Share

Teguran

Penulis: Kifa Ansu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-16 18:31:12

Sultan pulang dengan mata berair. Tangannya bergetar, ia nampak pucat, keringat dingin membasahi keningnya. Tak biasanya ia terlihat begitu takut. Apa dia baru saja melihat neraka? Aku harap begitu. Mungkin Allah tunjukkan sesuatu yang membuatnya menggigil. Malaikat maut mungkin.


“Mas, ada apa?”


Dia melihat kearahku.


“Cak Boby meninggal Kay, teman-teman bilang kecelakaan. Kata orang yang nemuin jenazahnya, dia seperti habis dirampok.”


“Astaghfirullahaladzim.” Aku berseru. Bulu kudukku berdiri, jantung melompat semaunya.


Menurut cerita Sultan, Cak Boby sedang dalam perjalanan ke Malang. Seseorang menemukan jasadnya berada di tengah perkebunan milik salah satu warga. Ada banyak luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Beberapa orang dimintai keterangan, termasuk orang yang punya hubungan dekat dengan Cak Boby. Sultan dan teman-temannya juga dihubungi oleh polisi. 


Sore ini Sultan akan ke Malang melihat jenazah Cak Boby yang sekarang sedang ada di rumah sakit. Aku tidak ikut. Hanya memantau dari televisi dan dari cerita Sultan saja. Kasus kematian Cak Boby terbilang mengejutkan dan banyak kejanggalan. Sebelum berita nas itu terdengar, konon Cak Boby masih berikirm pesan dengan Mbak Ulya.


Aku baru tahu dari Sultan kalau Cak Boby dan Mbak Ulya berada dalam masalah. Pernikahan mereka diguncang prahara. Mbak Ulya sedang mengurus surat pindah kembali ke kampung halamannya. Sedangkan kini, Cak Boby juga pulang ke rumah orang tuanya. Pasangan itu akan bercerai. Awalnya aku menduga karena mereka tak juga punya keturunan. Tapi itu salah besar. Ternyata, Mbak Ulya menghadapi kehidupan yang rumit.


Jasad Cak Boby dibawa ke rumah duka setelah selesai diotopsi. Mbak Ulya duduk di samping jasad Cak Boby.

Perempuan berhidung mancung itu membaca Al Qur’an sepanjang berada di sana, tanpa kata tanpa air mata. Hanya wajah muram dan pasrah yang nampak jelas terlihat. Matanya terbungkus dengan kacamata, tapi kesedihan mendalam tetap terpancar dari raut mukanya. Ia melangkah gontai meninggalkan jasad suaminya, dibantu oleh kerabat.


“Turut berduka cita ya Mbak Ulya, Semoga Allah memberi tempat yang terbaik bagi  Almarhum.”


“Makasih Kay dan Sultan, Aammiin.”


Sultan masih terus berasa di sisi jasad teman baiknya itu.  Aku tidak masuk, karena ada Adnan dalam gendongan. Di dalam tampak Sultan yang tengah menangis tersedu di hadapan jenazah Cak Boby. Cak Boby seperti saudara baginya. Meski mereka jarang berjumpa. Pertemanan yang memasuki usia lebih dari lima tahun, cukup membuat ikatan mereka begitu erat. 


Kami pulang pukul 10 malam. Sultan dimintai keterangan cukup lama oleh petugas kepolisian. Kabarnya, ia akan dimintai keterangan lagi hari berikutnya. Beberapa teman Cak Boby yang lain juga dimintai keterangan. Saat kami pulang mereka masih dalam proses tanya jawab dengan pihak yang berwajib. Cak Boby kehilangan ponsel, tapi dompet berikut uang  masih ada di saku celana. Selain itu, menurut keterangan keluarga Cak Boby pergi menggunakan motor yang kali ini masih dicari polisi.

***

Satu minggu setelah penyelidikan polisi menemukan pembunuh dari Cak Boby. Ternyata bukan begal. Mereka adalah rekan kerja Cak Boby. Yah, Cak Boby bekerja sebagai penyanyi. Pekerjaan yang juga menjadi hobinya. Sayangnya ia memilih bernyanyi dalam sebuah club malam. Mengejutkan bukan? Seorang yang tadinya sebagai kepala sebuah Lembaga Zakat Islam memilih menjadi penyanyi club malam. Bagaimana bisa? 

Seorang pria muda berusia 18 tahun bernama Miko, yang satunya berusia 30 tahun bernama Angga, mereka berdua pelaku pembunuhan terhadap Cak Boby.


Miko, Angga dan Cak Boby terlibat pertengkaran hebat sebelumnya. Kedua orang itu membawa Cak Boby ke kebun warga lalu menghajarnya. Terakhir, kepala Cak Boby dihantam dengan batang kayu besar. Kematian Cak Boby diperkirakan terjadi lima jam setelah pemukulan dilakukan.


Motif yang melatarbelakangi pembunuhan ini karena dendam. Miko mengaku pernah dipaksa menjadi budak nafsu Cak Boby yang ternyata penyuka sesama jenis. Namun Cak Boby berkelit, ia mengaku melakukan hubungan terlarang itu atas dasar mau sama mau. 


Mereka cekcok hebat saat diclub hingga petugas club mengusir ketiganya. Dengan mengendarai satu sepeda motor, Cak Boby dibawa ketempat sepi lalu dihajar habis-habisan. Setelah tak beradaya pria berkulit cokelat itu ditinggal sendirian. Keesokan paginya seorang warga yang sedang mengunjungi kebunnya melihat tubuh Cak Boby tergolek tak berdaya.


Berita ini menghentak berbagai pihak. Terutama keluarga Cak Boby yang memang dikenal keluarga baik-baik selama ini. Bahkan Ayahnya dulu seorang uztad di kampung tempat mereka tinggal. Meski, Ayah Cak Boby meninggal sejak ia masih kecil, tapi rasa hormat masyarakat daerah tempat mereka tinggal masih tinggi.


Cak Boby tinggal dengan ibu dan kakak perempuannya. Hingga kini ibu Cak Boby juga tidak menikah lagi. Kasus ini pasti membuat ibunya Cak Boby tertekan ditambah dengan berbagai pemberitaan miring yang mengiringi kepergian anaknya.


Dari cerita yang beredar Cak Boby sosok yang baik, disegani, dan mudah bergaul. Ia juga nampak rajin beribadah dan aktif dalam organisasi keagamaan. Pernikahannya dengan Mbak Ulya yang sudah empat tahun ini memang belum menghasilkan keturunan, tapi tidak ada orang yang mengira bahwa ia seorang gay. Mbak Ulya secara rapi dan halus menutupi aib suaminya. Sampai Allah yang berikan jalan keluar secara nyata untuk dirinya. Sebuah pengorbanan yang panjang dan berliku.


“Aku gak percaya berita ini.” Kata Sultan sambil menatap nanar pada koran yang ia baca pagi ini.


Aku bergidik membaca berita dari koran yang diberikan sultan kepadaku.


“Pelaku Dendam Karena Pernah Disodomi Korban.”


Judul yang menampar. Kalimat demi kalimat kubaca perlahan sambil membayangkan sosok Cak Boby. Tampak sekilas memang Cak Boby seperti pria lainnya. Jika ditelisik lebih jauh, meski berkulit gelap Cak Boby memang orang yang rajin merawat diri. Penampilannya modis dan wangi. Entah kenapa aku merasa yakin jika berita ini benar.


“Mbak Ulya hebat. Bagaimana ia bisa menjalani hidupnya selama ini,” aku menggumam perlahan.


Kasus ini berakhir dengan kedua pelaku pembunuhan itu dipenjara lima belas tahun. Murah sekali bukan harga nyawa di dunia ini? Padahal luka yang mereka perbuat sangat dalam bagi keluarga korban. Tapi apalah daya, negara sudah mengaturnya dalam undang-undang tentang hukuman yang sesuai bagi pelaku kejahatan sesuai dengan perhitungan praktisi hukum. 


Sisanya serahkan kepada Allah yang lebih tahu hukuman apa yang pantas bagi kejahatan sebesar itu. Tunggu dulu! Jika pengakuan penjahat itu benar, alangkah mengerikan dunia yang digeluti Cak Boby. Naudzubillah.

***


Pelangggan mulai ramai, hari ini saja aku kewalahan menangani pesanan. Sepertinya aku perlu asisten. Beruntung sekali aku pernah belajar menjahit saat masih SMA dulu. Nenekku seorang penjahit di Klaten. Dari sana aku sering membantunya menyelesaikan jahitan yang terkadang harus membuat kami lembur hingga tengah malam. Saat SMA aku tinggal bersama nenek dan seminggu sekali pulang ke rumah orang tua. Jarak sekolah lebih dekat ke rumah nenek. Jadi, aku tinggal bersama nenek sembari membantunya.


Samar-samar aku mendengar suara sumbang dari dalam kamar setelah pulang dari butik. Kuintip pintu kamar, Sultan tengah membaca Alqur’an. Alhamdulillah. Mungkini ini efek dari kejadian buruk yang menimpa sahabatnya tempo hari. Aku tersenyum mengucap syukur dari hati yang paling dalam. Oh Allah, ini yang ingin kulihat selama ini. Damai sekali melihat orang tersayang dekat dengan-Nya. Mungkinkah ini saat di mana keluargaku akan menjadi sakinah?


Dalam hati do’a-do’aku terus mengalir bersama dengan rasa syukur. Jiwaku merasa tengan melihat apa yang tengah ada di hadapanku ini. Indah bagai mentari senja yang berkilauan. Memancarkan keteduhan yang merasuk kedalam sanubari. Rumah terasa tentram, udara menjadi lebih segar, kabut perlahan menghilang dari pandanganku. Setitik harapan akan keluarga impian mulai bersemi. Musim semi di Inggris pun tak seindah harapanku.


Sultan rajin ke Masjid. Ia berusaha selalu shalat berjamaah saat Isya begitu juga dengan Subuh. Ia juga rajin membaca Alqur’an bahkan sehari satu juz. Pria berkulit kuning langsat itu ikut program mengaji yang diadakan oleh grup teman-teman kantornya. Melihat suami yang berubah begini siapa yang tidak bahagia? Allah tengah membuka hatinya. Perlahan wajahnya mulai bercahaya, setidaknya begitu yang nampak.


Aku tidak lagi khawatir meski Sultan sering pulang malam. Suamiku itu mengaji bersama dengan orang-orang yang sholeh di Masjid dekat rumah. Ia berkumpul dengan pemuda dan para da’i yang sedang mengadakan kajian. 

Sultan seperti ini yang kuharapkan, bahagiaku adalah saat melihat ia mendekati-Nya.


Keinginan sederhana ini memang menuntut kesabaran yang panjang. Sayangnya aku sering kalah, terkadang aku merah-marah pada-Nya. Iman yang naik turun begitu juga dengan kesabaran yang kerap menipis. Nampaknya, aku mulai menemukan cahaya kembali. Alhamdulillah.


Sayang, ternyata aku terlalu dini untuk merasa bahagia. Ini belum selesai.

****

Bab terkait

  • His Dark Secrets   Penyelidikan

    Masih terbesit harapan, jika kelak dinding antara aku dan Sultan akan hilang. Kabut gelap dalam rumah tangga kami musnah diterpa badai kasih sayang. Kenyataan tidak semudah yang kubayangkan. Kabut itu muncul dan menghilang semaunya. Membuat harapanku terombang-ambing tiada arah. Bahkan pelabuhan sakinah, mawaddah, warohmah itu tak jua nampak. Setelah kurang lebih dua bulan aku melihatnya berjibaku dengan ayat-ayat-Nya, kini ia kembali lagi seperti dulu. Lupa pada-Nya. Al qur’an ia tinggalkan, tak pernah lagi shalat jama’ah dan kembali mesra dengan ponselnya. Yang membuatku makin merana, benda berwarna hitam itupun ia kunci lagi. Aku menghela nafas. Duhai Sang Penjaga Hati, sudikah kiranya Kau mendengarkan keluh kesahku. Aku tahu Engkau punya banyak urusan. Tapi, aku hanya punya Engkau. Siapakah yang bisa membantuku kecuali Engkau. Aku memang hanya berbelit pada prasangkaku. Tapi aku tahu ini datang dari-Mu. Setiap detik yang kulalui t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Pengakuan

    Tiktok tik tok.Jam dinding bergerak sama seperti kemarin. Detik, menit, jam terasa lebih lama. Ah,bencinya menunggu. Rasa kesemutan menjalar di kaki. Air mata mengering menyisakan pedih mengikis jiwa. Gemetaran pun mulai mereda. Batinku menguat seperti palu baja guna menghantam pendusta. Sejak tadi pikiranku sibuk menyiapkan kata-kata terpedas untuk Sultan. Semoga dia tersayat,seperti aku.Aliran udaraberderu cepat,naik turun tak beraturan. Sumpah serapah bergema ditelinga, entah siapa yang membisikkannya. Sultan jadi buruk sekali. Lebih mengerikandaripada babi hutan yang berkubang dengan kotorannya sendiri. Otakku mendidih. Tanganku menggengam menahan amarah yang sudah sampai ubun-ubun. Tak tahu bagaimana rupaku kini. Aku bagai iblis yang siap memanah Adam dengan api neraka.Setan pandai sekali menyusup kedalam hati. Ia tampakkan segala keburukan Sultan, bahkan yang sudah lama terlupakan. Dirangkainya menjadi kis

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Erma Yunita

    Siapa sebenarnnya dia? Makhluk apa yang aku nikahi ini? Sudut kanan kepalaku berdenyut. Terdengar suara denging yang amat kencang. Sultan duduk di lantai. Ia menundukkan kepala. Perlahan dengan suara parau laki-laki yang kuanggap penipu itu bercerita.Kisah ini, entah bagaimana bisa terjadi. Begitu mengerikan. Kau perlu mendengarnya. Lalu katakan aku harus apa?***Gadis polos nan cantik,tubuhnya mungil tapi tetap mempesona dengan mata yang berbinar. Orang-orang memanggilnya Ema,padahal nama lengkapnya Erma Yunita. Dia baru saja menikah dengan seorang pria yang tak lain anak dari pembantu di rumah ayahnya dulu. Pernikahan yang ditentang oleh ibunya sendiri. Ia bahkan harus menikmati tendangan, tamparan hingga kehilangan sebagian rambutnya akibat ditarik oleh sang ibu.“Ngopo koe malah nikah karo preman loh Em, opo ora ono lelanang kang luwih apik?”Si ibu kesal. Anaknya menikah dengan seorang man

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Lelaki Venus

    “Wangine...nganggo minyak wangi tho Le?Suara Gareng makin menakutkan. Sultan gemetaran setengah mati. Lelaki ini bau sekali, entah berapa lama ia tak mandi. Kalau dari aroma tubuhnya sepertinya sudah lebih dari satu bulan. Dekil benar penampilannya. Ema segera menarik anaknya yang nampak tak nyaman dipangkuan Gareng. Pria itutersenyum sambil terus memandangi Sultan yang sedang sibuk membantu ibunya.SeminggukemudianGareng datang lagi. Kali ini dia sudah bercukur. Badannya juga wangi, bajunya rapi. Ema terheran-heran melihat rupa Gareng yang baru. Sedang mengincar jandakah pria cungkring ini?Sepertinya tak ada janda atau perawan cantik di sini. Tidak mungkin kalau sudah menikah. Dia pasti sudah berkicau kemana-mana kalauada perempuan dungu yang mau saja dinikahinya.“Rupamu kok lain Mas Gareng? Punya pacar baru?”“Ah, mboten mbak Ema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   AIDA

    Hutang keluarga menumpuk. Bisnis jual beli senjata rakitan ayahSultannyaris terbongkar aparat. Beruntung sudah ditutup. Pak Nanang kini membuka jasa memperbaiki alat elektronikapa sajadi pasar. Penghasilannya tentu jauh dari yang diharapkan. Mobil satu-satunya harus dijual. Warung ibunya juga sudah lama tak beroperasi. Maklum,banyak tetangga yang tidak suka ada penjual minuman keras di daerah mereka.Siapa lagi yang harus membantu perekonomian keluarga,jika bukan Sultan. Widya sudah menikah dan sibuk dengan kembang kempis keuangan keluarganya sendiri yang juga masih seumur jagung. Sedangkan Rara, dia bahkan belum lulus kuliah. Jadilah Sultan yang pontang-panting mencari uang untuk membayar hutang. Pekerjaannya sebagai guru tataboga SMK tentu tidak banyak membantu.Berani sekali Ema,mencari hutangan kepada rentenir untuk membayar hutang cicilan yang lain. Akibatnya, bukan mempermudah keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Ikhtiar 

    “Sekarang kamu sudah tahu semuanya Kay,” ucapSultan sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamar.Adnan sudah tidur. Aku diam. Mencoba menerka apa yang tengah kualami. Mimpi burukkah? Pernahkan kau merasa seperti berada di dunia lain lalu mencoba tidur dan ingin kembali bangun di duniamu? Tidak! Ternyata inilah duniaku sekarang. Sebuah fase kelam yang entah kapan kan bercahaya. Bahkan untuk berharap pun aku tidak berani.Suara azan memecah suasana. Mengalun lembut menembus kehati. Baru kali ini suara itubegitu membuatku terenyuh. Panggilan Tuhan itu, kenapa baru kusadari sekarang?Air wudu membasuh wajah,dinginnya meresap hingga kedalam pori-pori. Ketika wudu,dosa-dosa kita akan luntur bersama air. Baik sekali Allah bukan? Sesungguhnya bukan air yang membersihkan dosa,tapi ketaatan kita terhadap Allah .Aku harus kuat seperti air,entah apa yang ada dihadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Bolehkah Berharap?

    Terdengar suara printerbekerja dipagi hari.“Pagi-pagi udah sibuk sama printer.”“Aku mau mengundurkan diri dari kantor. Ingin punya lebih banyak waktu bersamamu.”Entah kenapa jawaban Sultan membuatku tersenyum. Mudah-mudahan dia benar-benar berubah. Ia tampak sibuk dengan pekerjaannya. Aku melangkah ke dapur bermaksud memasak. Ternyata,dimeja sudah tersedia sarapan. Aromanya menggoda.Aku memang lapar, seharian kemarin nafsu makan hilang.“Aku sudah masak, kamu makan duluan aja. Aku mau ke kantor dulu pagi ini sambil belanja keperluan resto. Aku udah kenyang minum teh sama sedikit roti tadi.”“Kamu gak mau sarapan bareng sama aku?”“Aku buru-buru Sayang, Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Sayang? Sudah lama sekali aku tidak mendengar panggilan itu. Hari ini Sultan begitumani

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Kembalinya Masa Lalu 

    Lebih dari setahun berlalu. Usia Adnan juga sudah menyentuhtiga tahun. Ia lucu dan manis. Sultan seperti yang kukira, kebiasaan baiknya beribadah hanya ritual semata. Tak ada ruh di dalamnya. Aku muak melihatnya yang selalu kesiangan salatsubuh.Jika dibangunkan,dia akan bilang “nanti sebentar lagi.” Ia juga sering melambatkan salat isya atau mungkin tidak shalat. Padahal, salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat subuh.Kupilih untuk menyibukkan diri dibutik. Akhir-akhir ini pesanan gaun muslimah semakin meningkat. Aku dan Nirmala sampai kewalahan melayani pesanan yang datang. Mereka tak hanya membeli baju yang sudah tersedia, tapi juga minta dibuatkan gaun pesta yangtidak terkesan glamour.Yah, sebaik-baik pakaian tentu pakaian takwa, yang menutup aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak mencolok. Intinya tidak menarik perhatian.Nirmala sampai berkali-kali pulang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • His Dark Secrets   Hujan

    Mentari pagi bersinar cerah, musim semi memberi kehangatan di pagi hari menyapa hati yang dingin karena rindu. Udara segar berhembus mengisi paru-paru dengan energi baru. Sejak hari masih gelap, orang-orang sudah berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Munchen memang kota yang sibuk, penduduknya berjalan lebih cepat dua kali lipat dari pada orang-orang di kota Batu.Esok pernikahan Alvin dan Nirmala akan dilangsungkan. Ayana sedang menemani calon pengantin putri itu ke salon hari ini. Aku yang memaksa Nirmala. Dia harus melakukan perawatan terbaik agar besok terlihat cerah. Meski cantik Mala sama sekali tak paham tentang perawatan. Aku masih lebih baik darinya.Alvin berdiri menatap keramaian kota melalui balkon. Hanya dalam hitungan jam dia akan punya istri lagi. Dari sini kita bisa melihat halaman rumah Alvin yang amat luas. Konsep pernikahan ini nantinya pesta kebun. Panitia pesta sedang menghias berbagai sudut halaman dengan ornamen-ornamen ala aristokrat

  • His Dark Secrets   Sirotol Mustaqim

    Harusnya, hidup memberikan kebahagiaan setelah kita terkubur dalam luka. Nyatanya, takdir terlalu rumit untuk ditebak. Aku baru tahu, apa yang dialami Sultan setelah kembali dari menemui pembunuh Adnan. Sebuah cerita yang mengikis sanubari. Mataku tak sanggup menekan air yang tumpah sendiri mendengar kisah darinya.***“Rasakan pembalasanku Sultan. Anakmu mati sama seperti anak-anakku. Aku puas. Maaf, kau pasti kecewa.”Dodi tertawa di hadapan Sultan. Mereka hanya terpisah dengan meja kayu yang berwana cokelat tua. Mata Sultan menatap Dodi dengan kebencian. Giginya berbunyi gemerutuk menahan amarah. Setan apa yang ada di hadapannya ini?“Kau marah? Aku sudah minta tolong padamu. Tapi apa yang kau katakan. Atasi masalahku sendiri, begitu kan?”Tak tahan lagi. Tangan Sultan meninju wajah Dodi tepat mengenai pipi. Tak puas ia menambah pukulan pada dagu pria bertubuh tegap itu. Dodi terjengkang dari kursi. Petugas kepolisi

  • His Dark Secrets   Masih Mencari

    “Ya Allah Mbak Kay, cepetan dikit dong!” Seru Ayana.Dia mulai kesal sejak tadi aku tidak juga selesai mengepak barang-barang yang akan kubawa ke Jerman. Gadis ini sewot sekali, padahal penerbangan masih dua jam lagi. Nampaknya ia terlalu antusias. Aku maklum, ini pertama kalinya kami terbang keluar negeri. Gratis pula. Semua akomodasi sudah dibayar oleh Alvin.“Masih lama kan berangkatnya. Santai aja kali.”“Ih, Mbak Kay kita kan mau belanja oleh-oleh untuk Nirmala. Dia udah enam bulan sekolah di negeri yang gak ada Susu KUD atau Ketan Legendaris.”Ya tentu saja. Jangankan Jerman, rumah ibu di Klaten juga tidak menjual pemanja lidah itu. Ayana bersungut-sungut karena aku nampak tak bersemangat. Akhirnya dia sendiri yang pergi ke alun-alun kota membeli segala oleh-oleh. Aku duduk diam menunggu kendaraan online. Harusnya ini menyenangkan, ini perjalanan yang diimpikan banyak orang. Dulu semangatku menggebu, ketika kabar

  • His Dark Secrets   Keputusan

    Sultan meraih tanganku, aku masih enggan menatapnya. Sejak masalah ini terungkap, aku sudah terlanjur memasang tameng untuk mengacuhkannya. Tapi kini, rasa itu berbalik. Aku merasa tak ingin kehilangan dirinya.“Lihat aku, sebelum kujatuhkan talak. Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?”Kepala ini terasa berat hanya sekadar untuk melihat wajahnya. Sungguh, aku tak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Tanpa mendengar persetujuan dariku ia tetap memelukku erat, sambil terguncang. Wajahnya ia tenggelamkan di bahuku yang membuatnya harus terbungkuk.Aku balas memeluknya, dengan air mata yang sama derasnya. Lama sekali kami saling melepaskan kerinduan. Terkadang rindu bukan hanya karena kita berjauhan, tapi saat kita selalu dekat namun jiwa kita yang saling menjauh.Dia menatapku lekat-lekat. Aku bisa melihat ada harapan, tapi tertahan karena keputusasaan yang lebih menyeruak. Tangannya menyentuh wajahku. Aku tak kuat mengeluarkan sepatah

  • His Dark Secrets   Pembalasan

    Selama ini, tidak ada orang yang bermasalah dengan orang lain. Setahuku, dia bersikap baik kepada siapa saja. Terlepas tentang pengkhianatannya terhadapku. Ungkapan tentang siapa Dodi, membuat jantungku tertusuk. Lukanya masih belum sembuh. Cerita ini memperparah sakitnya. Luka jiwa yang akan selalu melekat dalam ingatan.***“Tan, bisa gak lo ke sini? Gue butuh bantuan lo. Istri gue tahu tentang dunia itu. Dia marah banget Tan?”Sebuah suara menghubungi Sultan yang tengah sibuk mempersiapkan makanan bagi pengunjung restonya. Siang ini ramai benar. Semua kursi penuh, bahkan beberapa orang harus menunggu di luar pintu untuk bisa menempati kursi mana yang baru ditinggalkan pengunjung. Pembicaraan ini sepertinya serius, Sultan beringsut mundur ke dalam ruangan pribadinya.“Terus gue harus apa? Nemuin istri lo berlutut minta maaf. Buat apa?”“Setidaknya lo ke sini, istri gue kabur entah ke mana Tan. Gue bingung,” jaw

  • His Dark Secrets   Pertengkaran

    Malam kian larut. Tidak ada satu orang pun yang beranjak tidur. Wajah-wajah tegang berkumpul di ruang keluarga. Televisi menyala terang menampilkan acara penuh gurau. Tidak ada muatan pendidikan atau nasihat sama sekali. Hanya canda tawa yang tidak lucu.Duduk di sana ibu, ibu mertua, Bapak dan Bapak mertua. Mbak Widya masih di sini bersama suaminya berbincang entah apa. Rara tenggelam dengan musik jaz yang ia dengarkan sendiri. Aku duduk membaca novel karangan ibu. Tak lama terdengar suara pintu diketuk dan seseorang mengucapkan salam. Jam 11 malam, mungkin itu Sultan.Benar. Sultan masuk dengan lunglai. Matanya menatap lantai berwarna merah bata yang licin mengkilap. Semua orang mengamatinya dengan arti yang berbeda. Bapak mertuaku berdiri mendekatinya. Tangannya langsung menghantam pipi kanan Sultan. Bunyinya bak petir. Tak cukup sekali, ada empat kali tamparan bahkan akan terus berlanjut jika saja Mas Salman tidak segera melerai. Ibu dan ibu mertua masing-mas

  • His Dark Secrets   Fakta Baru

    “Adnan, ayo Nak! Cepet! Sarapan, terus pakai sepatu kita berangkat sekolah sebentar lagi!”Kubuka pintu kamar Adnan. Ia tidak ada, mungkin sudah turun ke bawah untuk makan. Aku terus menyebut nama Adnan sambil berlari-lari kecil menuruni anak tangga.“Adnan.”Semua orang di hadapan meja makan menoleh. Ibu, Bapak, ibu dan Bapak mertua, Rara, Mbak Widya, Mas Salman. Mereka menatapku dengan sendu. Jantungku seperti berhenti berdetak. Baru kusadari Adnan tidak mungkin ada di ruang makan, dapur, taman, atau sekolah. Aku jatuh terduduk menutup wajah dengan kedua tangan agar tak nampak air mata yang menetes.Suasana ruang makan hening, hanya terdengar sesekali bunyi air yang diteguk. Tak ada yang bisa makan dengan lahap. Kepergian Adnan yang terlampau tiba-tiba membuat ruang kosong dalam di jiwa. Masing-masing sibuk dengan pikiran dan hanya menatap makanan dengan hampa.“Kalau terus begini sepertinya Adnan akan menyiram

  • His Dark Secrets   Kehilangan

    “Adnan ketemu,” suara berat Alvin seperti cahaya yang membuyarkan kegelapan hari ini. Setelah berjam-jam akhirnya terdengar juga kabar yang lebih terang. Adnan ditemukan.“Di mana anakku,” tanya Sultan.“Di rumah sakit. Ayo!”Alvin mengajakku, tapi Sultan sedang menggenggam erat tanganku.“Aku ikut Mas Sultan aja.”“Ya sudah aku bawa mobil kamu. Kalian ikuti aku.”Apa yang sebenarnya telah terjadi? Adnan ada di rumah sakit, artinya dia mengalami hal buruk. Pikiranku kacau sekali. Bayangan-bayangan perkataan tadi pagi terngiang terus mengisi kepalaku bergantian. Perjalanan ke rumah sakit yang hanya sekitar satu jam terasa seperti bertahun-tahun. Ulu hatiku nyeri membayangkan wajah Adnan yang entah seperti apa sekarang.Sampai di rumah sakit Alvin berjalan cepat. Kami tiba di sebuah ruangan di mana seorang anak kecil tengah terbaring lemah. Kepalanya diperban. Seluruh tub

  • His Dark Secrets   Ke mana Adnan?

    Pagi ini Adnan sibuk dengan peralatan sekolah barunya. Tak terasa dia sudah memasuki Sekolah Dasar. Adnan tumbuh begitu cepat. Dia makin tampan, banyak tetangga yang mendadak suka berfoto dengan Adnan sembari memamerkannya di media sosial. Sejak masih TK, Adnan bahkan sering mendapat hadiah dari teman-teman bermainnya. Dia seperti selebriti kecil di sekolah barunya.“Ibu, Adnan sayang sama Ibu. Ibu Jangan sering nangis ya!”Alisku berkerut. Memang, selama ini Adnan sering melihatku menangis dalam do’a. Kadang tak terasa bulir-bulir perih menetes tanpa sebab. Adnanlah yang selalu ada dan menghibur hati yang sudah tidak berbentuk lagi. Putraku ini kini sudah berusia 7 tahun. Ia berpikir dewasa. Mungkin karena terlalu sering bercakap-cakap dengan Pak Haryono.“Adnan tidak suka melihat Ibu menangis?”“Menangis tidak apa-apa ibu. Kata Kakek menangis akan membuat hati seorang perempuan lega. Tapi, nanti Adnan tidak bisa lagi

DMCA.com Protection Status