Beranda / Romansa / Hug Me until I'm Okay / Bagian 3 - Melepas Rindu 2

Share

Bagian 3 - Melepas Rindu 2

Penulis: Alta Belle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-08 23:00:12

           “Atas nama kak Hani.”

           Terdengar suara seorang laki-laki menyebut nama Hani. Tak sampai menunggu lama, Hani lalu bergegas menuju asal suara barista tersebut untuk mengambil salted caramel latte yang bertuliskan namanya itu. Ia lalu kembali ke tempat duduk paling ujung untuk melanjutkan kegiatannya di depan laptop. Segelas es kopi favorit memang mampu mengembalikan energi Hani setelah melepas rindu penuh haru di rumah Kana, serta meningkatkan mood sebelum lanjut berkutat pada skripsi. Sambil meneguk segelas es yang ada di tangan kanannya, tiba-tiba ia teringat tentang pesan masuk di W******p yang belum sempat ia balas. Perempuan berkemeja hijau itu segera mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membaca ulang pesan tersebut. Ia tersenyum lagi.

           ‘Hai, kak Ghani. Kampus masih aman, kok. Ya, walaupun udah beda aja rasanya kalau udah nggak ada kakak.’

Baru mengetik tiga kalimat singkat, Hani langsung menghapusnya.

           ‘Hai, kak Ghani. Kampus aman kok, ada apa kak? Tumben banget nanya kabar kampus, hehe.’ Balas Hani pada pesan laki-laki tersebut.

           Entah ada keajaiban dari mana, yang jelas perasaan Hani seperti sedang diberkahi oleh udara pegunungan yang amat sejuk. Pesan singkat dari Ghani membuat perasaannya melambung tinggi, sampai-sampai tangannya dingin dan perutnya terasa seperti bergetar. Ada perasaan terkejut sekaligus geer dalam benak Hani sekarang.

           “Kenapa kak Ghani tiba-tiba chat gue, ya. Mana nanya nggak penting lagi. Jangan-jangan modus ke gue kali, ya.” Gumam Hani dalam hati.

           “Oke, Han. Please banget jangan geer! Lagian lo kenapa sih suka sama cowok freak kayak kak Ghani? Apalagi dulu dia kan sahabatnya Jovi, si manusia setan itu.”

Mulai muncul perdebatan dalam batin Hani. Ia dibuat bingung hanya dengan pertanyaan singkat dari Ghani melalui W******p. Ghani memang sudah tidak pernah menghubungi Hani selama beberapa bulan sejak ada festival seni internasional di kampusnya. Memang tidak ada yang spesial antara Hani dengan Ghani selain hanya sebatas hubungan kakak tingkat dengan adik tingkat di kampus, belum lagi keduanya beda fakultas. Ghani merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang baru lulus akhir tahun lalu dan sekarang masih menjadi anak magang di salah satu industri media, sedangkan Hani merupakan anak dari fakultas seni, sama seperti Kana dan Sisil. Awal perkenalan Hani dengan Ghani pun karena hubungan pacaran Kana dan Jovi. Ghani pertama kali menghubungi Hani melalui chat, itu pun tak lepas dari kebutuhan Ghani akan informasi tentang festival seni internasional terbesar se-ibu kota saat itu untuk bahan reportase yang kebetulan sedang diadakan di fakultas Hani dan Hani menjadi salah satu panitianya.

           Hani mulai tidak fokus untuk melanjutkan skripsinya. Matanya sedari tadi hanya melirik ke arah ponsel, berharap ada pemberitahuan masuk dari Ghani. Namun, sudah hampir dua jam berlalu, Ghani tak kunjung membalas pesan Hani. Perempuan berambut pirang sebahu itu pun menyerah dan memutuskan untuk berhenti menunggu, juga menutup laptopnya dan berhenti mengerjakan skripsi.

            Ting!

            Hani langsung meraih ponselnya. Ekspresi wajah yang tadinya kegirangan mendadak datar ketika mendapati kenyataan bahwa bukan Ghani yang muncul pada notification bar di ponsel Hani, melainkan Kana yang mengundang Hani untuk datang ke toko kue milik neneknya nanti malam. Hani dan Sisil diminta hadir untuk mencoba menu baru dari cafe di toko tersebut sebelum digelar peresmian cafe kecil-kecilan besok pagi. Hani hanya menghela napas panjang lalu membereskan barangnya dan kemudian bergegas pulang ke rumah.

***

            “Gimana, sayang? Udah siap semua?” Tanya nenek kepada Kana yang sedang mempersiapkan meja untuk para sahabat yang diundangnya di toko kue milik nenek Kana.

            “Sudah, Ma.” Jawab Kana dengan nada gembira.

            Toko kue bernama “Sweet Huns Bakery” tersebut merupakan pendapatan satu-satunya untuk nenek dan Kana. Beruntung, Sweet Huns Bakery menjadi toko kue yang mampu bersaing dari waktu ke waktu dan dapat bertahan hingga 20 tahun ini. Terlebih lagi beberapa hari lalu toko kue milik nenek Kana ini telah selesai direnovasi untuk ditambahkan mini cafe. Walaupun hanya tersedia empat meja di dalamnya, tetapi perkembangan Sweet Huns Bakery begitu berarti dan sangat disyukuri oleh Kana dan nenek. Kalau sudah lulus kuliah nanti, Kana bertekad untuk melanjutkan bisnis kue nenek ini. Meski latar belakang pendidikan Kana bukan dari jurusan manajemen, bisnis, atau sejenisnya, tapi Kana yakin bahwa dirinya mampu mengembangkan bisnis tersebut agar lebih maju dan berkembang ke depannya.

            Tepat 15 menit kemudian Hani dan Sisil tiba di toko kue nenek Kana. Hani dengan casual jeans dan kemeja polos berwarna hitam terlihat cantik malam ini, begitu juga dengan Sisil yang menggunakan mini dress berwarna kuning favoritnya. Bagi mereka, undangan Kana merupakan undangan spesial yang harus dihadiri dengan mengenakan baju spesial juga.

            “Malam, Oma! Ya, ampun, oma apa kabar?” Ucap Hani sambil menjabat tangan dan mencium pipi nenek Kana.

            “Kabar baik, Hani. Kalian apa kabar?” Respon nenek dengan antusias.

            “Kita baik-baik aja, Oma. Sisil kangen sama Oma.” Jawab Sisil sambil memeluk nenek Kana. Pelukan Sisil disambut baik oleh nenek Kana.

            “Makasih banget ya kalian udah mau datang. Maaf kalau tadi ngasih kabarnya mendadak banget, Cuma lewat chat lagi.” Ucap Kana dengan perasaan sedikit tidak enak.

            Hani memegang pundak kiri Kana, “ya, ampun, nggak apa-apa, kok. Kita malah seneng banget kalau lo udah mau ajak kita makan bareng lagi. Kita ikut seneng juga karena akhirnya toko kue ini makin berkembang sekarang.”

            “Iya, jadi kita bisa sering nongkrong di sini, deh.” Ucap Sisil.

            “Iya, makasih banyak ya,” Ucap Kana, “oh, iya. Duduk sini, deh. Gue sama Mama udah siapin kue spesial buat kalian berdua. Pokoknya kita minta review jujur dari kalian.” Lanjut Kana sambil mempersilakan duduk.

            “Wah, enak banget nih kayaknya.” Mata Sisil berbinar memandang pancake, croffle, dan beberapa signature cake yang dibawa oleh pelayan toko menuju meja mereka.

            “Ya, sudah, oma tinggal dulu, ya. Jangan lupa dihabisin dan kasih komen, ya.” Nenek Kana pergi membiarkan Kana dan kedua temannya menikmati beberapa makanan yang sudah terletak di meja.

            “Siap, Oma!” Jawab Hani dan Sisil bersamaan.

            Kana, Hani, dan Sisil menikmati setiap dessert yang disajikan di meja sambil berbincang. Gelak tawa menghiasi seisi toko kue yang akan tutup dalam waktu 30 menit itu. Tiba-tiba ponsel Hani berbunyi. Usai sudah penantian Hani untuk menunggu balasan dari Ghani di hari ini.

            ‘Kalo lo sama temen-temen gimana kabarnya, Han?’

            Hani terlihat sedikit kesal karena Ghani selalu membalas pesan di saat yang kurang tepat. Namun, karena tak ingin kehilangan momen seperti tadi siang, perempuan itu langsung membalas pesan dari Ghani. Hani memberi tahu tentang kabar Kana dan Sisil. Chat mereka berbuntut agak panjang malam itu hingga Hani tiba di rumah. Hani memberi tahu Ghani tentang kondisi Kana saat ini, bahkan ia bercerita bahwa besok Minggu pagi merupakan hari peresmian mini cafe milik nenek Kana.

            ‘Wah, kebetulan, Han. Gue lagi sering bikin review cafe buat konten I*******m. Kira-kira boleh nggak ya kalo besok gue mampir ke sana?’

            Hani menjerit dalam hati. Ia kegirangan dan tidak bisa membayangkan bahwa besok ia akan bertemu Ghani di peresmian mini cafe milik nenek Kana. Tapi sempat ada ragu dalam benak Hani. Ia takut kalau Kana tidak mau menerima Ghani saat acara besok, apalagi Ghani merupakan teman Jovi. Meskipun memang tidak ada hal buruk yang terjadi antara Kana dengan Ghani. Selain itu, peresmian mini cafe tersebut hanya berupa syukuran kecil-kecilan untuk orang-orang terdekat.

            ‘Kalau aku sih nggak apa-apa, kak. Tapi coba besok aku kabarin lagi, ya. Mau aku tanyain dulu ke Kana.’

            Walau ada perasaan sedikit kecewa, Ghani pun tetap memahami perkataan Hani. Ia juga tidak mau banyak berharap untuk bisa datang ke acara peresmian tersebut. Meski begitu, Ghani akan selalu siap kapan pun itu ketika Kana sudah bisa menerimanya kembali untuk menjadi bagian dari hari-hari Kana.

Bab terkait

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 4 - Tolong, Jangan Lagi!

    Minggu pagi kali ini menjadi pagi tersibuk bagi Kana dalam beberapa tahun belakangan. Acara peresmian yang akan digelar di toko kue cukup menyita waktu Kana selama tujuh hari ini. Meski acara hanya dibuat sangat minimalis dan intim, tetapi Kana dan nenek merasa perlu menyiapkan semuanya dengan maksimal. Padahal tamu yang diundang hanya karyawan toko, Hani, Sisil, dan dr. Rian. Untung saja jadwal praktik dr. Rian di rumah sakit hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Selebihnya dr. Rian sibuk menjadi pembicara untuk seminar dan membuka jam praktik sendiri di rumahnya setiap hari Selasa dan Kamis. Namun, meski jadwal dr. Rian terbilang cukup padat, beberapa bulan ini ia lebih sering meluangkan waktunya untuk Kana, selagi memang tidak ada pasien yang membutuhkan pertolongannya secara mendesak. Belum ada 10 menit Kana menyandarkan tubuhnya di kursi setelah satu jam bersi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 5 - Kilas Balik

    Nenek dan dr. Rian masih menemani Kana di pantry. Hani dan Sisil menahan diri untuk tidak menemui Kana saat ini sebelum perasaan Kana kembali mereda. Bukannya tidak peduli, tetapi justru mereka berdua sudah lebih mengetahui bagaimana menyikapi Kana jika sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Mereka cenderung akan menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Kana, selagi memang Kana sudah ada yang menemani dan mendapat perhatian dari orang yang Kana sayangi, seperti neneknya serta dr. Rian sebagai orang yang paling tahu akan kondisi Kana saat ini. Di tengah kepanikan Hani dan Sisil, tiba-tiba ada chat masuk pada ponsel Hani. ‘Han, di dalem ada rebut-ribut apa, sih? Kok tadi kayaknya langsung pada lari.’ Hani terkejut ketika membaca pesan dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 6 - I'm Sorry, Kana!

    Ghani menekuk wajahnya sambil melangkahkan kaki menuju pintu kereta MRT yang terbuka. Terlihat suasana dalam kereta yang padat membuat Ghani memutuskan untuk berdiri tanpa mencari tempat duduk kosong terlebih dahulu. Diraihnya hand strap yang menggantung tepat di atas kepalanya agar ia tidak jatuh begitu kereta mulai berjalan. Tak menunggu lama, pintu dengan cepat menutup secara otomatis dan kereta segera melaju. Mata Ghani tetap saja menunjukkan pandangan kosong sejak kakinya beranjak dari toko kue Kana. Ia merasa sangat sedih dan menyesal karena tidak bisa hadir di salah satu hari bahagia Kana saat itu. Ia berada dalam kebingungan setiap kali memikirkan Kana. Ada rasa takut ketika dirinya ingin menyapa Kana meski hanya melalui chat. Laki-laki yang mempunyai lesung manis di pipinya itu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Kana pada malam ketika Kana diper

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 7 - Gelisah

    Hari ini cuaca nampak bagus dan terlihat cerah mengiringi pagi Kana yang tak seperti biasanya. Kana akan memulai hari baru untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, ada hal mengganjal yang mengusik hati dan pikiran Kana tentang keputusannya ini. Bukan karena ragu untuk lanjut kuliah lagi, tetapi ia teringat bahwa tahun lalu ia sempat diberi peringatan tentang masa cuti yang normalnya tidak bisa lebih dari dua semester, yang mana seharusnya Kana hanya boleh cuti kuliah paling lama satu tahun meski didukung dengan alasan yang kuat. Kana mulai menyusun kalimat-kalimat sebagai jurus jitu agar dia bisa tetap melanjutkan statusnya sebagai mahasiswi Seni Rupa di kampusnya meski saat ini sudah memasuki semester keempat sejak ia sempat berhenti kuliah. Apalagi selama masa cuti, ia tidak pernah sekalipun memberi konfirmasi kepada pihak kampus. Ia hanya bisa berdoa agar keberuntungan berpihak padanya kali ini.“Sayang, udah sarapan?” Tanya nenek yang sedang mengambil roti tawar di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 8 - Aktivitas Favorit

    Perasaan gelisah di pagi ini membuat Kana semakin tidak merasakan lapar sama sekali, padahal ia belum sempat sarapan. Bahkan ia hanya memakan sepotong tuna bread tadi malam. Kana tidak akan menyesal karena tidak makan, sampai pada akhirnya ia akan tumbang sendiri karena badannya yang semakin lemas. Kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialami Kana, tetapi ia tak pernah belajar dari kesalahannya tersebut. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana tubuhnya harus merasa lebih relax dan pikirannya menjadi fresh. Namun, rasa gelisah tidak juga hilang. Ia memutuskan untuk membeli es krim di toko swalayan terdekat. Kata dr. Rian, makanan favorit dapat membantu hati dan pikiran menjadi lebih baik.Kana mulai memilih es krim yang disukainya. Walau hanya tinggal memilih, tetapi hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Kana. Sebab, tidak ada satupun rasa manis dari es krim yang tidak disukainya. Menurut Kana, es krim merupakan teman terbaik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 9 - Bentuk Perhatian

    ‘ 'Halo, dr. Rian. Besok malam dokter ada acara? Kana mau ketemu sama dokter.’ Kana mengirim chat kepada dr. Rian. Ia ingin menanyakan tentang kecemasannya ketika melihat alat melukis serta meminta solusi agar dirinya bisa bersahabat lagi dengan alat yang seharusnya menjadi hal yang sangat ia sukai. Tidak sampai memakan waktu lama, dr. Rian pun membalas pesan dari Kana. ‘Sejauh ini saya free. Ada yang mau dibicarakan, ya?’ Balas dr. Rian melalui chat. ‘Iya, Dok. Bisa?’ Tanya Kana. ‘Tentu. Dimana dan jam berapa, Kana?’&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 1 - Manusia Berharga

    Pagi ini cukup dingin, diselimuti cuaca mendung dan iringan gemuruh petir yang sesekali terdengar menakutkan. Tubuh Kana terasa lebih ringan dari biasanya. Irama suara hujan membuatnya tak ingin segera membuka mata. Kana sangat menikmati posisi ini, dengan kepala yang sedari tadi bersandar di sofa. Kali ini, ia membuang napas secara perlahan untuk ke sekian kalinya selama matanya terpejam. Helaan napas yang semakin lama semakin membuatnya merasa lebih lega.“Kamu boleh buka mata kalau sudah siap.” Ucap seorang pria dengan suara lembut, membuat Kana tidak bisa kembali fokus.Kana mulai membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit wajah tampan dr. Rian mulai memenuhi seisi pandangan mata Kana. Matanya mulai terbuka penuh, ia bisa menangkap secara jelas wajah pria dengan gelar ‘dr. SpKJ’ di belakang namanya, seperti yang tertera pada nametag yang menempel di dadanya. Pandangan kana seakan tak bisa lepas dari apa yang ada di hadapannya sekar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 2 - Melepas Rindu

    Tok tok tok! Suara ketukan pintu terus terdengar selama beberapa kali di jam 7 pagi ini. Kana yang sedang repot di dapur membantu mbak Lastri, pembantunya, tidak sempat membukakan pintu. Begitu juga dengan mbak Lastri yang sedang menumis sayuran agar tidak gosong. “Siapa ya yang bertamu sepagi ini, mbak?” Tanya Kana sembari mencuci buah-buahan segar untuk dijadikan salad buah sebagai makanan pencuci mulut. “Nggak tau juga saya, mbak. Sebentar ya, mbak, nanti saya bukain.” Mbak Lastri terus menumis brokoli agar matang dengan sempurna. “Nggak usah, mbak. Biar Kana aja yang buka.”&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07

Bab terbaru

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 9 - Bentuk Perhatian

    ‘ 'Halo, dr. Rian. Besok malam dokter ada acara? Kana mau ketemu sama dokter.’ Kana mengirim chat kepada dr. Rian. Ia ingin menanyakan tentang kecemasannya ketika melihat alat melukis serta meminta solusi agar dirinya bisa bersahabat lagi dengan alat yang seharusnya menjadi hal yang sangat ia sukai. Tidak sampai memakan waktu lama, dr. Rian pun membalas pesan dari Kana. ‘Sejauh ini saya free. Ada yang mau dibicarakan, ya?’ Balas dr. Rian melalui chat. ‘Iya, Dok. Bisa?’ Tanya Kana. ‘Tentu. Dimana dan jam berapa, Kana?’&nb

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 8 - Aktivitas Favorit

    Perasaan gelisah di pagi ini membuat Kana semakin tidak merasakan lapar sama sekali, padahal ia belum sempat sarapan. Bahkan ia hanya memakan sepotong tuna bread tadi malam. Kana tidak akan menyesal karena tidak makan, sampai pada akhirnya ia akan tumbang sendiri karena badannya yang semakin lemas. Kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialami Kana, tetapi ia tak pernah belajar dari kesalahannya tersebut. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana tubuhnya harus merasa lebih relax dan pikirannya menjadi fresh. Namun, rasa gelisah tidak juga hilang. Ia memutuskan untuk membeli es krim di toko swalayan terdekat. Kata dr. Rian, makanan favorit dapat membantu hati dan pikiran menjadi lebih baik.Kana mulai memilih es krim yang disukainya. Walau hanya tinggal memilih, tetapi hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Kana. Sebab, tidak ada satupun rasa manis dari es krim yang tidak disukainya. Menurut Kana, es krim merupakan teman terbaik

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 7 - Gelisah

    Hari ini cuaca nampak bagus dan terlihat cerah mengiringi pagi Kana yang tak seperti biasanya. Kana akan memulai hari baru untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, ada hal mengganjal yang mengusik hati dan pikiran Kana tentang keputusannya ini. Bukan karena ragu untuk lanjut kuliah lagi, tetapi ia teringat bahwa tahun lalu ia sempat diberi peringatan tentang masa cuti yang normalnya tidak bisa lebih dari dua semester, yang mana seharusnya Kana hanya boleh cuti kuliah paling lama satu tahun meski didukung dengan alasan yang kuat. Kana mulai menyusun kalimat-kalimat sebagai jurus jitu agar dia bisa tetap melanjutkan statusnya sebagai mahasiswi Seni Rupa di kampusnya meski saat ini sudah memasuki semester keempat sejak ia sempat berhenti kuliah. Apalagi selama masa cuti, ia tidak pernah sekalipun memberi konfirmasi kepada pihak kampus. Ia hanya bisa berdoa agar keberuntungan berpihak padanya kali ini.“Sayang, udah sarapan?” Tanya nenek yang sedang mengambil roti tawar di

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 6 - I'm Sorry, Kana!

    Ghani menekuk wajahnya sambil melangkahkan kaki menuju pintu kereta MRT yang terbuka. Terlihat suasana dalam kereta yang padat membuat Ghani memutuskan untuk berdiri tanpa mencari tempat duduk kosong terlebih dahulu. Diraihnya hand strap yang menggantung tepat di atas kepalanya agar ia tidak jatuh begitu kereta mulai berjalan. Tak menunggu lama, pintu dengan cepat menutup secara otomatis dan kereta segera melaju. Mata Ghani tetap saja menunjukkan pandangan kosong sejak kakinya beranjak dari toko kue Kana. Ia merasa sangat sedih dan menyesal karena tidak bisa hadir di salah satu hari bahagia Kana saat itu. Ia berada dalam kebingungan setiap kali memikirkan Kana. Ada rasa takut ketika dirinya ingin menyapa Kana meski hanya melalui chat. Laki-laki yang mempunyai lesung manis di pipinya itu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Kana pada malam ketika Kana diper

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 5 - Kilas Balik

    Nenek dan dr. Rian masih menemani Kana di pantry. Hani dan Sisil menahan diri untuk tidak menemui Kana saat ini sebelum perasaan Kana kembali mereda. Bukannya tidak peduli, tetapi justru mereka berdua sudah lebih mengetahui bagaimana menyikapi Kana jika sedang berada dalam kondisi yang kurang baik. Mereka cenderung akan menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Kana, selagi memang Kana sudah ada yang menemani dan mendapat perhatian dari orang yang Kana sayangi, seperti neneknya serta dr. Rian sebagai orang yang paling tahu akan kondisi Kana saat ini. Di tengah kepanikan Hani dan Sisil, tiba-tiba ada chat masuk pada ponsel Hani. ‘Han, di dalem ada rebut-ribut apa, sih? Kok tadi kayaknya langsung pada lari.’ Hani terkejut ketika membaca pesan dari

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 4 - Tolong, Jangan Lagi!

    Minggu pagi kali ini menjadi pagi tersibuk bagi Kana dalam beberapa tahun belakangan. Acara peresmian yang akan digelar di toko kue cukup menyita waktu Kana selama tujuh hari ini. Meski acara hanya dibuat sangat minimalis dan intim, tetapi Kana dan nenek merasa perlu menyiapkan semuanya dengan maksimal. Padahal tamu yang diundang hanya karyawan toko, Hani, Sisil, dan dr. Rian. Untung saja jadwal praktik dr. Rian di rumah sakit hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Selebihnya dr. Rian sibuk menjadi pembicara untuk seminar dan membuka jam praktik sendiri di rumahnya setiap hari Selasa dan Kamis. Namun, meski jadwal dr. Rian terbilang cukup padat, beberapa bulan ini ia lebih sering meluangkan waktunya untuk Kana, selagi memang tidak ada pasien yang membutuhkan pertolongannya secara mendesak. Belum ada 10 menit Kana menyandarkan tubuhnya di kursi setelah satu jam bersi

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 3 - Melepas Rindu 2

    “Atas nama kak Hani.” Terdengar suara seorang laki-laki menyebut nama Hani. Tak sampai menunggu lama, Hani lalu bergegas menuju asal suara barista tersebut untuk mengambil salted caramel latte yang bertuliskan namanya itu. Ia lalu kembali ke tempat duduk paling ujung untuk melanjutkan kegiatannya di depan laptop. Segelas es kopi favorit memang mampu mengembalikan energi Hani setelah melepas rindu penuh haru di rumah Kana, serta meningkatkan mood sebelum lanjut berkutat pada skripsi. Sambil meneguk segelas es yang ada di tangan kanannya, tiba-tiba ia teringat tentang pesan masuk di WhatsApp yang belum sempat ia balas. Perempuan berkemeja hijau itu segera mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu membaca ulang pesan tersebut. Ia tersenyum lagi. ‘Hai, kak Ghani. Kampus masih aman, kok. Ya, walaupun udah beda aja rasa

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 2 - Melepas Rindu

    Tok tok tok! Suara ketukan pintu terus terdengar selama beberapa kali di jam 7 pagi ini. Kana yang sedang repot di dapur membantu mbak Lastri, pembantunya, tidak sempat membukakan pintu. Begitu juga dengan mbak Lastri yang sedang menumis sayuran agar tidak gosong. “Siapa ya yang bertamu sepagi ini, mbak?” Tanya Kana sembari mencuci buah-buahan segar untuk dijadikan salad buah sebagai makanan pencuci mulut. “Nggak tau juga saya, mbak. Sebentar ya, mbak, nanti saya bukain.” Mbak Lastri terus menumis brokoli agar matang dengan sempurna. “Nggak usah, mbak. Biar Kana aja yang buka.”&nbs

  • Hug Me until I'm Okay   Bagian 1 - Manusia Berharga

    Pagi ini cukup dingin, diselimuti cuaca mendung dan iringan gemuruh petir yang sesekali terdengar menakutkan. Tubuh Kana terasa lebih ringan dari biasanya. Irama suara hujan membuatnya tak ingin segera membuka mata. Kana sangat menikmati posisi ini, dengan kepala yang sedari tadi bersandar di sofa. Kali ini, ia membuang napas secara perlahan untuk ke sekian kalinya selama matanya terpejam. Helaan napas yang semakin lama semakin membuatnya merasa lebih lega.“Kamu boleh buka mata kalau sudah siap.” Ucap seorang pria dengan suara lembut, membuat Kana tidak bisa kembali fokus.Kana mulai membuka mata perlahan. Sedikit demi sedikit wajah tampan dr. Rian mulai memenuhi seisi pandangan mata Kana. Matanya mulai terbuka penuh, ia bisa menangkap secara jelas wajah pria dengan gelar ‘dr. SpKJ’ di belakang namanya, seperti yang tertera pada nametag yang menempel di dadanya. Pandangan kana seakan tak bisa lepas dari apa yang ada di hadapannya sekar

DMCA.com Protection Status