Share

Sahabat Lama

Penulis: Kifa Ansu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 14:40:01

Sultan mengajakku berlibur, kali ini kami mengunjungi Alun Alun Kota Batu. Kalau dari tempat tinggal kami sekitar 4,5 km. Bisa ditempuh selama kurang lebih 15 menit menggunakan mobil pribadi. Dengan kondisi jalan yang mulus, perjalanan terasa nyaman. Apalagi untukku yang sedang hamil sembilan bulan. Alun-alun ini selalu ramai, terutama saat akhir pekan.

 

“Akhir-akhir ini kan kamu sering murung. Itu gak bagus untuk ibu hamil. Makanya aku ajak kamu jalan-jalan biar seneng.” Sultan tersenyum merekah, membuat lesung pipinya tampak jelas. 

 

Aku menjawabnya dengan senyum datar. Dia menggandeng tanganku berjalan-jalan. Tidak ada pungutan biaya masuk. Ada tempat yang bersaing keindahannya dengan Alun Alun Kota Batu ini namanya Taman Selecta. Kami sudah pernah ke sana saat pertama kali ke Kota Batu. Di sini ada banyak spot unik untuk berfoto.

 

Ruang informasi alun-alun bentuknya menyerupai stoberi, gedung toiletnya saja berbentuk apel. Jika membawa anak-anak, ada tempat bermain untuk mereka juga. Nah, daya tarik utama alun-alun ini ada pada bianglalanya yang super besar. Untuk bisa menaikinya, kita hanya akan diminta membayar murah, seperti biaya parkir di Jakarta. Murah sekali bukan?Dari bianglala kita bisa melihat keramaian kota ketika sedang berada di puncak.

 

Saat berjalan mengelilingi taman, kami bertemu dengan sahabat lama Sultan Namanya Cak Boby. Orang yang dulu pernah satu tim dengan Sultan saat menjelajah lautan. Yah, Sultan pernah menjadi tim kapal pesiar atau Cruise. Cruise itu mengarungi samudra ke berbagai negara di dunia. Sultan juga pandai berbagai macam bahasa meski tidak mahir. Ia bisa mengerti bahasa percakapan dari negara-negara yang pernah ia kunjungi. 

 

Hampir sebagian besar Eropa, Amerika, dan Asia pernah ia nikmati keindahannya. Sultan sering bercerita tentang negara-negara itu kepadaku. Ada banyak kisah dari berbagai negara yang tidak diliput media. Dari dulu aku bermimpi bisa menjelajah bumi. Sayang, ternyata jodohku lebih dulu datang dari impian-impianku. Terkadang aku masih berharap bisa mengejarnya lagi, suatu hari nanti, entah kapan.

 

Cak Boby pria yang manis, kulitnya cokelat. Dari logatnya, nampak sekali dia berasal dari Serang. Ia menjadi Kepala sebuah Lembaga Zakat di Malang. Istrinya cantik sekali. Kulitnya putih bening, seperti model, tingginya kira-kira 175 cm. Ia bekerja sebagai marketing Asuransi Syari’ah. Masih satu manajemen dengan Sultan, bedanya Istri Cak Boby di Malang sedangakan Sultan di Kota Batu. Cak Boby lebih pendek dari istrinya kalau dikira-kira Cak Boby itu tingginya 165 cm terpaut 5 cm dengan Sultan. Aku, tentu saja yang paling mungil tinggiku hanya 153 cm. 

 

Saat berkenalan, wanita itu menyebutkan namanya yang juga cantik, Khumaira Ulya. Hijabnya panjang dan lebar berwarna hitam dengan motif bunga-bunga kecil. Ia mengenakan gamis polos berwarna ungu. Matanya sipit, hidungnya mancung, jika tersenyum tampak giginya yang panjang seperti kelinci. Duh, bagai bidadari surga yang turun dari langit. Siapa yang tidak menyukai wanita cantik ini?

 

“Sudah berapa bulan kandungannya?” tanyanya dengan suara lembut.

 

“Sembilan bulan lebih Mbak,”

 

“Udah mau lahiran ya bentar lagi?” Aku mengangguk.

 

Mbak Ulya tersenyum lalu beralih menatap pemandangan di depan mata kami. Aku menangkap aura kesedihan di matanya. Yah, mungkin karena ia belum dikaruniai anak. Sultan pernah bercerita Cak Boby dan Mbak Ulya sudah tiga tahun menikah, tapi mereka belum juga mendapat momongan. Aku tidak berani bertanya, takut menyinggung. Kabarnya mereka ke sini untuk liburan. Mereka sedang menginap di salah satu villa Omah Kayu. Mungkin sedang program kehamilan.

 

Kami duduk di sebuah bangku taman sambil menunggu makanan datang. Ada banyak penjual jajanan. Mereka menyediakan berbagai makanan khas Kota Batu. Sultan sedang antri di Pos Ketan Legenda, sedangkan Cak Boby membeli susu KUD Ganesha Batu. Kedua kulier ini legendaris. Beruntung tempat penjualnya berdekatan. 

 

Sebentar lagi maghrib tiba, semburat jingga mulai nampak di ufuk barat. Samar-samar gelap mengambil alih suasana. Aku dan Mbak Ulya memutuskan untuk ke masjid. Dari kejauhan Sultan dan Cak Boby berlari-lari kecil. Senyum merekah di wajahnya yang nampak lelah mengantri sejak tadi. Maklum saja, membeli jajanan khas ini tidak mudah. Kadang orang harus mengantri hingga seharian, tapi tidak ada hasilnya. Sudah habis.

 

“Dapat nih Kay. Kamu boleh makan tapi jangan banyak-banyak ya! Ini kan ketan.”

 

“Gila ngantrinya padet banget. Ada ibu-ibu tadi mau motong antrian. Aku marahin aja sekalian,” papar Sultan lagi.

 

“Kamu adu mulut sama ibu-ibu Mas? Ya ampun.”

 

“Biarin. Lagian mentang-mentang badannya bengkak dikira bisa menindas orang lain. Sampe dipisahin sama yang jualan,” tutur Sultan lalu tertawa renyah disambut gelak dari Cak Boby.

 

Aku menggelengkan kepala, lalu mencicipi sedikit. Jamaah di Masjid ini cukup ramai, tidak jarang sebagian lainnya tidak bisa ikut shalat jamaah yang pertama dan harus menunggu untuk bisa ikut shalat berjamaah yang kedua. Usai shalat kami tenggelam dalam do’a masing-masing. Do’a rahasia yang hanya Tuhan dan hamba saja yang tahu. Mbak Ulya tengah khusyuk, matanya tertunduk, air bening menetes berulang kali mengenai pipinya yang halus, tapi bibirnya terkatup. 

 

Suasana malam kota Alun-alun kota Batu begitu mempesona, pengunjung berduyun-duyun datang. Maklumlah ini akhir pekan, banyak orang yang berlibur, baik warga sekitar atau wisatawan. Sebenarnya akan menyenangkan melihat ramainya alun-alun di malam hari. Sayangnya, aku kurang suka keramaian. Kami memilih untuk makan malam di sebuah warung makan tak jauh dari alun-alun. Menu makanan khas Kota Batu menjadi pilihan kami.

 

Selama makan tidak banyak yang kami bicarakan. Sultan dan Cak Boby asyik berbincang tentang masa lalu mereka. 

“Gimana kabar Ilyas? Masih sering caliing-callingan gak?” tanya Cak Boby.

 

“Gak. Males gue. Dia kalo nelpon ujung-ujungnya ngutang. Utang dua tahun lalu aja belum dibayar.”

 

“Wuih. Tega. Gak lo datengin aja kos-kosannya. Kan deket sama rumah lo.”

 

“Kasihanlah. Dia kan tulang punggung. Lagian, gue kan dermawan. Iya kan Sayang?” ucapnya sambil melihatku lalu tertawa lepas.

 

Kedua peria itu terus berbincang-bincang. Sesekali tertawa mengingat kekonyolan masing-masing. Mereka juga saling berbagi informasi tentang kabar teman-teman sesama pelayar. Aku sering menyela karena Sultan yang terus berbicara dari tadi. Laki-laki kalau sudah bertemu teman lama ternyata doyan bergosip juga. 

 

Mbak Ulya dan Cak Boby pasangan yang serasi, menurutku. Hanya saja ada yang janggal dari sikap keduanya. Mereka tampak tidak akrab, bahkan ketika sedang duduk berdua pun hanya diam satu sama lain. Saat sedang bicara, Mbak Ulya malah mengalihkan pandangan ke arah lain, sementara Cak Boby kalau berbicara pada Mbak Ulya juga menunduk. Apa mereka malu-malu?

 

“Sultan masih sering karokean?” 

 

Aku mengangguk sambil terus menikmati sate ayam bumbu kacang kegemaranku. Mbak Ulya tertawa ringan saat mendengarkanku bercerita bagaimana Sultan terus bernyanyi di rumah hampir setiap waktu. 

 

“Sultan gak suka ngajak aku ke tempat karoke. Katanya, nanti dia bisa mati kebosanan karena aku cuma diam saja.” Mbak Ulya tertawa lagi. Aku memang tidak suka musik, juga kurang suka dunia luar. Bagiku, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk melakukan apapun.

 

Cak Boby dan Mbak Ulya kembali ke Malang besok. Meski keduanya nampak menyungging senyum, tapi aku merasa ada yang kurang pas. Mereka berpamitan untuk kembali ke villa. Tak seperti kebanyakan pasangan yang lalu lalang. Kedua insan itu berjalan tanpa bergandengan tangan. Mbak Ulya menengok kearahku dengan tatapan sendunya. Aku membalasnya dengan senyum. 

 

“Mas. Kok Mbak Ulya dan Cak Boby itu aneh ya? Seperti sepasang orang asing.” Tanyaku pada Sultan.

 

“Iya kah? Emang sih, Cak Boby itu pendiam. Kalo Mbak Ulya pada dasarnya ramah. Tapi kalo orang lain diam, dia juga diam. Dulu waktu masih sekantor orangnya asik kok.”

 

Ada yang hilang dalam lembaran kisah dua sejoli itu. Tidak terbaca olehku atau siapapun. Tatapan mata mereka mengandung kesedihan yang dalam. Ada cinta antara keduanya, tapi tertutup tabir. Bisa kusebut itu kabut. Sesuatu yang perlahan mulai kurasakan juga. 

Suasana makin dingin. Saat malam hari suhu di sini bisa mencapai 20 derajat celcius atau malah kadang sampai belasan derajat saja.

 

Kota Batu termasuk tempat terdingin di Indonesia. Karena udara malam kurang baik bagi ibu hamil, aku dan Sultan memutuskan untuk pulang ke rumah selepas Isya. Mobil kami menembus gelapnya malam yang dingin. Di sepanjang perjalanan masih banyak orang yang bercengkrama dengan semesta. 

***

Bab terkait

  • His Dark Secrets   Pangeran Kecil

    Sampai di rumah kami kelelahan. Sultan langsung tidur. Perutku berteriak parau. Si jabang bayi bergerak-gerak lincah. Jika ibu lapar, maka janinlah yang meronta-meronta. Saat hendak mengambil makanan, aku melihat ponsel Sultan tergeletak di meja.Kebetulan benda elektronik keramat itu hidup, biasanya selalu dalam keadaan kosong baterai kalau di rumah.Tidak dikunci. Aku membuka akun Facebook miliknya. Ah, ini memang memang akun asli. Lega rasanya. Rupanya, itu hanya sementara. Saat membuka mesin pencari dan melihat jejak riwayat, ada Facebook lagi dengan akun bernama Dorres.“Kay....kamu di mana?”Jantungku renyut kencang. Tidak terduga Sultan akan terbangun. Dia melihatku sedang menyentuh ponselnya. Wajahnya berubah putih. Segera ia rebut gawai itu.“Liat apa kamu?”“Tadinya mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • His Dark Secrets   Teguran

    Sultan pulang dengan mata berair. Tangannya bergetar, ia nampak pucat, keringat dingin membasahi keningnya. Tak biasanya ia terlihat begitu takut. Apa dia baru saja melihat neraka? Aku harap begitu. Mungkin Allah tunjukkan sesuatu yang membuatnya menggigil. Malaikat maut mungkin.“Mas, ada apa?”Dia melihat kearahku.“Cak Boby meninggal Kay, teman-teman bilang kecelakaan. Kata orang yang nemuin jenazahnya, dia seperti habis dirampok.”“Astaghfirullahaladzim.” Aku berseru. Bulu kudukku berdiri, jantung melompat semaunya.Menurut cerita Sultan, Cak Boby sedang dalam perjalanan ke Malang. Seseorang menemukan jasadnya berada di tengah perkebunan milik salah satu warga. Ada banyak luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Beberapa or

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • His Dark Secrets   Penyelidikan

    Masih terbesit harapan, jika kelak dinding antara aku dan Sultan akan hilang. Kabut gelap dalam rumah tangga kami musnah diterpa badai kasih sayang. Kenyataan tidak semudah yang kubayangkan. Kabut itu muncul dan menghilang semaunya. Membuat harapanku terombang-ambing tiada arah. Bahkan pelabuhan sakinah, mawaddah, warohmah itu tak jua nampak. Setelah kurang lebih dua bulan aku melihatnya berjibaku dengan ayat-ayat-Nya, kini ia kembali lagi seperti dulu. Lupa pada-Nya. Al qur’an ia tinggalkan, tak pernah lagi shalat jama’ah dan kembali mesra dengan ponselnya. Yang membuatku makin merana, benda berwarna hitam itupun ia kunci lagi. Aku menghela nafas. Duhai Sang Penjaga Hati, sudikah kiranya Kau mendengarkan keluh kesahku. Aku tahu Engkau punya banyak urusan. Tapi, aku hanya punya Engkau. Siapakah yang bisa membantuku kecuali Engkau. Aku memang hanya berbelit pada prasangkaku. Tapi aku tahu ini datang dari-Mu. Setiap detik yang kulalui t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Pengakuan

    Tiktok tik tok.Jam dinding bergerak sama seperti kemarin. Detik, menit, jam terasa lebih lama. Ah,bencinya menunggu. Rasa kesemutan menjalar di kaki. Air mata mengering menyisakan pedih mengikis jiwa. Gemetaran pun mulai mereda. Batinku menguat seperti palu baja guna menghantam pendusta. Sejak tadi pikiranku sibuk menyiapkan kata-kata terpedas untuk Sultan. Semoga dia tersayat,seperti aku.Aliran udaraberderu cepat,naik turun tak beraturan. Sumpah serapah bergema ditelinga, entah siapa yang membisikkannya. Sultan jadi buruk sekali. Lebih mengerikandaripada babi hutan yang berkubang dengan kotorannya sendiri. Otakku mendidih. Tanganku menggengam menahan amarah yang sudah sampai ubun-ubun. Tak tahu bagaimana rupaku kini. Aku bagai iblis yang siap memanah Adam dengan api neraka.Setan pandai sekali menyusup kedalam hati. Ia tampakkan segala keburukan Sultan, bahkan yang sudah lama terlupakan. Dirangkainya menjadi kis

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Erma Yunita

    Siapa sebenarnnya dia? Makhluk apa yang aku nikahi ini? Sudut kanan kepalaku berdenyut. Terdengar suara denging yang amat kencang. Sultan duduk di lantai. Ia menundukkan kepala. Perlahan dengan suara parau laki-laki yang kuanggap penipu itu bercerita.Kisah ini, entah bagaimana bisa terjadi. Begitu mengerikan. Kau perlu mendengarnya. Lalu katakan aku harus apa?***Gadis polos nan cantik,tubuhnya mungil tapi tetap mempesona dengan mata yang berbinar. Orang-orang memanggilnya Ema,padahal nama lengkapnya Erma Yunita. Dia baru saja menikah dengan seorang pria yang tak lain anak dari pembantu di rumah ayahnya dulu. Pernikahan yang ditentang oleh ibunya sendiri. Ia bahkan harus menikmati tendangan, tamparan hingga kehilangan sebagian rambutnya akibat ditarik oleh sang ibu.“Ngopo koe malah nikah karo preman loh Em, opo ora ono lelanang kang luwih apik?”Si ibu kesal. Anaknya menikah dengan seorang man

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Lelaki Venus

    “Wangine...nganggo minyak wangi tho Le?Suara Gareng makin menakutkan. Sultan gemetaran setengah mati. Lelaki ini bau sekali, entah berapa lama ia tak mandi. Kalau dari aroma tubuhnya sepertinya sudah lebih dari satu bulan. Dekil benar penampilannya. Ema segera menarik anaknya yang nampak tak nyaman dipangkuan Gareng. Pria itutersenyum sambil terus memandangi Sultan yang sedang sibuk membantu ibunya.SeminggukemudianGareng datang lagi. Kali ini dia sudah bercukur. Badannya juga wangi, bajunya rapi. Ema terheran-heran melihat rupa Gareng yang baru. Sedang mengincar jandakah pria cungkring ini?Sepertinya tak ada janda atau perawan cantik di sini. Tidak mungkin kalau sudah menikah. Dia pasti sudah berkicau kemana-mana kalauada perempuan dungu yang mau saja dinikahinya.“Rupamu kok lain Mas Gareng? Punya pacar baru?”“Ah, mboten mbak Ema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   AIDA

    Hutang keluarga menumpuk. Bisnis jual beli senjata rakitan ayahSultannyaris terbongkar aparat. Beruntung sudah ditutup. Pak Nanang kini membuka jasa memperbaiki alat elektronikapa sajadi pasar. Penghasilannya tentu jauh dari yang diharapkan. Mobil satu-satunya harus dijual. Warung ibunya juga sudah lama tak beroperasi. Maklum,banyak tetangga yang tidak suka ada penjual minuman keras di daerah mereka.Siapa lagi yang harus membantu perekonomian keluarga,jika bukan Sultan. Widya sudah menikah dan sibuk dengan kembang kempis keuangan keluarganya sendiri yang juga masih seumur jagung. Sedangkan Rara, dia bahkan belum lulus kuliah. Jadilah Sultan yang pontang-panting mencari uang untuk membayar hutang. Pekerjaannya sebagai guru tataboga SMK tentu tidak banyak membantu.Berani sekali Ema,mencari hutangan kepada rentenir untuk membayar hutang cicilan yang lain. Akibatnya, bukan mempermudah keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • His Dark Secrets   Ikhtiar 

    “Sekarang kamu sudah tahu semuanya Kay,” ucapSultan sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamar.Adnan sudah tidur. Aku diam. Mencoba menerka apa yang tengah kualami. Mimpi burukkah? Pernahkan kau merasa seperti berada di dunia lain lalu mencoba tidur dan ingin kembali bangun di duniamu? Tidak! Ternyata inilah duniaku sekarang. Sebuah fase kelam yang entah kapan kan bercahaya. Bahkan untuk berharap pun aku tidak berani.Suara azan memecah suasana. Mengalun lembut menembus kehati. Baru kali ini suara itubegitu membuatku terenyuh. Panggilan Tuhan itu, kenapa baru kusadari sekarang?Air wudu membasuh wajah,dinginnya meresap hingga kedalam pori-pori. Ketika wudu,dosa-dosa kita akan luntur bersama air. Baik sekali Allah bukan? Sesungguhnya bukan air yang membersihkan dosa,tapi ketaatan kita terhadap Allah .Aku harus kuat seperti air,entah apa yang ada dihadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • His Dark Secrets   Hujan

    Mentari pagi bersinar cerah, musim semi memberi kehangatan di pagi hari menyapa hati yang dingin karena rindu. Udara segar berhembus mengisi paru-paru dengan energi baru. Sejak hari masih gelap, orang-orang sudah berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Munchen memang kota yang sibuk, penduduknya berjalan lebih cepat dua kali lipat dari pada orang-orang di kota Batu.Esok pernikahan Alvin dan Nirmala akan dilangsungkan. Ayana sedang menemani calon pengantin putri itu ke salon hari ini. Aku yang memaksa Nirmala. Dia harus melakukan perawatan terbaik agar besok terlihat cerah. Meski cantik Mala sama sekali tak paham tentang perawatan. Aku masih lebih baik darinya.Alvin berdiri menatap keramaian kota melalui balkon. Hanya dalam hitungan jam dia akan punya istri lagi. Dari sini kita bisa melihat halaman rumah Alvin yang amat luas. Konsep pernikahan ini nantinya pesta kebun. Panitia pesta sedang menghias berbagai sudut halaman dengan ornamen-ornamen ala aristokrat

  • His Dark Secrets   Sirotol Mustaqim

    Harusnya, hidup memberikan kebahagiaan setelah kita terkubur dalam luka. Nyatanya, takdir terlalu rumit untuk ditebak. Aku baru tahu, apa yang dialami Sultan setelah kembali dari menemui pembunuh Adnan. Sebuah cerita yang mengikis sanubari. Mataku tak sanggup menekan air yang tumpah sendiri mendengar kisah darinya.***“Rasakan pembalasanku Sultan. Anakmu mati sama seperti anak-anakku. Aku puas. Maaf, kau pasti kecewa.”Dodi tertawa di hadapan Sultan. Mereka hanya terpisah dengan meja kayu yang berwana cokelat tua. Mata Sultan menatap Dodi dengan kebencian. Giginya berbunyi gemerutuk menahan amarah. Setan apa yang ada di hadapannya ini?“Kau marah? Aku sudah minta tolong padamu. Tapi apa yang kau katakan. Atasi masalahku sendiri, begitu kan?”Tak tahan lagi. Tangan Sultan meninju wajah Dodi tepat mengenai pipi. Tak puas ia menambah pukulan pada dagu pria bertubuh tegap itu. Dodi terjengkang dari kursi. Petugas kepolisi

  • His Dark Secrets   Masih Mencari

    “Ya Allah Mbak Kay, cepetan dikit dong!” Seru Ayana.Dia mulai kesal sejak tadi aku tidak juga selesai mengepak barang-barang yang akan kubawa ke Jerman. Gadis ini sewot sekali, padahal penerbangan masih dua jam lagi. Nampaknya ia terlalu antusias. Aku maklum, ini pertama kalinya kami terbang keluar negeri. Gratis pula. Semua akomodasi sudah dibayar oleh Alvin.“Masih lama kan berangkatnya. Santai aja kali.”“Ih, Mbak Kay kita kan mau belanja oleh-oleh untuk Nirmala. Dia udah enam bulan sekolah di negeri yang gak ada Susu KUD atau Ketan Legendaris.”Ya tentu saja. Jangankan Jerman, rumah ibu di Klaten juga tidak menjual pemanja lidah itu. Ayana bersungut-sungut karena aku nampak tak bersemangat. Akhirnya dia sendiri yang pergi ke alun-alun kota membeli segala oleh-oleh. Aku duduk diam menunggu kendaraan online. Harusnya ini menyenangkan, ini perjalanan yang diimpikan banyak orang. Dulu semangatku menggebu, ketika kabar

  • His Dark Secrets   Keputusan

    Sultan meraih tanganku, aku masih enggan menatapnya. Sejak masalah ini terungkap, aku sudah terlanjur memasang tameng untuk mengacuhkannya. Tapi kini, rasa itu berbalik. Aku merasa tak ingin kehilangan dirinya.“Lihat aku, sebelum kujatuhkan talak. Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?”Kepala ini terasa berat hanya sekadar untuk melihat wajahnya. Sungguh, aku tak tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Tanpa mendengar persetujuan dariku ia tetap memelukku erat, sambil terguncang. Wajahnya ia tenggelamkan di bahuku yang membuatnya harus terbungkuk.Aku balas memeluknya, dengan air mata yang sama derasnya. Lama sekali kami saling melepaskan kerinduan. Terkadang rindu bukan hanya karena kita berjauhan, tapi saat kita selalu dekat namun jiwa kita yang saling menjauh.Dia menatapku lekat-lekat. Aku bisa melihat ada harapan, tapi tertahan karena keputusasaan yang lebih menyeruak. Tangannya menyentuh wajahku. Aku tak kuat mengeluarkan sepatah

  • His Dark Secrets   Pembalasan

    Selama ini, tidak ada orang yang bermasalah dengan orang lain. Setahuku, dia bersikap baik kepada siapa saja. Terlepas tentang pengkhianatannya terhadapku. Ungkapan tentang siapa Dodi, membuat jantungku tertusuk. Lukanya masih belum sembuh. Cerita ini memperparah sakitnya. Luka jiwa yang akan selalu melekat dalam ingatan.***“Tan, bisa gak lo ke sini? Gue butuh bantuan lo. Istri gue tahu tentang dunia itu. Dia marah banget Tan?”Sebuah suara menghubungi Sultan yang tengah sibuk mempersiapkan makanan bagi pengunjung restonya. Siang ini ramai benar. Semua kursi penuh, bahkan beberapa orang harus menunggu di luar pintu untuk bisa menempati kursi mana yang baru ditinggalkan pengunjung. Pembicaraan ini sepertinya serius, Sultan beringsut mundur ke dalam ruangan pribadinya.“Terus gue harus apa? Nemuin istri lo berlutut minta maaf. Buat apa?”“Setidaknya lo ke sini, istri gue kabur entah ke mana Tan. Gue bingung,” jaw

  • His Dark Secrets   Pertengkaran

    Malam kian larut. Tidak ada satu orang pun yang beranjak tidur. Wajah-wajah tegang berkumpul di ruang keluarga. Televisi menyala terang menampilkan acara penuh gurau. Tidak ada muatan pendidikan atau nasihat sama sekali. Hanya canda tawa yang tidak lucu.Duduk di sana ibu, ibu mertua, Bapak dan Bapak mertua. Mbak Widya masih di sini bersama suaminya berbincang entah apa. Rara tenggelam dengan musik jaz yang ia dengarkan sendiri. Aku duduk membaca novel karangan ibu. Tak lama terdengar suara pintu diketuk dan seseorang mengucapkan salam. Jam 11 malam, mungkin itu Sultan.Benar. Sultan masuk dengan lunglai. Matanya menatap lantai berwarna merah bata yang licin mengkilap. Semua orang mengamatinya dengan arti yang berbeda. Bapak mertuaku berdiri mendekatinya. Tangannya langsung menghantam pipi kanan Sultan. Bunyinya bak petir. Tak cukup sekali, ada empat kali tamparan bahkan akan terus berlanjut jika saja Mas Salman tidak segera melerai. Ibu dan ibu mertua masing-mas

  • His Dark Secrets   Fakta Baru

    “Adnan, ayo Nak! Cepet! Sarapan, terus pakai sepatu kita berangkat sekolah sebentar lagi!”Kubuka pintu kamar Adnan. Ia tidak ada, mungkin sudah turun ke bawah untuk makan. Aku terus menyebut nama Adnan sambil berlari-lari kecil menuruni anak tangga.“Adnan.”Semua orang di hadapan meja makan menoleh. Ibu, Bapak, ibu dan Bapak mertua, Rara, Mbak Widya, Mas Salman. Mereka menatapku dengan sendu. Jantungku seperti berhenti berdetak. Baru kusadari Adnan tidak mungkin ada di ruang makan, dapur, taman, atau sekolah. Aku jatuh terduduk menutup wajah dengan kedua tangan agar tak nampak air mata yang menetes.Suasana ruang makan hening, hanya terdengar sesekali bunyi air yang diteguk. Tak ada yang bisa makan dengan lahap. Kepergian Adnan yang terlampau tiba-tiba membuat ruang kosong dalam di jiwa. Masing-masing sibuk dengan pikiran dan hanya menatap makanan dengan hampa.“Kalau terus begini sepertinya Adnan akan menyiram

  • His Dark Secrets   Kehilangan

    “Adnan ketemu,” suara berat Alvin seperti cahaya yang membuyarkan kegelapan hari ini. Setelah berjam-jam akhirnya terdengar juga kabar yang lebih terang. Adnan ditemukan.“Di mana anakku,” tanya Sultan.“Di rumah sakit. Ayo!”Alvin mengajakku, tapi Sultan sedang menggenggam erat tanganku.“Aku ikut Mas Sultan aja.”“Ya sudah aku bawa mobil kamu. Kalian ikuti aku.”Apa yang sebenarnya telah terjadi? Adnan ada di rumah sakit, artinya dia mengalami hal buruk. Pikiranku kacau sekali. Bayangan-bayangan perkataan tadi pagi terngiang terus mengisi kepalaku bergantian. Perjalanan ke rumah sakit yang hanya sekitar satu jam terasa seperti bertahun-tahun. Ulu hatiku nyeri membayangkan wajah Adnan yang entah seperti apa sekarang.Sampai di rumah sakit Alvin berjalan cepat. Kami tiba di sebuah ruangan di mana seorang anak kecil tengah terbaring lemah. Kepalanya diperban. Seluruh tub

  • His Dark Secrets   Ke mana Adnan?

    Pagi ini Adnan sibuk dengan peralatan sekolah barunya. Tak terasa dia sudah memasuki Sekolah Dasar. Adnan tumbuh begitu cepat. Dia makin tampan, banyak tetangga yang mendadak suka berfoto dengan Adnan sembari memamerkannya di media sosial. Sejak masih TK, Adnan bahkan sering mendapat hadiah dari teman-teman bermainnya. Dia seperti selebriti kecil di sekolah barunya.“Ibu, Adnan sayang sama Ibu. Ibu Jangan sering nangis ya!”Alisku berkerut. Memang, selama ini Adnan sering melihatku menangis dalam do’a. Kadang tak terasa bulir-bulir perih menetes tanpa sebab. Adnanlah yang selalu ada dan menghibur hati yang sudah tidak berbentuk lagi. Putraku ini kini sudah berusia 7 tahun. Ia berpikir dewasa. Mungkin karena terlalu sering bercakap-cakap dengan Pak Haryono.“Adnan tidak suka melihat Ibu menangis?”“Menangis tidak apa-apa ibu. Kata Kakek menangis akan membuat hati seorang perempuan lega. Tapi, nanti Adnan tidak bisa lagi

DMCA.com Protection Status