Share

Keganjilan

Penulis: Kifa Ansu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 07:09:05

Hampir setiap ada kesempatan Sultan selalu menyempatkan diri berlibur. Pria itu pekerja keras, wawasannya luas, dan suka bercanda. Ia selalu mudah diterima di mana saja. Setiap kali ada Sultan, selalu ada tawa. Kepiawaian dalam mengolah kata menjadi kalimat yang lucu menjadikannya sebagai sosok yang humoris, renyah, dan dekat dengan siapa saja.

 

“Sayang. Aku karokean ya?”

 

“Karoke lagi? Kemarin kan udah,” aku protes.

 

“Bentar kok. Satu jam aja ya. Kamu mau aku bawain apa?”

 

Aku menggeleng malas.

 

Berbeda dengan Sultan, aku tidak suka musik atau  hal-hal berisik lainnya. Pria muda berambut sedikit  ikal itu lebih sering bepergian sendiri atau dengan teman-temannya. Jika ke bioskop aku tidak keberatan ikut. Itupun kalau filmnya kartun anak-anak, drama keluarga, atau film Islami. Selain itu, lebih baik di rumah saja. Yah, aku dan Sultan memang berbeda. Meski kami juga memiliki beberapa kesamaan. 

 

Sultan orang yang teliti dan rajin. Setiap malam selalu mencuci wajahnya, tak lupa mengoleskan krim malam setelah terlebih menggunakan penyegar. Setiap akan pergi ke kantor pria berhidung mancung itu menggunakan pelembab wajah dan bedak, menyisir rambutnya dengan rapi. Tak lupa minyak wangi aroma maskulin. 

 

Diawal menikah aku sempat heran melihat kebiasaan Sultan. Ia lebih rajin merawat kulitnya dari pada aku. Saat membeli lulur mandi, ia memintaku memakaikan lulur padanya. Dia juga mengajak ke salon untuk facial wajah atau sekedar creambath, sejenis perawatan rambut. Aku terpaku.

 

Mungkin dia sempat membaca raut wajahku yang penuh tanda tanya. Tapi dengan santai ia menjelaskan kalau dirinya mendapat tunjangan penampilan. 

 

“Sayang uangnya Kay, kalau gak dipakai. Aku punya banyak voucher perawatan mahal di tas. Ambil aja kalau kamu mau. Eh iya kalau aku suntik vitamin C gimana? Biar kulitku kinclong.”

 

Aku meringis.

 

Pekerjaannya sebagai marketer memang membuatnya harus menjaga penampilan. Tapi... Haruskah sampai sedetail itu? Aku saja yang asli perempuan malah tidak mahir dalam perawatan. Kulitku memang sudah asli berwarna cerah, jadi cukup menggunakan produk pasaran saja tanpa harus sering-sering ke salon.

 

Klimis. Aku menyebutnya begitu. Yah, dia memang licin dengan rambutnya yang selalu diolesi minyak rambut merek ternama. Setiap kali hendak ke kantor selalu bingung gaya rambut apa yang akan ia terapkan hari ini. Seperti boneka Ken, pasangan Barbie. Belum lagi dengan parfum yang wanginya tercium hingga jarak tiga meter. Bahkan di tasnya ada bedak mahal keluaran terbaru. Duh, metroseksual sekali! Risih melihatnya, hanya aku tak pernah menyampaikan hal itu. 

 

“Udah ganteng belum?”

Itulah kalimat wajib yang selalu keluar dari bibirnya sebelum keluar dari rumah.

 

Setahuku lelaki adalah sosok yang cenderung diam dan banyak berpikir. Sementara wanita cenderung lebih banyak bicara dari pada berpikir. Selain itu, pria suka hal-hal yang berbau mekanik serta menantang, sedangkan wanita lebih suka pada hal-hal yang lembut dan drama. Yah, pria itu seperti mars dan wanita seperti venus. Tapi yang ada di hadapanku ini adalah lelaki yang seperti venus. 

 

Suatu hari ia meneteskan air mata kala duduk sendiri.

 

“Kenapa kamu Mas?”

 

“Sedih. Kasian artis itu. Suaminya mati, rumahnya kebakar lagi.” Ia menjawab sembari menunjuk sosok pada layar kaca di depan kami.

 

Aku memiringkan kepala sambil mengerutkan alis. Acara gosip? Kemarin dia ikut marah-marah ketika nonton sinetron. Anehnya, ia tidak suka menonton siaran sepak bola atau Moto GP. Di sinilah titik yang membuatku bingung. Biasanya pria akan berjuang untuk bangun dini hari demi menonton siaran sepak bola langsung. Menonton sambil emosi ketika jagoannya tidak bisa mencetak gol. Begitulah pria Mars. Tapi Sultan, venus sekali bukan?

 

Lelaki ketika membeli pakaian maka akan langsung menuju toko langganannya, lalu pulang dengan satu produk yang ia inginkan. Sedangkan wanita akan keliling mall hanya untuk membeli sebuah gantungan tas yang ia incar. Lebih dari itu, kaum hawa ini malah berselancar siapa tahu ada bentuk lain yang lebih bagus. Bahkan ada yang bisa jadi seharian sudah berkeliling mall ia bukannya membeli gantungan kunci saja tapi juga baju, sepatu, tas, dan lainnya.

 

Sultan berbeda. Aku pernah menemaninya membeli sandal. Hari itu kami memasuki berbagai toko dan mencoba bermacam-macam merek sandal. Tapi, tak satupun yang sesuai dengan keinginannya. 

 

“Ini bagus sih, tapi gak nyaman. Kita cari lagi yuk!”

 

“Hah? Mau berapa toko lagi?”

 

Bayangkan! Aku yang masih mual-mual karena hamil, harus pula menemaninya belanja. Sampai pada membeli pakaian atau parfum pun membutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa menemukan produk yang ia inginkan. Jika banyak bapak-bapak yang menunggu istrinya belanja di ruang tunggu, maka kasusku terbalik. Aku yang menunggu Sultan belanja sambil memijit kakiku yang sudah mati rasa. 

 

Meski hatinya lembut, tapi ia mudah sekali tersinggung. Jika marah, maka ia akan diam tanpa mau bicara apapun. Atau yanglebih mengerikan membanting pintu atau apa saja yang ada di dekatnya. Kalau sudah begitu, aku juga akan diam. Wajahnya mengerikan persis seperti ikan hiu yang kehilangan mangsa. Perlu menunggu hingga beberapa jam untuk bisa mengajaknya bicara lagi. 

 

Kalau kami sedang bertengkar aku lebih memilih menulis surat atau mengiriminya pesan. Sebab, ia akan menghindar jika diajak bicara. Sebenarnya cara berkomunikasi ini kurang baik, tapi ini satu-satunya pilihan yang bisa kulakukan dari pada terus bungkam tanpa penyelesaian. Mendiamkan masalah hanya akan membuatnya menjadi bom waktu yang kelak akan menjadi ledakan maha dahsyat yang menghancurkan bukan?

 

***

 

Dilain hal Sultan selalu berhasil membuatku tertawa. Burung-burung bernyanyi pun tak bisa membuatku melupakan hal-hal buruk yang terjadi. Sedangkan Sultan, hanya dengan satu atau dua kalimat saja aku bisa melupakan masalah yang menimpaku. Setidaknya menenangkan pikiranku sejenak. 

 

“Eh, bulu matamu jatuh Mas?” Aku mengambil sehelai bulu mata yang menempel di pipinya.

 

“Jangan dibuang! Coba kamu tarok di salah satu jariku.” Ia membuka jari manis, tengah, dan telunjuk. Aku meletakkan bulu mata tadi pada jari manisnya. Pria muda itu tersenyum.

 

“Apa?”

 

“Aku memberi nama di masing-masing jari. Yang jari manis… ehm seseorang, yang jari tengah ehm…. Yang jari telunjuk si…”ucapnya sambil mengarahkan pandangan ke langit-langit.

 

“Jadi?” tanyaku lagi.

 

“Bulu mata jatuh itu tandanya ada yang kangen. Jadi yang kangen sama aku itu…”

 

“Siapa?”

 

Sultan tertawa. Aku terus mendesaknya untuk mengatakan siapa yang merindukannya sampai pipinya merah merona begitu. Tapi, dia justru tidak mau menjawabnya. Menyebalkan.

Suamiku itu selalu mengatakan kalau dia bukan pria romantis, memang benar.

 

Dia orang yang peduli. Perhatian pada keluargaku. Bahkan, pada hal-hal yang terkadang justru tidak terperhatikan olehku sama sekali. Sedikit lucu, seharusnya lelaki luput dari hal-hal kecil, tapi ia tidak. Ia ingat merek  shampo, sabun, bedak, pasta gigi, parfum, dan segala hal yang biasa kupakai.

 

Setiap bulan ia selalu membelikanku baju baru. Katanya supaya rejekinya bertambah. Sedekah yang paling baik adalah sedekah terhadap kerabat sendiri kan? Apalagi terhadap istri. Kalau yang ini aku setuju tanpa perdebatan.

 

Sebenarnya ia tidak perlu melakukan itu. Aku punya butik sendiri yang sudah kubuka sejak menikah dengan Sultan. Tapi, tetap saja rasa bahagia muncul saat menerima hadiah darinya.

Ia sering menemaniku di butik jika sedang libur atau cuti. Sudah kutebak ia pasti akan banyak berkomentar tentang design maupun jahitanku, seperti berkomentar ketika aku sedang memasak.Sultan memang mengerti fashion, pria metroseksual pasti tahu produk-produk terbaru.

 

Pulang dari butik ia akan memasak juga mencuci baju, jika tidak sempat mengantarnya ke tempat pencucian baju dekat perumahan kami. Aku membantunya sedikit demi sedikit, tapi tak pernah sampai selesai. Wanita hamil tidak boleh terlalu banyak bekerja. Sultan nyaris tidak pernah mengeluh melakukan semua ini. Tentu saja. Pria itu yang sangat menginginkan anak. 

 

***

 

“Selamat ulang tahun Kay bidadariku,” senyum merekah di wajahnya.

 

Bibirku menyungging senyum, bukan main senangnya. Siapa yang tidak melayang mendapat kejutan ulang tahun dari suaminya sendiri. Rumahku mendadak lebih indah dari pada Menara Eifel atau Taman Bunga Dubai. Bunga-bunga di pekarangan rumah pun ikut tersenyum melihat adegan romantis ini. Tak lupa ia mengecup keningku. 

 

“Terimakasih.” Jawabku membalas kejutan dengan kecupan hangat dibibirnya. 

 

Orang-orang melihat kami sebagai pasangan yang serasi dan bahagia. Banyak yang merasa ingin seberuntung kami. Menikah diusia muda, punya rumah bahkan sebelum anak kami lahir, dan memiliki usaha sendiri meski masih hitungan usaha kecil. Yah, itulah yang tampak dari luar. Orang selalu melihat dan menilai apa yang mereka ketahui dengan panca inderanya, tapi tidak dengan pikiran dan pemahamannya.

 

Selama aku hamil pun Sultan tak pernah membiarkanku membawa motor seorang diri ke butik, walaupun jarak antara butik dan rumahku tidak terlalu jauh. Ia mengantar pagi hari dan menjemputku saat sore sepulang dari kantor. Jika harus lembur, maka ia akan berusaha minta izin pada bosnya agar bisa mengantarku pulang lebih dulu. 

 

“Ingat jangan bawa kendaraan sendiri. Tunggu aku! Jangan naik kendaraan umum juga.”

 

Hidup terasa indah, nyaris sempurna. Terlepas dari Sultan yang selalu ribut memintaku berdandan cantik setiap hari. Sejauh ini bisa, tapi nanti kalau sudah sibuk mengurus bayi aku kurang yakin. Bukankah ibu dengan bayi kecil lebih repot daripada ibu dengan empat anak yang sudah dewasa. Seorang ibu bahkan banyak kehilangan waktu untuk dirinya sendiri.

 

“Walaupun hamil harus tetap cantik dong Kay. Kaya artis-artis itu loh. Krisdayanti aja abis melahirkan mukanya cantik banget,” begitu komentarnya.

 

Ah, Sultan. Andai kau tahu kegelisahan menghimpit sukmaku. Aku memang tak mengatakan apapun. Kenapa dirimu tidak bisa membaca keretakan hati ini melalui mataku? Tidakkah kau merasa bahwa aku sedikit menjaga jarak denganmu?

 

Sungguh. Tak pernah kutemukan suami sehebat dirimu, bahkan bapakku sendiri. Pria idaman, nampak sekali kriteria itu padamu. Tentang hal-hal yang menjadi kekuranganmu itu manusiawi. Tapi, ada hal yang tak bisa kujelaskan tentang keraguan yang menyerang sanubariku ini. Serangan apa? Bagaimana bentuknya? Oleh siapa? Aku juga tidak tahu.

 

Cintamu memberiku kebahagiaan terindah yang tak pernah terbayangkan. Hanya saja, seperti ada bongkahan batu raksasa yang siap menghujam kapan saja. Aku merasa takut terhadap sesuatu yang belum jelas. Bisikan cintamu yang lembut tak sepenuhnya merasuk ke dalam jiwa. Hambar. Nyaris tanpa makna. Entah aku yang tidak mengerti cinta atau memang cinta dalam pernikahan ini yang hanya ilusi belaka.

 

Maafkan aku Sultan. Kebaikanmu, rasanya seperti buih saja di lautan. Hilang ditelan gelombang atau lenyap disapu angin. Aku ingin mengerahkan hati untukmu, tapi ada sekat yang tak mampu kutembus. Lalu takdir mengatarkanku pada sebuah serpihan cerita yang membuka tabir setapak demi setapak.

****

Bab terkait

  • His Dark Secrets   Sahabat Lama

    Sultan mengajakku berlibur, kali ini kami mengunjungi Alun Alun Kota Batu. Kalau dari tempat tinggal kami sekitar 4,5 km. Bisa ditempuh selama kurang lebih 15 menit menggunakan mobil pribadi. Dengan kondisi jalan yang mulus, perjalanan terasa nyaman. Apalagi untukku yang sedang hamil sembilan bulan. Alun-alun ini selalu ramai, terutama saat akhir pekan.“Akhir-akhir ini kan kamu sering murung. Itu gak bagus untuk ibu hamil. Makanya aku ajak kamu jalan-jalan biar seneng.” Sultan tersenyum merekah, membuat lesung pipinya tampak jelas.Aku menjawabnya dengan senyum datar. Dia menggandeng tanganku berjalan-jalan. Tidak ada pungutan biaya masuk. Ada tempat yang bersaing keindahannya dengan Alun Alun Kota Batu ini namanya Taman Selecta. Kami sudah pernah ke sana saat pertama kali ke Kota Batu. Di sini ada banyak spot unik untuk berfoto.Ruang informasi alun-alun bentuknya menyerupai

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • His Dark Secrets   Pangeran Kecil

    Sampai di rumah kami kelelahan. Sultan langsung tidur. Perutku berteriak parau. Si jabang bayi bergerak-gerak lincah. Jika ibu lapar, maka janinlah yang meronta-meronta. Saat hendak mengambil makanan, aku melihat ponsel Sultan tergeletak di meja.Kebetulan benda elektronik keramat itu hidup, biasanya selalu dalam keadaan kosong baterai kalau di rumah.Tidak dikunci. Aku membuka akun Facebook miliknya. Ah, ini memang memang akun asli. Lega rasanya. Rupanya, itu hanya sementara. Saat membuka mesin pencari dan melihat jejak riwayat, ada Facebook lagi dengan akun bernama Dorres.“Kay....kamu di mana?”Jantungku renyut kencang. Tidak terduga Sultan akan terbangun. Dia melihatku sedang menyentuh ponselnya. Wajahnya berubah putih. Segera ia rebut gawai itu.“Liat apa kamu?”“Tadinya mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • His Dark Secrets   Teguran

    Sultan pulang dengan mata berair. Tangannya bergetar, ia nampak pucat, keringat dingin membasahi keningnya. Tak biasanya ia terlihat begitu takut. Apa dia baru saja melihat neraka? Aku harap begitu. Mungkin Allah tunjukkan sesuatu yang membuatnya menggigil. Malaikat maut mungkin.“Mas, ada apa?”Dia melihat kearahku.“Cak Boby meninggal Kay, teman-teman bilang kecelakaan. Kata orang yang nemuin jenazahnya, dia seperti habis dirampok.”“Astaghfirullahaladzim.” Aku berseru. Bulu kudukku berdiri, jantung melompat semaunya.Menurut cerita Sultan, Cak Boby sedang dalam perjalanan ke Malang. Seseorang menemukan jasadnya berada di tengah perkebunan milik salah satu warga. Ada banyak luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Beberapa or

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • His Dark Secrets   Penyelidikan

    Masih terbesit harapan, jika kelak dinding antara aku dan Sultan akan hilang. Kabut gelap dalam rumah tangga kami musnah diterpa badai kasih sayang. Kenyataan tidak semudah yang kubayangkan. Kabut itu muncul dan menghilang semaunya. Membuat harapanku terombang-ambing tiada arah. Bahkan pelabuhan sakinah, mawaddah, warohmah itu tak jua nampak. Setelah kurang lebih dua bulan aku melihatnya berjibaku dengan ayat-ayat-Nya, kini ia kembali lagi seperti dulu. Lupa pada-Nya. Al qur’an ia tinggalkan, tak pernah lagi shalat jama’ah dan kembali mesra dengan ponselnya. Yang membuatku makin merana, benda berwarna hitam itupun ia kunci lagi. Aku menghela nafas. Duhai Sang Penjaga Hati, sudikah kiranya Kau mendengarkan keluh kesahku. Aku tahu Engkau punya banyak urusan. Tapi, aku hanya punya Engkau. Siapakah yang bisa membantuku kecuali Engkau. Aku memang hanya berbelit pada prasangkaku. Tapi aku tahu ini datang dari-Mu. Setiap detik yang kulalui t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Pengakuan

    Tiktok tik tok.Jam dinding bergerak sama seperti kemarin. Detik, menit, jam terasa lebih lama. Ah,bencinya menunggu. Rasa kesemutan menjalar di kaki. Air mata mengering menyisakan pedih mengikis jiwa. Gemetaran pun mulai mereda. Batinku menguat seperti palu baja guna menghantam pendusta. Sejak tadi pikiranku sibuk menyiapkan kata-kata terpedas untuk Sultan. Semoga dia tersayat,seperti aku.Aliran udaraberderu cepat,naik turun tak beraturan. Sumpah serapah bergema ditelinga, entah siapa yang membisikkannya. Sultan jadi buruk sekali. Lebih mengerikandaripada babi hutan yang berkubang dengan kotorannya sendiri. Otakku mendidih. Tanganku menggengam menahan amarah yang sudah sampai ubun-ubun. Tak tahu bagaimana rupaku kini. Aku bagai iblis yang siap memanah Adam dengan api neraka.Setan pandai sekali menyusup kedalam hati. Ia tampakkan segala keburukan Sultan, bahkan yang sudah lama terlupakan. Dirangkainya menjadi kis

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Erma Yunita

    Siapa sebenarnnya dia? Makhluk apa yang aku nikahi ini? Sudut kanan kepalaku berdenyut. Terdengar suara denging yang amat kencang. Sultan duduk di lantai. Ia menundukkan kepala. Perlahan dengan suara parau laki-laki yang kuanggap penipu itu bercerita.Kisah ini, entah bagaimana bisa terjadi. Begitu mengerikan. Kau perlu mendengarnya. Lalu katakan aku harus apa?***Gadis polos nan cantik,tubuhnya mungil tapi tetap mempesona dengan mata yang berbinar. Orang-orang memanggilnya Ema,padahal nama lengkapnya Erma Yunita. Dia baru saja menikah dengan seorang pria yang tak lain anak dari pembantu di rumah ayahnya dulu. Pernikahan yang ditentang oleh ibunya sendiri. Ia bahkan harus menikmati tendangan, tamparan hingga kehilangan sebagian rambutnya akibat ditarik oleh sang ibu.“Ngopo koe malah nikah karo preman loh Em, opo ora ono lelanang kang luwih apik?”Si ibu kesal. Anaknya menikah dengan seorang man

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Lelaki Venus

    “Wangine...nganggo minyak wangi tho Le?Suara Gareng makin menakutkan. Sultan gemetaran setengah mati. Lelaki ini bau sekali, entah berapa lama ia tak mandi. Kalau dari aroma tubuhnya sepertinya sudah lebih dari satu bulan. Dekil benar penampilannya. Ema segera menarik anaknya yang nampak tak nyaman dipangkuan Gareng. Pria itutersenyum sambil terus memandangi Sultan yang sedang sibuk membantu ibunya.SeminggukemudianGareng datang lagi. Kali ini dia sudah bercukur. Badannya juga wangi, bajunya rapi. Ema terheran-heran melihat rupa Gareng yang baru. Sedang mengincar jandakah pria cungkring ini?Sepertinya tak ada janda atau perawan cantik di sini. Tidak mungkin kalau sudah menikah. Dia pasti sudah berkicau kemana-mana kalauada perempuan dungu yang mau saja dinikahinya.“Rupamu kok lain Mas Gareng? Punya pacar baru?”“Ah, mboten mbak Ema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   AIDA

    Hutang keluarga menumpuk. Bisnis jual beli senjata rakitan ayahSultannyaris terbongkar aparat. Beruntung sudah ditutup. Pak Nanang kini membuka jasa memperbaiki alat elektronikapa sajadi pasar. Penghasilannya tentu jauh dari yang diharapkan. Mobil satu-satunya harus dijual. Warung ibunya juga sudah lama tak beroperasi. Maklum,banyak tetangga yang tidak suka ada penjual minuman keras di daerah mereka.Siapa lagi yang harus membantu perekonomian keluarga,jika bukan Sultan. Widya sudah menikah dan sibuk dengan kembang kempis keuangan keluarganya sendiri yang juga masih seumur jagung. Sedangkan Rara, dia bahkan belum lulus kuliah. Jadilah Sultan yang pontang-panting mencari uang untuk membayar hutang. Pekerjaannya sebagai guru tataboga SMK tentu tidak banyak membantu.Berani sekali Ema,mencari hutangan kepada rentenir untuk membayar hutang cicilan yang lain. Akibatnya, bukan mempermudah keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • His Dark Secrets   Hujan

    Mentari pagi bersinar cerah, musim semi memberi kehangatan di pagi hari menyapa hati yang dingin karena rindu. Udara segar berhembus mengisi paru-paru dengan energi baru. Sejak hari masih gelap, orang-orang sudah berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Munchen memang kota yang sibuk, penduduknya berjalan lebih cepat dua kali lipat dari pada orang-orang di kota Batu.Esok pernikahan Alvin dan Nirmala akan dilangsungkan. Ayana sedang menemani calon pengantin putri itu ke salon hari ini. Aku yang memaksa Nirmala. Dia harus melakukan perawatan terbaik agar besok terlihat cerah. Meski cantik Mala sama sekali tak paham tentang perawatan. Aku masih lebih baik darinya.Alvin berdiri menatap keramaian kota melalui balkon. Hanya dalam hitungan jam dia akan punya istri lagi. Dari sini kita bisa melihat halaman rumah Alvin yang amat luas. Konsep pernikahan ini nantinya pesta kebun. Panitia pesta sedang menghias berbagai sudut halaman dengan ornamen-ornamen ala aristokrat

  • His Dark Secrets   Sirotol Mustaqim

    Harusnya, hidup memberikan kebahagiaan setelah kita terkubur dalam luka. Nyatanya, takdir terlalu rumit untuk ditebak. Aku baru tahu, apa yang dialami Sultan setelah kembali dari menemui pembunuh Adnan. Sebuah cerita yang mengikis sanubari. Mataku tak sanggup menekan air yang tumpah sendiri mendengar kisah darinya.***“Rasakan pembalasanku Sultan. Anakmu mati sama seperti anak-anakku. Aku puas. Maaf, kau pasti kecewa.”Dodi tertawa di hadapan Sultan. Mereka hanya terpisah dengan meja kayu yang berwana cokelat tua. Mata Sultan menatap Dodi dengan kebencian. Giginya berbunyi gemerutuk menahan amarah. Setan apa yang ada di hadapannya ini?“Kau marah? Aku sudah minta tolong padamu. Tapi apa yang kau katakan. Atasi masalahku sendiri, begitu kan?”Tak tahan lagi. Tangan Sultan meninju wajah Dodi tepat mengenai pipi. Tak puas ia menambah pukulan pada dagu pria bertubuh tegap itu. Dodi terjengkang dari kursi. Petugas kepolisi

  • His Dark Secrets   Masih Mencari

    “Ya Allah Mbak Kay, cepetan dikit dong!” Seru Ayana.Dia mulai kesal sejak tadi aku tidak juga selesai mengepak barang-barang yang akan kubawa ke Jerman. Gadis ini sewot sekali, padahal penerbangan masih dua jam lagi. Nampaknya ia terlalu antusias. Aku maklum, ini pertama kalinya kami terbang keluar negeri. Gratis pula. Semua akomodasi sudah dibayar oleh Alvin.“Masih lama kan berangkatnya. Santai aja kali.”“Ih, Mbak Kay kita kan mau belanja oleh-oleh untuk Nirmala. Dia udah enam bulan sekolah di negeri yang gak ada Susu KUD atau Ketan Legendaris.”Ya tentu saja. Jangankan Jerman, rumah ibu di Klaten juga tidak menjual pemanja lidah itu. Ayana bersungut-sungut karena aku nampak tak bersemangat. Akhirnya dia sendiri yang pergi ke alun-alun kota membeli segala oleh-oleh. Aku duduk diam menunggu kendaraan online. Harusnya ini menyenangkan, ini perjalanan yang diimpikan banyak orang. Dulu semangatku menggebu, ketika kabar

  • His Dark Secrets   Keputusan

    Sultan meraih tanganku, aku masih enggan menatapnya. Sejak masalah ini terungkap, aku sudah terlanjur memasang tameng untuk mengacuhkannya. Tapi kini, rasa itu berbalik. Aku merasa tak ingin kehilangan dirinya.“Lihat aku, sebelum kujatuhkan talak. Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?”Kepala ini terasa berat hanya sekadar untuk melihat wajahnya. Sungguh, aku tak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Tanpa mendengar persetujuan dariku ia tetap memelukku erat, sambil terguncang. Wajahnya ia tenggelamkan di bahuku yang membuatnya harus terbungkuk.Aku balas memeluknya, dengan air mata yang sama derasnya. Lama sekali kami saling melepaskan kerinduan. Terkadang rindu bukan hanya karena kita berjauhan, tapi saat kita selalu dekat namun jiwa kita yang saling menjauh.Dia menatapku lekat-lekat. Aku bisa melihat ada harapan, tapi tertahan karena keputusasaan yang lebih menyeruak. Tangannya menyentuh wajahku. Aku tak kuat mengeluarkan sepatah

  • His Dark Secrets   Pembalasan

    Selama ini, tidak ada orang yang bermasalah dengan orang lain. Setahuku, dia bersikap baik kepada siapa saja. Terlepas tentang pengkhianatannya terhadapku. Ungkapan tentang siapa Dodi, membuat jantungku tertusuk. Lukanya masih belum sembuh. Cerita ini memperparah sakitnya. Luka jiwa yang akan selalu melekat dalam ingatan.***“Tan, bisa gak lo ke sini? Gue butuh bantuan lo. Istri gue tahu tentang dunia itu. Dia marah banget Tan?”Sebuah suara menghubungi Sultan yang tengah sibuk mempersiapkan makanan bagi pengunjung restonya. Siang ini ramai benar. Semua kursi penuh, bahkan beberapa orang harus menunggu di luar pintu untuk bisa menempati kursi mana yang baru ditinggalkan pengunjung. Pembicaraan ini sepertinya serius, Sultan beringsut mundur ke dalam ruangan pribadinya.“Terus gue harus apa? Nemuin istri lo berlutut minta maaf. Buat apa?”“Setidaknya lo ke sini, istri gue kabur entah ke mana Tan. Gue bingung,” jaw

  • His Dark Secrets   Pertengkaran

    Malam kian larut. Tidak ada satu orang pun yang beranjak tidur. Wajah-wajah tegang berkumpul di ruang keluarga. Televisi menyala terang menampilkan acara penuh gurau. Tidak ada muatan pendidikan atau nasihat sama sekali. Hanya canda tawa yang tidak lucu.Duduk di sana ibu, ibu mertua, Bapak dan Bapak mertua. Mbak Widya masih di sini bersama suaminya berbincang entah apa. Rara tenggelam dengan musik jaz yang ia dengarkan sendiri. Aku duduk membaca novel karangan ibu. Tak lama terdengar suara pintu diketuk dan seseorang mengucapkan salam. Jam 11 malam, mungkin itu Sultan.Benar. Sultan masuk dengan lunglai. Matanya menatap lantai berwarna merah bata yang licin mengkilap. Semua orang mengamatinya dengan arti yang berbeda. Bapak mertuaku berdiri mendekatinya. Tangannya langsung menghantam pipi kanan Sultan. Bunyinya bak petir. Tak cukup sekali, ada empat kali tamparan bahkan akan terus berlanjut jika saja Mas Salman tidak segera melerai. Ibu dan ibu mertua masing-mas

  • His Dark Secrets   Fakta Baru

    “Adnan, ayo Nak! Cepet! Sarapan, terus pakai sepatu kita berangkat sekolah sebentar lagi!”Kubuka pintu kamar Adnan. Ia tidak ada, mungkin sudah turun ke bawah untuk makan. Aku terus menyebut nama Adnan sambil berlari-lari kecil menuruni anak tangga.“Adnan.”Semua orang di hadapan meja makan menoleh. Ibu, Bapak, ibu dan Bapak mertua, Rara, Mbak Widya, Mas Salman. Mereka menatapku dengan sendu. Jantungku seperti berhenti berdetak. Baru kusadari Adnan tidak mungkin ada di ruang makan, dapur, taman, atau sekolah. Aku jatuh terduduk menutup wajah dengan kedua tangan agar tak nampak air mata yang menetes.Suasana ruang makan hening, hanya terdengar sesekali bunyi air yang diteguk. Tak ada yang bisa makan dengan lahap. Kepergian Adnan yang terlampau tiba-tiba membuat ruang kosong dalam di jiwa. Masing-masing sibuk dengan pikiran dan hanya menatap makanan dengan hampa.“Kalau terus begini sepertinya Adnan akan menyiram

  • His Dark Secrets   Kehilangan

    “Adnan ketemu,” suara berat Alvin seperti cahaya yang membuyarkan kegelapan hari ini. Setelah berjam-jam akhirnya terdengar juga kabar yang lebih terang. Adnan ditemukan.“Di mana anakku,” tanya Sultan.“Di rumah sakit. Ayo!”Alvin mengajakku, tapi Sultan sedang menggenggam erat tanganku.“Aku ikut Mas Sultan aja.”“Ya sudah aku bawa mobil kamu. Kalian ikuti aku.”Apa yang sebenarnya telah terjadi? Adnan ada di rumah sakit, artinya dia mengalami hal buruk. Pikiranku kacau sekali. Bayangan-bayangan perkataan tadi pagi terngiang terus mengisi kepalaku bergantian. Perjalanan ke rumah sakit yang hanya sekitar satu jam terasa seperti bertahun-tahun. Ulu hatiku nyeri membayangkan wajah Adnan yang entah seperti apa sekarang.Sampai di rumah sakit Alvin berjalan cepat. Kami tiba di sebuah ruangan di mana seorang anak kecil tengah terbaring lemah. Kepalanya diperban. Seluruh tub

  • His Dark Secrets   Ke mana Adnan?

    Pagi ini Adnan sibuk dengan peralatan sekolah barunya. Tak terasa dia sudah memasuki Sekolah Dasar. Adnan tumbuh begitu cepat. Dia makin tampan, banyak tetangga yang mendadak suka berfoto dengan Adnan sembari memamerkannya di media sosial. Sejak masih TK, Adnan bahkan sering mendapat hadiah dari teman-teman bermainnya. Dia seperti selebriti kecil di sekolah barunya.“Ibu, Adnan sayang sama Ibu. Ibu Jangan sering nangis ya!”Alisku berkerut. Memang, selama ini Adnan sering melihatku menangis dalam do’a. Kadang tak terasa bulir-bulir perih menetes tanpa sebab. Adnanlah yang selalu ada dan menghibur hati yang sudah tidak berbentuk lagi. Putraku ini kini sudah berusia 7 tahun. Ia berpikir dewasa. Mungkin karena terlalu sering bercakap-cakap dengan Pak Haryono.“Adnan tidak suka melihat Ibu menangis?”“Menangis tidak apa-apa ibu. Kata Kakek menangis akan membuat hati seorang perempuan lega. Tapi, nanti Adnan tidak bisa lagi

DMCA.com Protection Status