Share

Erma Yunita

Author: Kifa Ansu
last update Last Updated: 2021-07-01 12:45:33

Siapa sebenarnnya dia? Makhluk apa yang aku nikahi ini? Sudut kanan kepalaku berdenyut. Terdengar suara denging yang amat kencang. Sultan duduk di lantai. Ia menundukkan kepala. Perlahan dengan suara parau laki-laki yang kuanggap penipu itu bercerita.

Kisah ini, entah bagaimana bisa terjadi. Begitu mengerikan. Kau perlu  mendengarnya. Lalu katakan aku harus apa?

***

Gadis polos nan cantik, tubuhnya mungil tapi tetap mempesona dengan mata yang berbinar. Orang-orang memanggilnya Ema, padahal nama lengkapnya Erma Yunita. Dia baru saja menikah dengan seorang pria yang tak lain anak dari pembantu di rumah ayahnya dulu. Pernikahan yang ditentang oleh ibunya sendiri. Ia bahkan harus menikmati tendangan, tamparan hingga kehilangan sebagian rambutnya akibat ditarik oleh sang ibu.

“Ngopo koe malah nikah karo preman loh Em, opo ora ono lelanang kang luwih apik?”

Si ibu kesal. Anaknya menikah dengan seorang mantan preman pasar Oro Oro Ombo. Tapi apalah daya, cinta yang terjalin antar kedua insan ini begitu hebat. Jangankan ibunya, bahkan langit pun tak akan mampu membendung bara api asmara mereka. Lima tahun perjuangan cinta Ema dan Nanang menunggu restu. Berhubungan secara sembunyi-sembunyi membuat Erma merasa jenuh. Ia putuskan untuk menceritakan segalanya pada sang Emak. Bukan main marahnya Emak Gogon saat itu. Bukan karena ia tak ingin putrinya bahagia, tapi karena ia sudah pernah berada dalam posisi Erma. Mencintai lelaki durjana yang akhirnya meninggalkan dirinya dengan sembilan orang anak.

“Bapakmu Em, Dia itu minggat. Kelakuannya dulu sama persis seperti Nanang bakalanmu itu,” kata Emak Gogon setelah amarahnya mereda.

“Mas Nanang gak gitu Mak. Cintanya besar buat Ema”

Melihat putrinya begitu mencintai preman pasar itu, hati Emak Gogon luluh juga. Baginya sama saja. Mau mantan preman atau preman, tetaplah lantang luntung di jalanan. Ia cuma bisa berdo’a kepada Tuhan, semoga Ema tak bernasib seperti dirinya. Nanang pemuda yang gagah, tubuhnya tinggi tegap dan berkulit sawo matang, ditambah dengan kemampuan bela diri ala preman. Perempuan mana yang tidak luluh?

Pernikahan digelar secara sederhana, tanpa pesta. Tak lupa Sang Bapak yang minggat datang juga ke acara itu. Maklumlah, Ema anak kesayangan. Lagi pula Nanang sudah akrab sejak kecil dengan Bapak yang bernama Pak Imam itu. Entah kenapa namanya Imam, padahal kelakuannya jauh dari seorang imam yang artinya pemimpin. Imam duduk sambil ngudut, merokok dengan rokok yang dibuat sendiri, dibungkus dengan papir, sebuah kertas yang rasanya manis.

Emak Gogon yang pendiam tak pernah bersiul-siul tentang kisah pertengkarannya dengan Pak Imam. Ia sudah menerima takdir dengan bersahaja. Anak-anaknya tak pernah tau masalah apa yang menimpa pernikahan kedua orang tuanya. Hanya tahu Bapak mereka bejat, tukang kawin. Istrinya saja tiga. Dia sekarang tinggal dengan istri ketiganya.

Pernikahan Ema dan Nanang berbilang lima tahun. Anaknya sudah dua, ditambah satu lagi anak angkat. Anak pertamanya bernama Widya, wajahnya mirip dengan Ema, dengan hidung mancung, alis lebat dan mata berbinar. Anak kedua lahir setelah Widya berusia satu tahun. Untung laki-laki, kalau perempuan pasti sudah diserahkan ke orang lain. Ema memberinya nama Sultan. Kehidupan mereka nampak bahagia dan berkecukupan. Nanang pria yang hebat, ia berhasil membelalak mata-mata orang yang menghinanya dulu.

Bayangkan saja. Dari preman pasar saat bujangan, kini sudah berubah menjadi pebisnis. Rumahnya paling bagus, punya mobil. Bahkan Ema dibuatkan warung supaya tidak bosan di rumah. Orang-orang yang melihat kehidupan Ema akan berdecak kagum. Anak-anak hidup senang, bisa jalan-jalan ke mana saja dan membeli mainan apa pun yang diinginkan. Widya, Sultan, dan Rara hidup seperti putra putri raja. Mereka punya pembantu masing-masing.

Tidak ada yang tahu, Nanang bisnis senjata rakitan ilegal. Pembelinya beraneka ragam. Ada yang pemburu, polisi, tentara, bahkan mafia. Nanang tidak peduli. Baginya yang penting ia bisa membungkam mulut kotor keluarga Ema yang pernah menghinanya sebagai orang melarat. Setali dengan suaminya, Ema malah berjualan minuman keras bertajuk warung. Meski ada juga bakso, mie ayam, soto, dan gorengan.

Istidraj, saat orang-orang yang tampak munafik malah bahagia di dunia. Hingga Allah akan menghina dina mereka kelak di akhirat. Ah, tidak sejauh itu. Bahagia mereka tak bertahan lama. Harta yang tidak halal hanya akan menyebabkan petaka. Ke mana larinya harta haram jika bukan mengajak kepada penikmatnya melakukan hal-hal yang haram pula?

Bencana bermula saat Nanang ketahuan bermain perempuan. Bodoh sekali si Nanang itu, perempuan yang jadi selingkuhannya itu buruk rupa. Ema jauh lebih cantik. Selingkuhannya berkulit gelap dengan rambut keriting, giginya serinya pun tinggal satu. Ema geram bukan kepalang. Bukan hanya karena suaminya main perempuan, tapi ia merasa terhina kalah saing dengan perempuan buruk rupa itu.

Kisah pernikahan dua sejoli ini menemui jalan terjal. Keduanya nyaris bercerai. Ema sempat lari ke rumah Pak Imam. Mereka sudah sampai ke pengadilan. Nanang menyesal, bersujud di kaki Ema. Tak ia pedulikan pandangan mata anak-anaknya. Widya memeluk Sultan, sedangkan Rara masih dalam gendongan Ema. Nanang sesenggukan. Buaya memang mudah mengeluarkan air mata.

“Ampun, Bu. Aku janji akan memperbaiki keadaan. Akan setia.”

Perceraian tidak terjadi. Setelah mediasi kedua insan ini mengakhiri masalah demi anak-anak. Lalu, kembali ke rumah dengan damai. Nanang tidak sadar telah menorehkan luka yang dalam di hati Ema. Wanita lugu itu tidak ikhlas dengan perngkhianatan suaminya. Mereka memang berdamai, tapi justru ini awal dari mala petaka yang menyerang rumah tangga keduanya. Hati Ema penuh dendam yang tersembunyi, menyumpahi lelaki yang tidak bisa ia tinggalkan itu.

“Setan. Aku juga bisa jadi setan perempuan. Seenaknya main serong padahal wes tak ewangi nggolek duit. Titenono koe engko!.”

Tak butuh waktu lama, Ema membalas kelakuan Nanang. Ia bermain asmara dengan bujang yang lebih muda darinya. Menghabiskan harta Nanang untuk berkencan dengan laki-laki tak berharga bernama Budi. Budi tak merasa rugi, baginya Ema adalah sumber dana. Lagi pula Ema cantik, meski beranak dua kali, tapi tubuhnya tetap aduhai. Ema mengajak Budi menginap di rumah jika Nanang keluar kota. Widya dan Sultan pun kerap melihat ibunya bermesraan dengan lelaki yang bukan Bapak mereka, tapi bisa apa anak-anak itu.

Perselingkuhan Ema tercium juga oleh Nanang. Tersambar petir telinganya mendengar desas-desus dari tetangga. Ditambah pengakuan kedua anaknya yang masih polos. Tak mungkin anak itu berdusta bukan? Mereka masih sekolah dasar, lugu. Nanang menunggu Ema yang pulang larut malam. Matanya merah penuh amarah. Dilihatnya Ema, sang istri yang masih cantik itu.

“Dari mana kamu? Dandan menor koyo

lonthe,” kata Nanang dengan mata terbelalak.

“Bukan urusanmu. Aku senang-senanglah. Kamu pikir aku ini tahanan yang bisa kamu paksa tinggal di rumah saja mengurusi bocah-bocah bandel. Sedangkan kamu enak-enakan dengan perempuan yang tinggal di desa sebelah itu. Rumangsamu aku ora ngerti?”

Jawaban Ema membuat  Nanang bungkam. Bukan main pasangan ini. Mereka saling main serong satu sama lain. Perang pun terjadi. Kedua sejoli yang tadinya saling memuja kini malah salang mencaci, menghujat, menghina, dan menyerang. Tak terhitung berapa banyak piring melayang, kaca pecah, bahkan pintu yang jebol.  Rumah tangga itu bagai neraka bagi bocah-bocah kecil yang menangis di kamar mereka. Saling memeluk ketakutan. Kasihan jiwa-jiwa itu, mereka tumbuh di bawah tekanan. Setiap hari ketakutan, mendengar teriakan-teriakan saling bersahut dari kedua orang tuanya. Widya memeluk Sultan, mencoba menenangkan adiknya yang menggigil.

***

“Sultan. Ayo sini bantu Ibu cuci sayuran ini, terus potong-potong ya!”

Sultan mengangguk. Anak itu tumbuh tampan. Masih sekolah dasar, tapi pesonanya sudah menyedot perhatian seisi kampung. Sultan rajin membantu Ema menyiapkan dagangan. Di mana ada Ema, di sana pula ada Sultan. Bahkan hingga usia remaja tanggung pun Sultan masih tidur sekamar dengan Ibunya. Ema tak pernah membiarkan ia pergi jauh-jauh. Dijaganya erat-erat anak itu. Dalam pikirannya, pergaulan pemuda bisa menyesatkan.

Sultan jarang bermain dengan anak laki-laki seusianya. Ia malah lebih suka bermain masak-masakan, bongkar pasang, atau rumah-rumahan dengan teman perempuan. Belum lagi teman Widya dan Rara juga banyak yang perempuan. Akhirnya mereka sering main boneka bersama. Lagi pula Sultan juga lebih dekat dengan ibunya, Bapaknya pergi dari subuh dan pulang sudah larut malam.

Lambat laun Sultan mulai menyukai pekerjaan perempuan. Memasaklah favoritnya, dari semua hal yang ia lakukan bersama ibunya. Warung Ema selalu ramai. Sultan sering membantu ibunya melayani pembeli. Beruntung ia tak pernah tertarik pada rokok atau minuman keras. Ibunya mewanti-wanti agar Sultan menjauh dari dua benda itu.

“Ganteng temen putrane niki mba Ema, jan koyo londo,” kata salah seorang pria pengunjung warung.

Pria itu tidak diketahui nama aslinya, tapi orang biasa menyebutnya Gareng. Asap rokok adalah sahabat sejati Gareng. Ia bisa menghabiskan sepuluh bungkus rokok sehari. Tak heran kalau bininya memilih kabur. Tak pernah dapat uang belanja, semua habis untuk beli rokok. Hidup untuk rokok, begitulah falsafah pria setengah baya ini.

Gareng menarik tangan Sultan. Dimintanya bocah kecil itu duduk di pangkuannya. Dia berbicara ngalor-ngidul sambil terus mengisap cerutunya. Sesekali disemburkannya asap itu ke arah Sultan yang langsung terbatuk-batuk. Gareng tertawa, wajah Sultan yang merah dianggapnya lucu. Sultan memang tampak seperti amrad, pria muda berwajah tampan menggemaskan. Orang tua seharusnya waspada pada anak lelaki yang mulai remaja seperti ini. Karena ia mengandung daya tarik yang bisa menyesatkan orang-orang yang berhawa nafsu tinggi lagi menyimpang.

Dalam kitab Dzammul Hawa, seorang ulama bernama Abu Sa’ib mengatakan ia lebih merasa takut seorang ahli ibadah dari terkena fitnah seorang laki-laki berparas indah dibandingkan tujuh puluh gadis. Bahkan ada sebuah riwayat. Suatu ketika Isa Bin Maryam melihat seorang laki-laki yang dibakar api. Beliau mengambil air lalu memadamkan api itu. Namun, api itu kemudian berubah menjadi seorang anak laki-laki dan laki-laki tadi berubah menjadi api yang membakar. Isa pun berdo’a kepada Allah agar mengembalikan kedua orang di hadapannya seperti bagaimana mereka di dunia, supaya beliau bisa bertanya penyebabnya.

Laki-laki itu menjawab, “Wahai Ruh Allah, aku dulu terfitnah ketika di dunia oleh rasa cinta kepada anak laki-laki muda ini dan nafsuku timbul untuk melakukan sodomi terhadapnya. Maka tatkala aku mati, anak laki-laki ini juga mati. Ketika aku menjadi api aku membakarnya, begitupun sebaliknya. Inilah siksa yang akan kami terima sampai hari kiamat nanti.” Naudzubillah summa naudzubillah. Semoga Allah jauhkan hal buruk itu.

Dosa berhubungan intim dengan laki-laki amat berat hukumannya. Bahkan Rasulullah mengatakan dengan jelas bahwa siapa pun yang melakukan perbuatan kaum Luth, maka kedua pelakunya harus dibunuh. Sebab pelaku penyuka sesama jenis akan dengan mudah menularkan hasratnya kepada orang lain.

Bahkan orang yang tadinya seorang heteroseksual bisa berubah menjadi penyuka sesama jenis karena pernah disodomi. Meski tidak semuanya. Bergantung pada ketahanan jiwa individu. Namun, Allah Maha Pengampun bagi mereka yang mau bertaubat nasuha. Rasulullah pun paling takut jika kelak umatnya melakukan perbuatan kaum Luth.

****

Related chapters

  • His Dark Secrets   Lelaki Venus

    “Wangine...nganggo minyak wangi tho Le?Suara Gareng makin menakutkan. Sultan gemetaran setengah mati. Lelaki ini bau sekali, entah berapa lama ia tak mandi. Kalau dari aroma tubuhnya sepertinya sudah lebih dari satu bulan. Dekil benar penampilannya. Ema segera menarik anaknya yang nampak tak nyaman dipangkuan Gareng. Pria itutersenyum sambil terus memandangi Sultan yang sedang sibuk membantu ibunya.SeminggukemudianGareng datang lagi. Kali ini dia sudah bercukur. Badannya juga wangi, bajunya rapi. Ema terheran-heran melihat rupa Gareng yang baru. Sedang mengincar jandakah pria cungkring ini?Sepertinya tak ada janda atau perawan cantik di sini. Tidak mungkin kalau sudah menikah. Dia pasti sudah berkicau kemana-mana kalauada perempuan dungu yang mau saja dinikahinya.“Rupamu kok lain Mas Gareng? Punya pacar baru?”“Ah, mboten mbak Ema

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   AIDA

    Hutang keluarga menumpuk. Bisnis jual beli senjata rakitan ayahSultannyaris terbongkar aparat. Beruntung sudah ditutup. Pak Nanang kini membuka jasa memperbaiki alat elektronikapa sajadi pasar. Penghasilannya tentu jauh dari yang diharapkan. Mobil satu-satunya harus dijual. Warung ibunya juga sudah lama tak beroperasi. Maklum,banyak tetangga yang tidak suka ada penjual minuman keras di daerah mereka.Siapa lagi yang harus membantu perekonomian keluarga,jika bukan Sultan. Widya sudah menikah dan sibuk dengan kembang kempis keuangan keluarganya sendiri yang juga masih seumur jagung. Sedangkan Rara, dia bahkan belum lulus kuliah. Jadilah Sultan yang pontang-panting mencari uang untuk membayar hutang. Pekerjaannya sebagai guru tataboga SMK tentu tidak banyak membantu.Berani sekali Ema,mencari hutangan kepada rentenir untuk membayar hutang cicilan yang lain. Akibatnya, bukan mempermudah keadaan

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Ikhtiar 

    “Sekarang kamu sudah tahu semuanya Kay,” ucapSultan sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamar.Adnan sudah tidur. Aku diam. Mencoba menerka apa yang tengah kualami. Mimpi burukkah? Pernahkan kau merasa seperti berada di dunia lain lalu mencoba tidur dan ingin kembali bangun di duniamu? Tidak! Ternyata inilah duniaku sekarang. Sebuah fase kelam yang entah kapan kan bercahaya. Bahkan untuk berharap pun aku tidak berani.Suara azan memecah suasana. Mengalun lembut menembus kehati. Baru kali ini suara itubegitu membuatku terenyuh. Panggilan Tuhan itu, kenapa baru kusadari sekarang?Air wudu membasuh wajah,dinginnya meresap hingga kedalam pori-pori. Ketika wudu,dosa-dosa kita akan luntur bersama air. Baik sekali Allah bukan? Sesungguhnya bukan air yang membersihkan dosa,tapi ketaatan kita terhadap Allah .Aku harus kuat seperti air,entah apa yang ada dihadapannya

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Bolehkah Berharap?

    Terdengar suara printerbekerja dipagi hari.“Pagi-pagi udah sibuk sama printer.”“Aku mau mengundurkan diri dari kantor. Ingin punya lebih banyak waktu bersamamu.”Entah kenapa jawaban Sultan membuatku tersenyum. Mudah-mudahan dia benar-benar berubah. Ia tampak sibuk dengan pekerjaannya. Aku melangkah ke dapur bermaksud memasak. Ternyata,dimeja sudah tersedia sarapan. Aromanya menggoda.Aku memang lapar, seharian kemarin nafsu makan hilang.“Aku sudah masak, kamu makan duluan aja. Aku mau ke kantor dulu pagi ini sambil belanja keperluan resto. Aku udah kenyang minum teh sama sedikit roti tadi.”“Kamu gak mau sarapan bareng sama aku?”“Aku buru-buru Sayang, Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Sayang? Sudah lama sekali aku tidak mendengar panggilan itu. Hari ini Sultan begitumani

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Kembalinya Masa Lalu 

    Lebih dari setahun berlalu. Usia Adnan juga sudah menyentuhtiga tahun. Ia lucu dan manis. Sultan seperti yang kukira, kebiasaan baiknya beribadah hanya ritual semata. Tak ada ruh di dalamnya. Aku muak melihatnya yang selalu kesiangan salatsubuh.Jika dibangunkan,dia akan bilang “nanti sebentar lagi.” Ia juga sering melambatkan salat isya atau mungkin tidak shalat. Padahal, salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat subuh.Kupilih untuk menyibukkan diri dibutik. Akhir-akhir ini pesanan gaun muslimah semakin meningkat. Aku dan Nirmala sampai kewalahan melayani pesanan yang datang. Mereka tak hanya membeli baju yang sudah tersedia, tapi juga minta dibuatkan gaun pesta yangtidak terkesan glamour.Yah, sebaik-baik pakaian tentu pakaian takwa, yang menutup aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak mencolok. Intinya tidak menarik perhatian.Nirmala sampai berkali-kali pulang

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Teman Baru

    Hari ini pesanan Angela,tunangan Mr. Lucas,seharusnya sudah selesai. Terakhir kemarin tinggal memasang payet. Dua gaun selesai dalam waktu kurang dari dua bulan. Untunglah. Kukira akan meleset dari waktu yang ditentukan. Sampai dibutik,Ayana menatapku dengan wajah yang cemas. Ayana,pegawai baru yang menemani Nirmala, menggigit bibir,matanya memerah.“Kenapa Wajahmu begitu,Na?”“Mbak Kay maaf banget ya. Gaun Bu Angela agak tersayat,tadi jatuh terus kesangkut sama tanaman hias yang disampingnya”“Hah? Astaghfirullah. Rusaknya parah gak? Apa kita harus ngulang bikin lagi. Aduh,aku dah bilang besok bisa diambil lagi.”Gaun berwarna merah itu rusaknya cukup mengerikan. Bisa diperbaiki sebenarnya,hanya saja akan merubah modelnya. Dan kalau diambil besok berarti aku harus menyelesaikannya malam ini. Segera kuhubungi Bude Larsih supaya menjemput Adnan dan mengant

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Menguak Tabir Hitam

    “Bagaimana perkembangan suamimu, Kay?”tanya Umi Ratna melalui telepon.“Aku tidak tahu Umi. Sampai sekarang belum ada bukti kalau dia memang bermain api lagi. Tapi aku merasa ada yang tidak beres. Hari ini dia pulangdari pelatihan. Selama ini sikapnya biasa saja, kami juga akrab, seperti pasangan normal lainnya. Dia kan pandai menyembunyikan sesuatu.”“Ya sudah kamu lihat saja dulu perkembangannya. Tidak gampang mengajak orang kembali kejalan Allah. Apalagi kalau dia sendiri belum berniat. Kamu harus mengetuk hatinya berulang kali,” papar Umi Ratna.Aku tahu beliau berniat menguatkan. Meski sebenarnya Umi Ratna telah lama menyarankan perpisahan. Sebab,analisanya secara hitung-hitungan psikologis menyatakan Sultan memang tidak akan berubah, kemungkinannya kecil sekali. Jika bukan karena Allah sendiri yang menyentuhnya, maka ia akan tetap seperti itu.Yah, Sultan hatinya keras.Bagaimana

    Last Updated : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Jembatan Asa

    Mobil berhenti setelah duapuluh menit melaju kencang. Kini aku berdiri disisi jembatan. Dibawahnya ada sungai yang mengalir. Kupandangi langit yang mulai menampakkan bintang-bintang. Udara dingin berhembus sejak tadi. Meski aku mengenakan pakaian dan jilbab panjang yang menutup tubuh dengan sempurna, tetap saja hawa dingin itu terasa. Terbayang kisah masa lalu.“Terimakasih sudah menerima pinanganku. Sekarang kamu adalah bidadari yang akan menjadi teman hidupku. Batinku merasa damai.”Kalimat pertama yang diucapkan Sultan sesaaat setelah lamaran usai. Jantungku melompat kegirangan. Sekuat tenagamenahan rasa malu saat itu. Keindahan yang kini hanya menjadi ilusi. Bayangan manis dan pahit pun silih berganti. Akukah bidadarimu? Keraguan menggelayut. Bukan, akulah tameng yang sengaja diambil untuk menutupi kebusukan.Jam 10 malam. JembatanKali Lanangsudah sepi. Tiada orang atau kendaraan

    Last Updated : 2021-07-02

Latest chapter

  • His Dark Secrets   Hujan

    Mentari pagi bersinar cerah, musim semi memberi kehangatan di pagi hari menyapa hati yang dingin karena rindu. Udara segar berhembus mengisi paru-paru dengan energi baru. Sejak hari masih gelap, orang-orang sudah berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Munchen memang kota yang sibuk, penduduknya berjalan lebih cepat dua kali lipat dari pada orang-orang di kota Batu.Esok pernikahan Alvin dan Nirmala akan dilangsungkan. Ayana sedang menemani calon pengantin putri itu ke salon hari ini. Aku yang memaksa Nirmala. Dia harus melakukan perawatan terbaik agar besok terlihat cerah. Meski cantik Mala sama sekali tak paham tentang perawatan. Aku masih lebih baik darinya.Alvin berdiri menatap keramaian kota melalui balkon. Hanya dalam hitungan jam dia akan punya istri lagi. Dari sini kita bisa melihat halaman rumah Alvin yang amat luas. Konsep pernikahan ini nantinya pesta kebun. Panitia pesta sedang menghias berbagai sudut halaman dengan ornamen-ornamen ala aristokrat

  • His Dark Secrets   Sirotol Mustaqim

    Harusnya, hidup memberikan kebahagiaan setelah kita terkubur dalam luka. Nyatanya, takdir terlalu rumit untuk ditebak. Aku baru tahu, apa yang dialami Sultan setelah kembali dari menemui pembunuh Adnan. Sebuah cerita yang mengikis sanubari. Mataku tak sanggup menekan air yang tumpah sendiri mendengar kisah darinya.***“Rasakan pembalasanku Sultan. Anakmu mati sama seperti anak-anakku. Aku puas. Maaf, kau pasti kecewa.”Dodi tertawa di hadapan Sultan. Mereka hanya terpisah dengan meja kayu yang berwana cokelat tua. Mata Sultan menatap Dodi dengan kebencian. Giginya berbunyi gemerutuk menahan amarah. Setan apa yang ada di hadapannya ini?“Kau marah? Aku sudah minta tolong padamu. Tapi apa yang kau katakan. Atasi masalahku sendiri, begitu kan?”Tak tahan lagi. Tangan Sultan meninju wajah Dodi tepat mengenai pipi. Tak puas ia menambah pukulan pada dagu pria bertubuh tegap itu. Dodi terjengkang dari kursi. Petugas kepolisi

  • His Dark Secrets   Masih Mencari

    “Ya Allah Mbak Kay, cepetan dikit dong!” Seru Ayana.Dia mulai kesal sejak tadi aku tidak juga selesai mengepak barang-barang yang akan kubawa ke Jerman. Gadis ini sewot sekali, padahal penerbangan masih dua jam lagi. Nampaknya ia terlalu antusias. Aku maklum, ini pertama kalinya kami terbang keluar negeri. Gratis pula. Semua akomodasi sudah dibayar oleh Alvin.“Masih lama kan berangkatnya. Santai aja kali.”“Ih, Mbak Kay kita kan mau belanja oleh-oleh untuk Nirmala. Dia udah enam bulan sekolah di negeri yang gak ada Susu KUD atau Ketan Legendaris.”Ya tentu saja. Jangankan Jerman, rumah ibu di Klaten juga tidak menjual pemanja lidah itu. Ayana bersungut-sungut karena aku nampak tak bersemangat. Akhirnya dia sendiri yang pergi ke alun-alun kota membeli segala oleh-oleh. Aku duduk diam menunggu kendaraan online. Harusnya ini menyenangkan, ini perjalanan yang diimpikan banyak orang. Dulu semangatku menggebu, ketika kabar

  • His Dark Secrets   Keputusan

    Sultan meraih tanganku, aku masih enggan menatapnya. Sejak masalah ini terungkap, aku sudah terlanjur memasang tameng untuk mengacuhkannya. Tapi kini, rasa itu berbalik. Aku merasa tak ingin kehilangan dirinya.“Lihat aku, sebelum kujatuhkan talak. Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?”Kepala ini terasa berat hanya sekadar untuk melihat wajahnya. Sungguh, aku tak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Tanpa mendengar persetujuan dariku ia tetap memelukku erat, sambil terguncang. Wajahnya ia tenggelamkan di bahuku yang membuatnya harus terbungkuk.Aku balas memeluknya, dengan air mata yang sama derasnya. Lama sekali kami saling melepaskan kerinduan. Terkadang rindu bukan hanya karena kita berjauhan, tapi saat kita selalu dekat namun jiwa kita yang saling menjauh.Dia menatapku lekat-lekat. Aku bisa melihat ada harapan, tapi tertahan karena keputusasaan yang lebih menyeruak. Tangannya menyentuh wajahku. Aku tak kuat mengeluarkan sepatah

  • His Dark Secrets   Pembalasan

    Selama ini, tidak ada orang yang bermasalah dengan orang lain. Setahuku, dia bersikap baik kepada siapa saja. Terlepas tentang pengkhianatannya terhadapku. Ungkapan tentang siapa Dodi, membuat jantungku tertusuk. Lukanya masih belum sembuh. Cerita ini memperparah sakitnya. Luka jiwa yang akan selalu melekat dalam ingatan.***“Tan, bisa gak lo ke sini? Gue butuh bantuan lo. Istri gue tahu tentang dunia itu. Dia marah banget Tan?”Sebuah suara menghubungi Sultan yang tengah sibuk mempersiapkan makanan bagi pengunjung restonya. Siang ini ramai benar. Semua kursi penuh, bahkan beberapa orang harus menunggu di luar pintu untuk bisa menempati kursi mana yang baru ditinggalkan pengunjung. Pembicaraan ini sepertinya serius, Sultan beringsut mundur ke dalam ruangan pribadinya.“Terus gue harus apa? Nemuin istri lo berlutut minta maaf. Buat apa?”“Setidaknya lo ke sini, istri gue kabur entah ke mana Tan. Gue bingung,” jaw

  • His Dark Secrets   Pertengkaran

    Malam kian larut. Tidak ada satu orang pun yang beranjak tidur. Wajah-wajah tegang berkumpul di ruang keluarga. Televisi menyala terang menampilkan acara penuh gurau. Tidak ada muatan pendidikan atau nasihat sama sekali. Hanya canda tawa yang tidak lucu.Duduk di sana ibu, ibu mertua, Bapak dan Bapak mertua. Mbak Widya masih di sini bersama suaminya berbincang entah apa. Rara tenggelam dengan musik jaz yang ia dengarkan sendiri. Aku duduk membaca novel karangan ibu. Tak lama terdengar suara pintu diketuk dan seseorang mengucapkan salam. Jam 11 malam, mungkin itu Sultan.Benar. Sultan masuk dengan lunglai. Matanya menatap lantai berwarna merah bata yang licin mengkilap. Semua orang mengamatinya dengan arti yang berbeda. Bapak mertuaku berdiri mendekatinya. Tangannya langsung menghantam pipi kanan Sultan. Bunyinya bak petir. Tak cukup sekali, ada empat kali tamparan bahkan akan terus berlanjut jika saja Mas Salman tidak segera melerai. Ibu dan ibu mertua masing-mas

  • His Dark Secrets   Fakta Baru

    “Adnan, ayo Nak! Cepet! Sarapan, terus pakai sepatu kita berangkat sekolah sebentar lagi!”Kubuka pintu kamar Adnan. Ia tidak ada, mungkin sudah turun ke bawah untuk makan. Aku terus menyebut nama Adnan sambil berlari-lari kecil menuruni anak tangga.“Adnan.”Semua orang di hadapan meja makan menoleh. Ibu, Bapak, ibu dan Bapak mertua, Rara, Mbak Widya, Mas Salman. Mereka menatapku dengan sendu. Jantungku seperti berhenti berdetak. Baru kusadari Adnan tidak mungkin ada di ruang makan, dapur, taman, atau sekolah. Aku jatuh terduduk menutup wajah dengan kedua tangan agar tak nampak air mata yang menetes.Suasana ruang makan hening, hanya terdengar sesekali bunyi air yang diteguk. Tak ada yang bisa makan dengan lahap. Kepergian Adnan yang terlampau tiba-tiba membuat ruang kosong dalam di jiwa. Masing-masing sibuk dengan pikiran dan hanya menatap makanan dengan hampa.“Kalau terus begini sepertinya Adnan akan menyiram

  • His Dark Secrets   Kehilangan

    “Adnan ketemu,” suara berat Alvin seperti cahaya yang membuyarkan kegelapan hari ini. Setelah berjam-jam akhirnya terdengar juga kabar yang lebih terang. Adnan ditemukan.“Di mana anakku,” tanya Sultan.“Di rumah sakit. Ayo!”Alvin mengajakku, tapi Sultan sedang menggenggam erat tanganku.“Aku ikut Mas Sultan aja.”“Ya sudah aku bawa mobil kamu. Kalian ikuti aku.”Apa yang sebenarnya telah terjadi? Adnan ada di rumah sakit, artinya dia mengalami hal buruk. Pikiranku kacau sekali. Bayangan-bayangan perkataan tadi pagi terngiang terus mengisi kepalaku bergantian. Perjalanan ke rumah sakit yang hanya sekitar satu jam terasa seperti bertahun-tahun. Ulu hatiku nyeri membayangkan wajah Adnan yang entah seperti apa sekarang.Sampai di rumah sakit Alvin berjalan cepat. Kami tiba di sebuah ruangan di mana seorang anak kecil tengah terbaring lemah. Kepalanya diperban. Seluruh tub

  • His Dark Secrets   Ke mana Adnan?

    Pagi ini Adnan sibuk dengan peralatan sekolah barunya. Tak terasa dia sudah memasuki Sekolah Dasar. Adnan tumbuh begitu cepat. Dia makin tampan, banyak tetangga yang mendadak suka berfoto dengan Adnan sembari memamerkannya di media sosial. Sejak masih TK, Adnan bahkan sering mendapat hadiah dari teman-teman bermainnya. Dia seperti selebriti kecil di sekolah barunya.“Ibu, Adnan sayang sama Ibu. Ibu Jangan sering nangis ya!”Alisku berkerut. Memang, selama ini Adnan sering melihatku menangis dalam do’a. Kadang tak terasa bulir-bulir perih menetes tanpa sebab. Adnanlah yang selalu ada dan menghibur hati yang sudah tidak berbentuk lagi. Putraku ini kini sudah berusia 7 tahun. Ia berpikir dewasa. Mungkin karena terlalu sering bercakap-cakap dengan Pak Haryono.“Adnan tidak suka melihat Ibu menangis?”“Menangis tidak apa-apa ibu. Kata Kakek menangis akan membuat hati seorang perempuan lega. Tapi, nanti Adnan tidak bisa lagi

DMCA.com Protection Status