibuk bagi Kana dalam beberapa tahun belakangan. Acara peresmian yang akan digelar di toko kue cukup menyita waktu Kana selama tujuh hari ini. Meski acara hanya dibuat sangat minimalis dan intim, tetapi Kana dan nenek merasa perlu menyiapkan semuanya dengan maksimal. Padahal tamu yang diundang hanya karyawan toko, Hani, Sisil, dan dr. Rian. Untung saja jadwal praktik dr. Rian di rumah sakit hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Selebihnya dr. Rian sibuk menjadi pembicara untuk seminar dan membuka jam praktik sendiri di rumahnya setiap hari Selasa dan Kamis. Namun, meski jadwal dr. Rian terbilang cukup padat, beberapa bulan ini ia lebih sering meluangkan waktunya untuk Kana, selagi memang tidak ada pasien yang membutuhkan pertolongannya secara mendesak. Belum ada 10 menit Kana menyandarkan tubuhnya di kursi setelah satu jam bersi

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 3 - Melepas Rindu 2

    “Atas nama kak Hani.” Terdengar suara seorang laki-laki menyebut nama Hani. Tak sampai menunggu lama, Hani lalu bergegas menuju asal suara barista tersebut untuk mengambil salted caramel latte yang bertuliskan namanya itu. Ia lalu kembali ke tempat duduk paling ujung untuk melanjutkan kegiatannya di depan laptop. Segelas es kopi favorit memang mampu mengembalikan energi Hani setelah melepas rindu penuh haru di rumah Kana, serta meningkatkan mood sebelum lanjut berkutat pada skripsi. Sambil meneguk segelas es yang ada di tangan kanannya, tiba-tiba ia teringat tentang pesan masuk di WhatsApp yang belum sempat ia balas. Perempuan berkemeja hijau itu segera mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membaca ulang pesan tersebut. Ia tersenyum lagi. ‘Hai, kak Ghani. Kampus masih aman, kok. Ya, walaupun udah beda aja rasa

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 2 - Melepas Rindu

    Tok tok tok! Suara ketukan pintu terus terdengar selama beberapa kali di jam 7 pagi ini. Kana yang sedang repot di dapur membantu mbak Lastri, pembantunya, tidak sempat membukakan pintu. Begitu juga dengan mbak Lastri yang sedang menumis sayuran agar tidak gosong. “Siapa ya yang bertamu sepagi ini, mbak?” Tanya Kana sembari mencuci buah-buahan segar untuk dijadikan salad buah sebagai makanan pencuci mulut. “Nggak tau juga saya, mbak. Sebentar ya, mbak, nanti saya bukain.” Mbak Lastri terus menumis brokoli agar matang dengan sempurna. “Nggak usah, mbak. Biar Kana aja yang buka.”&nbs

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 1 - Manusia Berharga

    Pagi ini cukup dingin, diselimuti cuaca mendung dan iringan gemuruh petir yang sesekali terdengar menakutkan. Tubuh Kana terasa lebih ringan dari biasanya. Irama suara hujan membuatnya tak ingin segera membuka mata. Kana sangat menikmati posisi ini, dengan kepala yang sedari tadi bersandar di sofa. Kali ini, ia membuang napas secara perlahan untuk ke sekian kalinya selama matanya terpejam. Helaan napas yang semakin lama semakin membuatnya merasa lebih lega.“Kamu boleh buka mata kalau sudah siap.” Ucap seorang pria dengan suara lembut, membuat Kana tidak bisa kembali fokus.Kana mulai membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit wajah tampan dr. Rian mulai memenuhi seisi pandangan mata Kana. Matanya mulai terbuka penuh, ia bisa menangkap secara jelas wajah pria dengan gelar ‘dr. SpKJ’ di belakang namanya, seperti yang tertera pada nametag yang menempel di dadanya. Pandangan kana seakan tak bisa lepas dari apa yang ada di hadapannya sekar

DMCA.com Protection Status